On My Own

58 6 1
                                    

Langit telah berubah gelap sejak beberapa jam yang lalu. Hujan yang sebelumnya mengguyur kota juga telah berhenti dan menyisakan genangan-genangan air di jalanan. meski cuaca terasa lebih dingin setelah hujan namun hal itu tidak menghalangi orang-orang untuk berkumpul di taman sepanjang sungai Han yang tengah dihiasi oleh mekarnya pohon-pohon sakura.

Kontras dengan orang yang saling bergerombol dan berpasang-pasangan, seorang pemuda bersurai hampir menyamai warna bunga yang bermekaran itu terlihat duduk sendirian sambil menunduk. Kaki-kakinya bergerak gelisah dan ia tak henti memainkan jemari-jemari lentiknya.

Beberapa orang yang berjalan melewatinya memandang bahkan berbisik mengasihani. Jihoon, nama pemuda itu, merasakan matanya mulai lembab saat entah untuk keberapa kalinya ia mendengar bisikan orang yang melewatinya. Keramaian membuatnya gelisah begitu pun tatapan orang-orang asing itu terhadapnya. Air matanya hampir saja jatuh membasahi pipi gembilnya saat sebuah tangan terulur di depannya.

Dengan cepat jihoon menaikkan pandangannya dan melihat seorang pemuda yang terlihat beberapa senti lebih tinggi darinya dengan mata sipit yang unik dan senyum yang begitu lebar. Ingin rasanya Jihoon meneriaki orang dihadapannya dan menampar wajah itu untuk menghilangkan senyuman bodohnya, namun Jihoon senyum dan tatapan lembut yang ditujukan padanya itu selalu berhasil membuat Jihoon tunduk begitu saja dan amarahnya hilang entah kemana.

Tangan mereka kini bergandengan dengan erat selagi berjalan menikmati pemandangan yang ditawarkan malam itu. sepanjang jalan Jihoon lebih memilih diam mendengarkan pemuda di sampingnya, memandanginya, mengaguminya, sambil terkadang sambil sesekali tertawa atas candaan atau tingkah konyolnya.

Banyak orang mengatakan bahwa Jihoon itu bagaikan malam. gelap, dingin, dan sepi. Meski ia tahu orang-orang itu bermaksud menyindir kepribadiannya tapi ia tak peduli. Ia menyukainya dan ia tak keberatan dengan perumpamaan yang orang buat untuknya.

Ada banyak hal yang Jihoon sukai dari malam. salah satunya adalah karena hanya saat malam ia dapat melihat indahnya gemerlap bintang. Bahkan Jihoon memiliki bintangnya sendiri. Selain itu, alasan lain Jihoon menyukai malam adalah karena pada malam hari ia dapat dengan bebas memiliki Soonyoung untuk dirinya sendiri.

Mereka sering menghabiskan malam dengan berjalan-jalan tak tentu arah. Menyerahkan navigasi pada kaki masing-masing. Tapi tempat yang paling sering digunakan untuk melakukan kegiatan ini adalah di sepanjang sungai Han seperti sekarang.

Suasana malam berubah hangat meski sebelumnya turun hujan. Orang-orang terlihat begitu menikmati cuaca malam yang berangsur membaik itu. terlihat dari semakin ramainya kumpulan orang yang memenuhi sekitaran taman. Selain itu kumpulan awan juga mulai menyingkir dari langit malam, menyingkap kumpulan bintang yang tersembunyi dibaliknya.

Jihoon begitu menikmati malam itu hingga ia menyempatkan diri untuk sejenak berhenti dan mengagumi sekeklilingnya. Genangan air di jalanan memantulkan cahaya lampu dan terlihat berkilau laksana perak. Buliran air di lampu-lampu jalanan bagai butiran kristal. Dahan pepohonan yang terbentang di sepanjang jalan berkelap-kelip bagai dihiasi bintang-bintang. Semua ini begitu menakjubkan, ditambah lagi, Jihoon dapat membayangkan ia dan Soonyoung bergandengan tangan menikmati keindahan ini selamanya.

Namun saat Jihoon menyadari bahwa genggaman di tangannya kosong dan ia hanya berdiri sendirian di tengah lalu lalang orang banyak, kepanikan mulai memehuni pikirannya. Jihoon mengedarkan pandangannya berkeliling. Napasnya mulai memburu. Detak jantungnya pun kian memburu. Sejak dulu Jihoon tidak pernah suka berada sendirian di tengah keramaian. Hal itu membuatnya ketakutan lebih dari apapun.

Sekelebat ia dapat melihat sosok Soonyoung di kejauhan. Perasaan lega mulai memenuhi dadanya dan ia hendak berjalan menuju ke arah Soonyoung. Namun secepat perasaan leganya muncul, secepat itu juga perasaan itu hilang. Di sana Jihoon dapat melihat Soonyoung, Soonyoungnya, tersenyum begitu manis, tapi bukan untuknya. Soonyoung terlihat begitu bahagia bersama dengan perempuan yang tak Jihoon kenali. Bahkan, Jihoon tidak pernah melihat wajah Soonyoung sebahagia itu.

On my ownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang