Satu

85 6 15
                                    

"Iya, bang. Udah aku bawa ke bengkel."

"...."

"Aku nggak ngerti apanya yang rusak. Kemarin langsung telepon orang bengkel, kata mereka sih dua sampai tiga hari."

"...."

Tassa mengakhiri panggilan dengan kakaknya setelah beberapa kalimat. Memandangi tumpukan berkas di mejanya. Menyebalkan. Minggu ini pekerjaan sedang padat-padatnya. Inginnya mengambil jatah cuti tahunan yang ditabungnya, namun yang ada malah terjebak di tumpukan pekerjaan yang mengharuskannya lembur selama sebulan terakhir ini.

"Tass, lo yakin gamau ikut? Mau beli tiket nih," tanya Dika untuk yang kesekian kali.

"Sekali lagi tanya kayak gitu gue kasih id line dd emesh. Mau?"

"Aw, mau dong!"

Tassa mencibir kesal, "Minta digaruk banget ya lo, Mas!"

Dika tersenyum kecil.

"Mobil lo kenapa?" Dika membuka suara lagi, masih tetap fokus pada layar ponselnya.

"Gue nggak paham, Mas. Nanti si abang kalau sempet mau ngeliatin di bengkel," jawab Tassa, seraya merapihkan beberapa berkas. Jam pulang tak sampai lima menit lagi. Lemburan suram sudah berakhir untuk bulan ini. Rasanya menyenangkan sekali pulang tepat waktu.

"Mau gue temenin? Kasian gue liat jomblo kayak lo."

Tassa bersiap kembali mencibir Dika, namun receptionist kantornya memotong obrolan mereka.

"Mbak Tassa, ditunggu sama CR-V 1636 dibawah."

"Makasih, Na."

"Pantes ya, Tass, gamau ikut nonton. Ada yang jemput taunya."

Tassa mendengus. Dika berisik!

***

Tassa memandangi kartu parkir serta sebuah kunci mobil di telapak tangannya. Dengan kesal, Tassa mencoba menghubungi seseorang. Tiga kali, tidak kunjung diangkat juga. Namun, saat Tassa akan memasukkan ponselnya kedalam tas, sebuah panggilan masuk, akhirnya.

"Maaf aku tadi masih meeting, Tass. Ada apa?"

"Kamu dimana?" Tassa malah balik bertanya.

"Aku di Palembang. Ada apa?"

Tassa memijat pelipisnya yang terasa pening, "Mobil kamu ngapain depan kantor aku?"

"Parkirnya nggak bener ya?"

Tassa mendengus. Gagal paham sama Faiz.

"Mobil aku kenapa?"

"Mati," ujar Tassa asal.

"Mobil aku mati? Kamu dimana? Aku telponin orang bengkel ya? Kamu send location."

"Faiz!"

"Kenapa, Tassa?"

"Oke, bye."

Tassa memutuskan sambungan. Kepalanya benar-benar terasa pening. Hari ini kerjaannya ekstra menguras pikiran dan juga tenaga. Sungguh melelahkan. Kabar bahwa Faiz menjemputnya, sedikit membuat Tassa tenang. Namun, alih-alih mendapati Faiz, yang ada hanya mobil CR-V  hitamnya. Bedebah.

Dengan kasar, Tassa menutup pintu mobil. Mengenakan seatbelt lalu melaju keluar menjauhi gedung kantornya. Tassa tak menghiraukan ponselnya yang terus bergetar di dashboard, nama Faiz tertera di layarnya.

Berkali-kali Faiz menghubungi, namun Tassa tak ingin menjawab panggilannya. Tassa pasti akan memaki, mengeluarkan segala sumpah serapahnya. Setelah berhari-hari tak memberikan kabar. Hanya selalu membaca pesan yang Tassa kirimkan tanpa membalasnya. Dan tiba-tiba saja, lelaki itu mendatangkan mobil untuk ia gunakan, karena Faiz tahu mobil Tassa masuk sedang masuk bengkel.

Faiz :

Kamu dimana? Send location

Kamu baik-baik aja kan?


***
Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang