Aroma khas dari ruangan kecil itu begitu menusuk ke dalam rongga hidung. Tak banyak yang dapat dilihat hanya sebuah brankar, sebuah layar kaca, sofa kecil dan meja besi yang terletak di sebelah brankar serta di dalam ruangan tersebut terdapat ruangan yang sangat kecil dan kuyakini itu adalah, toilet.
Ruangan sekecil itu hanya dihuni oleh suami istri yang sedang berbincang-bincang dan seorang pria yang umurnya sekitar 16 tahun sedang asyik memainkan gadget dengan tangan yg di aliri dengan selang infus.
Dengan malas gadis itu melangkahkan kakinya untuk mengikuti wanita berumuran 40 tahun itu, yang tak lain adalah Mamanya. ke- enam bola mata itu kini melihat kearah mereka. Mamanya pun menyalami sepasang suami istri itu begitu pula dengan gadis itu yang sengaja mengikuti gerakannya."Gimana keadaan mu Zo ? Pacarnya udah jenguk belum ?" Tanya Mama gadis tersebut , sedikit basa basi memang kepada pria itu hanya untuk memecahkan keheningan yang tercipta. Tak ada jawaban namun ia hanya tersenyum, senyum yang tak dapat diartikan oleh siapapun termasuk gadis yang umurnya satu tahun lebih muda darinya.
" ini Canaya ? Udah besar ya ? O iya sekarang udah kelas 3 smp ya?" Kini giliran seorang wanita yang umurnya sekitar 43 tahun-an membanjiri gadis itu dengan berbagai pertanyaan, kira - kira semua pertanyaan itu merupakan pertanyaan retoris yang sama sekali tidak membutuhkan jawaban. Sehingga ia pun tersenyum dan sekedar mengangukkan dagu sebagai isyarat jawaban 'iya'.
"Nanti masuk SMA nya Kenzo aja Nay, SMA Bhayangkara." Kini giliran Pria cukup tua yang sedang duduk di sofa yang angkat bicara dengan pandangan mata nya yang masih tertuju pada kumpulan berita di koran yang masih dipegang nya.
'SMA Bhayangkara?' Gadis itu yang kini sedang meminum segelas air mineral lalu tersedak seketika. Bagaimana tidak kaget ternyata pria yang sedang tidur di brankar itu adalah salah satu siswa SMA BHAYANGKARA, SMA terfavorite di kota berpolusi ini, SMA yang hanya berisikan anak-anak orang berada dan terkenal dengan berbagai prestasi. Bukan hanya itu, artinya dia adalah teman dari Kak Dave? Kak Dave adalah kakak kelas SMP gadis itu dulu, bukan hanya itu saja dia adalah kakak kelas yang selalu ia kagumi sampai sekarang ini. Entah apa yang membuat gadis itu begitu kagum padahal dia begitu sombong dan selalu terlihat dingin. Awalnya ia merasa acuh padanya apalagi saat sahabat - sahabatnya sedang heboh membicarakan sesosok pria tampan itu. Tapi ketika saat gadis tersebut bertatap langsung dengan mata pria itu, seketika itu juga matanya yang tajam itu mampu membuat nya luluh, membuat gadis itu terpesona akan dirinya.
"Pengennya sih juga kesana dia. Tapi ngak tahu juga Jeng nilai dia nanti bisa menjangkau atau enggak." Ucap Mama gadis itu yang seketika itu juga membuyarkan lamunan Canaya dalam seketika. Canaya pun hanya tersenyum dan mengarahkan pandangannya ke sahabat Mamanya itu, lalu beberapa menit kemudian pandangannya beralih pada sebuah jendela kaca yang berada di sudut ruangan kecil itu. Dan sepertinya saat itu juga fikirannya melayang entah kemana.
*****
Gadis itu kini sedang cemas menunggu hasil Ujian Nasional yang hari ini akan diumumkan oleh pihak sekolah. Tak kunjung berhenti ia mengucap doa, menghela nafasnya agar lebih tenang, lebih tepatnya menenangkan dirinya sendiri.
"Canayaaa hasilnya udah keluar!!!" Suara itu begitu nyaring terdengar di telinga ku, untung saja membrane timpani telinga ku tidak pecah saat mendengar teriakan itu. Yah, dia adalah sahabatku, namanya Pricillia.
"Deg.." jantung gadis itu rasanya kini sedang berdetak begitu cepat dari biasanya.
Pengelangan Canaya pun digenggam begitu erat oleh Pricilla, sahabat nya. Mereka pun berlari menyusuri koridor sekolah untuk menuju ke tempat ditempelkannya pengumuman nilai Ujian Nasional yang baru saja mereka laksanakan kurang lebih satu bulan yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
COME AND GO
Teen Fiction[Kehidupan] Ibarat pesawat terbang akan take off untuk berusaha terbang dan pada waktu yang tepat akan landing hidup itu adalah suatu proses dimana akan ada saatnya kita berada diatas dan dibawah hal itu mengajarkan bahwa tidak selamanya kebahagiaan...