Menyerah (9)

6.1K 463 37
                                    

Maafkan aku, sulit sekali mendapatkan sinyal :(

==

Kongpob keluar dari ruang kerjanya pukul 3 tepat. Kongpob segera meninggalkan kantornya saat merasa pekerjaanya sudah selesai, yang sering dilirik sinis oleh ayahnya dan dibalas senyuman penuh permohonan dari Kongpob. Tapi ayahnya tidak bisa marah karena tau anaknya itu tengah memperbaiki hubungan dengan pasangannya. Ayahnya tau ada yang tidak beres dari Kongpob beberapa waktu yang lalu, Kongpob menjadi sosok yang berantakan—tidak dengan laporan yang selalu tersusun rapih di atas meja ayahnya. Maksud ayahnya adalah Kongpob seperti kehilangan kehidupannya, Kong selalu diam dikantor, padahal ayahnya tau dengan pasti Kongpob akan memilih untuk menghabiskan waktunya bersama Arthit dibanding berdiam diri di kantor. Menurut laporan Em juga Kong menjadi sulit diajak berdiskusi, sulit makan dan sering mengkonsumsi alkohol—padahal Kong tidak begitu menyukai alkohol. Hanya saja ayahnya memilih untuk terus berdiam diri dan membiarkan anaknya itu menyelesaikan masalahnya sendiri, apalagi jika itu menyangkut masalah dengan menantunya.

Ayahnya pernah sekali menemukan Kongpob menatap sedih foto pernikahannya, saat itu juga ayahnya menyimpulkan bahwa masalah yang terjadi pada anaknya itu pasti berurusan dengan Arthit. Ayahnya hanya diam dan memilih untuk pura-pura tidak tau, karena ayahnya yakin suatu hubungan itu memang membutuhkan masalah untuk menjadi hubungan yang lebih erat.

Dan saat Arthit kecelakaan di Phra Pradaeng—yang sampai saat ini dipertanyakan oleh ibu dan kedua kaka perempuannya, apa yang dilakukan Arthit di Phra Pradaeng. Puncak dari depresi Kongpob, bukan hanya berantakan bahkan keadaan Kongpob lebih dari itu, membuat pekerjaanya juga berantakan. Orangtua mana yang tidak khawatir melihat anaknya seperti itu?

Maka dari itu, ayahnya membiarkan Kongpob untuk mengambil cuti beberapa hari saat Arthit keluar dari rumah sakit. Ditambah dengan ingatan Arthit yang hilang, membuat Kongpob harus selalu berada disamping Arthit. Dan keadaan Kongpob kini menjadi sangat baik-baik saja. Mungkin diam-diam masalah mereka telah terselesaikan. Atau—ayahnya berfikir- masalah yang terjadi terlupakan oleh Arthit, seperti kejadian selama 3 tahun ini.

Ayahnya tidak mungkin tidak bahagia melihat Kongpob yang seolah kembali mendapatkan hidupnya lagi

Kongpob adalah anak yang baik—ayahnya tau itu sejak Kong masih kecil. Kongpob selalu rela berkorban untuk orang lain, anak yang pintar, baik hati, ramah ya walau Kong kadang keras kepala dan tidak bisa menurut. Tapi ayahnya tau, jika kepribadian Kongpob hanya dapat dilengkapi oleh pribadi Arthit.

Pandangan mata ayah Kongpob—setelah punggung Kong hilang dari pandangan-bergulir ke arah poto keluarga yang ada diruangannya. Foto berisikan dirinya, istrinya, kedua anak perempuan lengkap dengan suami masing-masing, 3 cucu lelaki yang sangat tampan dan anak kebanggannya, satu-satunya anak lelaki yang amat sangat dia harapkan didunia ini, anak yang selalu membuat dirinya merasa disaingi, anak lelaki yang tengah merangkul lelaki lain yang telah menjadi pasangan yang sah. Betapa bahagianya dia memiliki keluarga seperti ini.

==

Kongpob memarkirkan mobilnya dengan sembarang, lahan parkir dirumahnya kini terasa luas, karena hanya ada mobilnya kini. Dengan menenteng minuman pink yang dibelinya ditengah perjalanan pulang, Kongpob dengan segera masuk kerumahnya.

Dan mendapati pintu rumahnya terkunci.

Pikiran Kongpob mulai berpencaran, kenapa rumahnya dikunci? Selama ini Arthit ada dirumah, dan rumah mereka berada dikomplek yang aman dan tidak pernah terjadi kejadian yang tidak diinginkan oleh para penghuninya. Jadi seharusnya rumahnya tidak perlu dikuncikan? Kongpob bisa langsung masuk seperti hari-hari kemarin untuk mendapati Arthit menyambutnya dari dalam rumah.

0062Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang