Seorang gadis cantik memakai jaket tebal dan sebuah syal melilit di lehernya sedang memperhatikan butiran salju yang turun dari langit dari balik cendela kamarnya, memasuki bulan Desember jepang sudah di landa musim dingin, bahkan kedinginanya berada di titik beku.
Delapan tahun ia berada di negeri sakura, bersama dengan papah tercintanya dan seorang mamah yang baru bergabung dalam hidupnya di awal musim gugur kemarin, semuanya terasa terlihat lengkap, namun tidak ada yang tahu bahwa selama enam tahun ia menderita tekanan batin hatinya selalu terasa ngilu saat memori di otaknya memutar sebuah kenangan masa lalu.
Rasanya sesak saat nama itu terlintas di otaknya, dulu hantinya yang terasa ngilu lalu telinganya berdenging dan sekarang saat ia pergi jauh dari laki laki itu justru nafasnya yang terasa sesak.
setelah musim dingin berakhir papahnya berjanji akan mengajaknya kembali ke tempat kelahirannya, dan dia sangat menunggu musim dingin ini berakhir.
.
.
.
Januari salju yang melekat di pingiran jalan mulai meleleh karena terangnya sinar matahari, musim salju belum berakhir namun sinar matahari menunjukkan kehangatanya lebih awal,
jadwal di buat papahnya yang seharusnya pulang pada musim salju berakhir kini, harus di rubah karena gadis itu bermasalah dengan pekerjaanya sebagai seorang novelis di tanah kelahirannya, pekerjaan yang biasanya berjalan mulus hanya dengan menekan beberapa tombol keyboard dari komputernya kini tidak berjalan seperti biasanya.
Sebuah paspor dan tiket penerbangan dengan tujuan bandara Sukarno Hatta telah ia pegang ditangannya.
"Mita... hati hati di jalan, jangan lepaskan syal mu jika tidak mau kedinginan..." Anwar masih sama seperti yang dulu, terlalu memperhatikannya.
Wanita berparas ayu yang dipanggil Mita dengan sebutan Mamah datang mendekat dan mengelus pipinya yang halus.
"Hati hati di jalan aku sudah memesankan hotel untukmu bila sampai di jakarta nanti, dan seorang supir juga sudah ku suruh untuk menjemputmu di bandara..." Mita tersenyum lebar, Ayana perempuan keturunan Indonesia Jepang memang sangat cocok dengan papahnya yang selalu over perhatian.
Dengan senyum lebarnya yang manis Mita melambaikan tangannya meninggalkan kedua orang tuanya yang juga masih terus melambaikan tangannya.
..
.
"Bukan begitu... aku... aku benar benar mencintainya.... hanya saja tanpa alasan yang jelas... aku selalu mengejarnaya dan kecantikannya bukanlah tolak ukur... aku tidak jatuh cinta karena kecantikannya"
ucapannya waktu itu seperti teriakan toak keras yang mengarah di dekat gendang telingaku.
"Benarkah...." aku tidak percaya dengan apa yang dia ucapkan "kalau begitu mari buat janji" ku ulurkan jari kelingkingku ke arahnya dan melanjutkan kata kata bodohku "jika suatu saat aku menjadi cantik, maka berjanjilah kamu tidak akan jatuh cinta padaku..."
Seperti itu yang ku ucapkan padanya waktu itu
Selama beberapa bulan terakhir aku hanya terus mencoba bergerak maju, menginginkan sesuatu dari Danu. Perasaan yang begitu tidak jelas terasa mengusik kehidupan menjerat dalam hari hari kelamku. Aku hanya terus bersekolah dan menjadi anak yang baik bagi papah, tanpa tahu dari mana perasaan ini datang. Sangat menyakitkan buat ku saat mengetahui Danu mulai menjalin hubungan Dengan Alya, ketika aku sadar hati ku kehilangan motifasi untuk menjalani hari. Suatu hari, ketika aku menyadari perasaanku secara serius lenyap. Dan ketika aku mencapai batasanku, aku pingsan.

KAMU SEDANG MEMBACA
love in silence
RomanceDanu dan Mita dia besarkan dalam lingkungan yang sama, rumah mereka bertetangga dan satu sekolah membuat persahabatan mereka tidak terpisahkan hingga suatu hari datang siswa baru yang bernama Alya, kedatangan Alya membuat hati Danu bergetar ia sadar...