Prolog | Dumb Story With You...

62 2 1
                                    

Prolog | Dumb Story With You...

______


"Just another dumb story with you." Kamu katakan saat kepalamu bersender di bahuku. Aku tertawa ringan seraya memelukmu semakin erat. Malam itu sangat dingin, penghangat ruangan rumahku mati dan yang bisa diandalkan hanya puluhan selimut dan kehangatan tubuh kita.

"So, you think this is a dumb story?" Tanyaku, dia menggeleng lalu mengangguk, rambutnya yang bergerak di leherku membuatku sedikit geli.

"No, but yes, someday I will regret this moment, every piece of it." Ucapnya, aku tertawa. Aku sangat mengetahui kebenciannya kepadaku, saat aku mengatakan kalimat itu, dulu.

"Kalo lo bahkan tau persis akan menyesal nantinya, kenapa tetep lo lakuin?" Tanyaku sambil sedikit menjauh darinya agar dapat menatap wajahnya lebih jelas. Bibirnya bergetar kedinginan, pipinya memucat, dan matanya semakin sayu.

"Do I have an option?" Ucapnya sambil mendekat ke arahku dan memelukku sangat erat. "Pilihannya, meluk lo atau mati kedinginan." Ucapnya sambil benar-benar mendekapku. Aku tertawa lalu membalas pelukannya tak kalah erat.

"Jadi meluk gue lebih baik di banding mati kedinginan?" Tanyaku, dia hanya mengangguk lalu berbisik dekat telingaku.

"Are you idiot?" Aku langsung terbahak saat mendengar bisikan pelannya. Sesungguhnya bukan kalimat lucu, namun bagiku lucu.

"Bahkan saat lo udah hampir mati kedinginan, masih bisa ngatain gue." Aku terseyum setelah mengatakan hal tersebut, dan aku dapat melihat senyum tipis di bibirnya yang bergetar.

Aku mendekatkan wajahku ke telinganya. "Why don't we book a hotel room and feel warm on a cold night?" bisikku yang hanya berbalas anggukan.

Aku dengan cepat menggendongnya dan membawanya ke salah satu hotel di Paris. Aku menindurkannya dan menyelimutinya dan selimut dengan harapan dingin mulai hilang. aku duduk di pinggiran kasur sambil menggenggam tangannya yang sedingin es. Aku mencium satu-satu jari tangannya dengan lembut. Aku mendekatkan wajahku kepadanya sambil berbisik.

"Sorry, seharusnya gue gak bilang itu dua bulan yang lalu." Bisikku tanpa melepaskan genggamnku kepada tangan dinginnya. Aku mengecup dahinya pelan dan lembut, menikmati setiap detiknya dengan harapan waktu bisa berhenti disini dan membiarkan aku selamanya bersamanya dan memberikannya kehangatan.

Aku melepaskan genggam tangaku dan kembali duduk tegak. Sesaat setelah aku hendak beranjak pergi meninggalkannya untuk tidur, tangan kecil yang dingin menarikku kembali duduk. Matanya terbuka pelan, lalu bibirnya terbentuk senyum tipis yang mengangumkan.

"Ayuk, Vi, gue mau." Ucapnya pelan, suaranya masih sangat-sangat serak.

"Mau apaan, Bi?" Tanya dengan kerutan dahi karena tidak mengerti tentang apa yang di bicarakan sahabatnya, Bianca.

"Itu jawaban gue ,buat pertanyaan lo dua bulan yang lalu."

"..."

"Gue. Mau."


______



Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang