Chapter 2

3 1 0
                                    

Enjoy guys!!

.

.

.

Dia itu gila, kenapa hanya dia yang boleh memanggilku Freya? Memangnya dia siapa? Dia bukan pacarku, tapi perkataanya yang bilang bahwa hanya dia yang boleh memanggilku Freya itu terlalu mengatur. Seakan-akan aku ini pacarnya, dekat sama dia saja aku tidak.

"Avii, sebelum pulang, Aku ingin bertemu temanku. Bisa kau temani aku?" Pertanyaan Kate sukses membuat pikiranku tentang Eylan terhenti

"Tentu saja"

"Baiklah, aku akan merapikan buku-buku ini dulu"

Aku mengangguk dan berjalan keluar kelas duluan dan menunggu Kate selesai dengan barangnya, kuharap Kate tidak lama berbicara dengan temannya. Terkadang dia sering lupa waktu dan membiarkanku berdiam diri dengan wajah bodohku di tengah lapangan hanya untuk menunggunya selesai berbicara dengan temannya, Kate memang sahabat yang sangat baik ha-ha.

"Aviio, ayo!" Seru Kate dan berlari kecil di depanku, astaga anak ini, dia meninggalkanku dan membiarkanku berjalan dibelakang. Padahal aku sudah menunggunya tapi dia? Huh, dasar.

Aku berjalan santai melewati koridor dan melihat Kate sudah jauh di depanku, memangnya temannya yang mana yang akan dia temui? Mengapa bersemangat sekali? Kalau aku jadi Kate, aku tidak mau menghabiskan tenagaku berlari di koridor yang panjang ini demi bertemu temanku. Berjalan santai juga tidak masalah, Kate memang type cewek yang senang berlari-lari kesana ke mari.

Dari sini aku bisa melihat Kate berbicara dengan seorang cowok, tapi aku tidak tahu siapa itu karena wajahnya tertutupi oleh Kate. Aku berjalan lebih dekat lagi ke arah Kate agar aku bisa tahu siapa yang ingin Kate temui, bukannya bermaksud ingin tahu. Hanya saja aku kesal melihat Kate meninggalkanku tadi, memangnya siapa yang mau Kate temui itu? Seperti orang penting saja

"Aviio Freya." Tiba-tiba terdengar seseorang menyuarakan namaku, membuatku berbalik dan melihat seorang cowok tinggi dengan rambut jatuh sedang tersenyum ke arahku

Hei! Bukankah dia cowok yang mengkritikku di saat hari pertama sekolah, yah tidak salah lagi. Dia Louis Sean, cowok yang mengkiritik bajuku di hari pertama sekolah. Dia memang menyebalkan karena membuat kesan buruk disaat itu, tapi sekarang aku cukup dekat dengannya. kadang juga kami melontarkan kata ejekan satu sama lain dan tertawa bersama

"Louis Sean? Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku dan berjalan mendekat ke arahnya, dia tersenyum dengan sombong ke arahku

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di sini? Di bagian sini, kan kelasku jadi wajar saja jika aku disini." Louis tersenyum sombong dan memalingkan wajahnya dari ku, Wah bocah ini memulai perang lagi rupanya.

"Kelasmu? Excuse me, memangnya kau pintar?" Aku bertanya dengan nada mengejek, dia memalingkan wajahnya ke arahku dan menatapku remeh, "Tentu saja, kau jangan meremehkan seorang Louis."

"Louis, kau jangan bermimpi." Aku kembali mengejeknya dan Louis tetap Louis, dia tetap menampilkan wajah mencemohnya itu, dasar menyebalkan.

"Hei Lou, apa yang kau lakukan di luar sana? Ambil tasmu, baru kita pulang." Seseorang keluar dari kelas X-3 dan meneriakki Louis untuk segera mengambil tasnya, "Kau duluan saja, aku masih ingin berbicara dengan gadis ini." Jawab Louis dan kembali menatapku

Wah, tidak ku sangkah jika kelasnya memang disitu. Baiklah, aku percaya sekarang. "Jadi bagaimana menurutmu? Tidakkah aku pintar?"

"Well, bisa saja kau masuk di situ karena kau membayar Lou-is."

Jadi di sekolah ini ada kelas yang khusus untuk anak yang pintar dan berprestasi, kelasnya di bagi menjadi 3 kelas. Yang pertama itu X-1, kelas anak populer dan berprestasi, dan jangan lupakan fakta bahwa mereka itu kaya. Lalu kebanyakan anak X-1 atau bisa dibilang AJ.R Class (Adorable Jenius Rich Class) itu tampan dan cantik, tapi beberapa masuk dikelas itu karena bayaran dan beberapanya karena memang mereka berprestasi. Yang ke dua itu X-2, kelas yang semuanya berisi siswa sisa dari kelas X-1. Mereka masuk disitu karena kelas X-1 sudah full atau penuh, jadi mereka di tempatkan di X-2. Dan semuanya berisi siswa populer dan kaya, hanya ada satu atau dua orang saja yang memang benar-benar berprestasi di dalam sana. Dan terakhir, kelas X-3, kelas yang semunya berisi siswa pintar dan berprestasi. Mereka di tempatkan disini karena mereka pintar dan kehabisan tempat di X-1 dan X-2, kelas ini kebanyakan siswa yang rajin mengikuti olimpiade. Seharusnya mereka yang di kelas X-3 itu di tempatkan di X-1, tetapi mereka di kalahkan oleh siswa yang memiliki banyak uang dan bersaing untuk memperebutkan bangku yang ada di X-1. Lagi pula, apa hebatnya X-1? Mengapa semua orang bangga berada di kelas bayaran itu?

"Hei! Jangan salah, aku ini juara Science Competation. Jadi, wajar saja jika aku masuk di kelas itu" tunjuk Louis dan tersenyum remeh ke arahku lagi, dasar lelaki sombong!

"Aviio!" Teriak seseorang yang membuatku tidak jadi mengejek Louis, aku berbalik ke kanan dan melihat Kate melambai dan memanggilku melalui kode tangannya yang mengatakan bahwa aku harus segera menghampirinya, aku pun mengangguk singkat dan kembali berbalik ke arah Louis. "Ocean, aku harus ke sana dulu, Bye!" Perkataanku membuat Louis membulatkan matanya dan hampir saja dia memukul kepalaku tetapi aku duluan berlari ke arah Kate sebelum dia menyentuh kepala cantik ku ini

"Hei, namaku bukan Ocean! Awas kau Aviio!!" Teriak Louis kepadaku

"Tapi nama mu terdengar seperti itu, Louis Sean=(Ocean.)!" Balas ku sambil berteriak dan tertawa melihat wajah Louis yang mengernyit kesal terhadapku

Aku berlari ke arah Kate sambil tertawa bahagia, yah! Aku bahagia sudah berhasil membuat Louis kesal terhadapku. Lihat, kan aku juga bisa membuat seseorang kesal terhadapku. Bukan cuma seseorang yang bisa membuatku kesal, tapi aku juga bisa membuat seseorang kesal.

"Kau ini kenapa Aviio?" Tanya Kate di saat aku tiba di sampingnya

"Hah? Apanya yang kenapa?"

"Kau berlari dan berkeringat seperti itu." Kate bertanya dengan wajah datarnya, Lihat wajahnya itu, rasanya aku hanya ingin menertawai wajah sok datarnya itu

"Aku baik." Jawabku dan tersenyum manis, mood ku lagi bagus sekarang karena sudah membuat Louis kesal terhadap tingkahku, "Ya sudah, ayo kita pulang." Aku mengangguk dan berjalan mengikuti Kate di belakangnya

"Tunggu"

Aku berbalik di saat seseorang menyentuh pundakku, kali ini siapa lagi yang ingin mencari gara-gara denganku? "Apa?" Jawabku bersamaan dengan melihat siapa yang menyentuh pundakku

Aku terkejut di saat aku melihat cowok ini, dia yang tadi membuatku bingung dan bertanya-tanya di dalam hati dan pikiranku. Yah, tidak salah lagi. Dia Eylan, si tampan berwibawah yang tadi sedang makan siang denganku di kantin dan dia orang yang sama yang ingin di temui oleh Kate sekarang.

"Apalagi sih Eylan?" Kate menjauhkan tangan Eylan dari pundakku dan menatap Eylan dengan alis terangkat

"Aku tidak berbicara kepadamu" Eylan menatap Kate dengan datar dan kembali menatapku, "Aku tahu, tapi kau berbicara kepada sahabatku. Kami harus pulang Eylan, berhentilah bermain-main."

Eylan kembali menatap Kate, kali ini tatapannya lebih datar dan tajam. Jika saja tatapan bisa membunuh mungkin sekarang Kate sudah tewas, terpancar aura dingin dari Eylan. Oke, ada apa ini? Mengapa Kate dan Eylan saling menatap dengan tatapan horror mereka? Dan kenapa juga aku harus berada di tengah-tengah orang yang sedang beradu tatapan, rasanya aku ingin menghilang sekarang.

"Um, guys aku-" perkataanku terpotong disaat Eylan berbicara.

"Freya, bisa kau temani aku membeli sebuah kemeja putih?" Pertanyaan Eylan membuatku menatapnya dengan wajah anehku, "Hah? A-Aku tid-"

"Aku tidak menerima kata tidak."

Apa?

Bajingan ini, jika dia tidak menerima kata tidak, untuk apa dia bertanya kepadaku? Eylan masih menatapku, dia menatapku tepat di mata. Astaga kenapa tatapannya sangat intens kepadaku? Aku menggigit pipi bagian dalamku dengan gugup dan menatap Kate, Kate hanya memberiku kode bahwa semua ini tergantung padaku. Baiklah, aku akan menjawabnya

"Baiklah." Entah setan dari mana yang membuatku menyetujui Eylan, Eylan menarik tanganku. Dan aku meninggalkan Kate yang menatapku dengan tersenyum sambil melambaikan tangannya padaku

Hei! Mengapa dia tersenyum? Kupikir tadi dia sedang manatap Eylan dengan tatapan tajamnya, seharusnya dia menahanku dan melarangku menyentujui perkataan Eylan dan membiarkannya sendiri. Aneh, ada apa lagi sekarang?

"E-Eylan, kau mau membawa ku kemana?"

"Diam disini, dan tunggu aku."

.

.

.

jreengg, apa hayo yang akan dilakukan oleh Eylan?? Xd keep reading and vote guyss!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang