Assalamualaikum Laela

171 16 10
                                    

Laela, kamu boleh berbahagia atas pembebasan hak wanita dari kedudukan sosial yang dulu dianggap rendah, dari segala hukum adat yang mengengkangmu untuk berkembang dan maju. Kamu boleh bernafas lega karena pandangan terbatas mereka kini sudah melek dan mengakui persamaan gender, persamaan antara hak kaum hawa dan kaum adam. Tidak akan ada lagi yang membatasimu untuk berkarya, berkreativitas, dan berinovasi, sama halnya dengan mereka. Langkahmu sama jenjangnya, akalmu sama cerdasnya, meski fisik dan tanganmu mungil bukan berarti kamu tidak bisa menggenggam asa sejatinya manusia.

Gerakmu kini bebas Laela, bak burung yang leluasa terbang dengan kedua sayapnya melewati hamparan biru lautan, pulau-pulau hijau bahkan terbang menembus cakrawala, tapi ingat burung yang terbang bebas itu, yang terbang tinggi itu, tidak pernah buta arah tujuannya dan kemana dirinya akan bertengger. Seperti dirimu Laela, jangan lupakan kodratmu sebagai manusia dan wanita.

Dunia, terlalu luas untuk kau genggam namun terlalu sempit untuk tidak kau kelilingi. Pergilah, melangkahlah Laela dari bilik kamarmu, sambut matahari pagi dengan senyum merekah, jangan malu! Dan pulanglah Laela jika memang sudah waktunya pulang, karena sinar jingga matahari akan tenggelam di ujung kegelapan. Bangunlah esok hari, jangan kalah dari ayam jantan yang bernyanyi tanpa lelah dalam sangkar bambu di belakang rumah. Itulah kenapa rangkaian kalimat "habis gelap terbitlah terang" selalu memberi energi tersendiri bagi pejuang emansipasi. Ia begitu menjunjung makna berartinya sebuah waktu, sebuah masa yang pernah ada, sedang ada dan akan ada. Energi segala apa yang tulus membelamu jika kau gunakan apa isi otakmu untuk semestaNya.

Tuhan menciptakanmu sebagai dwifungsi, yang pertama agar dirimu menghamba kepadaNya dan kedua agar dirimu menjadi khalifah yang mampu membangun peradaban di muka bumi. Sungguh Laela, darimu dan olehmu, dari langkah gempalmu, dari tangan cekatanmu, dari tutur lembutmu, dari hati muliamu, dan dari kecerdasanmu lahir calon-calon manusia beradab. Itulah cahaya benderang dari titik tolak yang kau sebut kegelapan.

Kamu adalah wanita agung yang terlindung, tapi jangan bangga jika kau hanya hidup dalam sanjung dan puja, bukankah cantik saja tidak cukup Laela? Rupa hanya sementara, maka jadilah yang hidup selamanya. Hidup dengan angin yang semilirnya menyejukkan, hidup dengan tanah yang di atasnya manusia berpijak, hidup dengan air yang tiap tetesnya memberi arti kehidupan, hidup dengan matahari yang menjadi titik pusat tata surya dan terpenting hidup dengan kalam karena dengannya dirimu dan mereka akan mampu mengenal, berbaur, bekerja sama dengan alam semesta, karena dengannya kalian akan menjadi sejatinya manusia.

Hidup? Jika hidup sekadar hidup maka babi di hutan juga hidup, jika makan sekadar makan maka monyet di kebun binatang juga diberi makan, jika hidup sebatas mencari tahta dan harta maka tetua mati tak membawanya. Lalu apa bedanya hidupmu Laela? Tentu jika kamu manusia, maka kamu punya malu, itu bedanya. Warisan alamiah yang kau warisi, ialah akal dan hati. Akal adalah otak yang paling logis dan hati adalah otak yang tidak logis, karena itu keduanya berjalan bersama tapi saling bertolak belakang. Jangan benturkan keduanya karena mereka rapuh, tuntun akal dan hatimu berkolaborasi dengan semesta maka mereka akan saling menguatkan. Malu, jika kau tak sanggup mempertanggungjawabkan harta warismu.

Berkalamlah Laela, karena itu wujud terima kasih dan tanggung jawabmu untuk mereka yang pernah ada dan akan ada. Perjuangan masa pahit itu kini berlalu, karena kamu adalah bukti penikmat hasil, jangan terlena lalu menutup mata. Masih ada tugas yang harus kau ampu Laela, jangan bangga hati atau lupa diri. Manuskrip sejarah memang berperan sebagi pelajaran, namun antologinya kamu yang harus melanjutkan.

Ilmu, dengan itu kau akan mampu menjadi sosok anggun mempesona, hidup yang berguna bukan hidup yang sekadar hidup. Jalan pun terbentang luas terserah ingin kau susuri dari sudut manapun, timur, utara, barat selatan, terserahmu. Ingin di negeri pribumi atau negeri belahan bumi lain, Cina, India, Australia, Jerman, Inggris, Amerika atau Arab sekalipun, terserahmu. Yang terpenting kau berilmu, kau genggam ilmu hidup dan kehidupan, ilmu bekal menuntaskan hidup dan bekal setelah berakhirnya hidup.

Berilmulah Laela, darimu akan lahir wajah-wajah berkharisma intelek, kaulah yang akan menemani hijrah lelaki hebat. Karena kau akan menjadi rumah paling nyaman dan menenangkan, menjadi madarasah yang pertama dan utama untuk keturunanmu. Darimu masa depan bertumpu, maka berilmulah.

Dan sekarang tugasmu, beranjaklah dari tempat persembunyian yang membuatmu nyaman, aman tapi sejatinya kau menjadi yang terancam dan terkalahkan. Realisasikan mimpi-mimpi yang kau bangun dari balik tembok baja itu, demi cahaya yang indah di seberang jalan. Jangan takut, ada yang melindungimu, jangan takut gagal karena kegagalanmu adalah ketika kamu tidak pernah mencobanya.

Lihat matahari, dia adalah saksi bisu kehidupan dari waktu ke waktu.
Karena waktu adalah hukum yang adil, ia menghargai kesempatan bagi yang menghendakinya. Ini kesempatanmu membuktikan pada mereka bahwa kau akan bisa mengelilingi dunia tanpa batas, tanpa sekat-sekat antarbenua seperti langit yang membentang dari ujung ke ujung. Bawalah selebar putih dan tinta, tulis apa yang hendak kau capai, tulis apa yang telah kau capai, tulislah Laela sebagai warisan untuk keturunanmu nanti, atau mungkin kau bisa menandai globe dunia memberi noktah pada tempat-tempat yang pernah kau gauli. Jika tak sanggup keliling dunia dengan uang maka lakukan dengan ilmu.

Jika kau Laela masih bertanya, kenapa harus berilmu? Tentu saja, karena Sang Pencipta menciptakanmu di dunia bukan untuk disendirikan tapi untuk dipasangkan, bukankah wanita adalah penyempurna separuh agama suaminya? Itulah jawaban jika kau masih ragu melepas bakiakmu, jangan terus menyakiti kaki indahmu dengan benda keras semacam itu Laela. Apapun yang kau lakukan di dunia pasti ada konsekuensinya. Hukum sebab akibat. Jangan melulu terdiam dalam bui suci, belajar kendalikan emosi, karena kau tidak pantas hanya difungsikan sebagai objek, peranmu adalah sama, yaitu sebagai subjek yang bisa mengendalikan kalam dengan cinta.

Merantaulah dari ranjang, sumur, dan dapur yang membuatmu sibuk seharian tanpa jeda. Temuilah anak-anak manusia yang bisa kau ajak bicara, bicara tentang matahari misalnya. Pergilah untuk mengenyam pendidikan agar kau bisa menjadi sebaik-baiknya pedidik teruntuk calon pemimpi terdidik. Pendidikan adalah seni, seni menggurui, seni bercerita, seni menulis, seni membaca, seni mengkombinasikan antara akal, hati dan semesta. Karena umpan balik dari pendidikan adalah menciptakan keseimbngan elemen yang hikmat dan indah. Berhenti dari kesoktahuan dan kebodohan yang membelenggu umat, teruslah belajar. Hiraukan yang mengahalangi atau yang membenci, karena kau hanya perlu bangun setiap pagi setelah kegelapan tanpa harus mengesankan siapapun.

Merantaulah untuk pendidikan maka akan kau temui hal-hal menakjubkan, akan kau lihat kehebatan alam semesta yang sering dijuluki hukum alam kehidupan. Hukum alam? Atau aku, kau, dan mereka sedang memuja kebesaranNya.

Wassalam, Laela.

                                      ***

TerjagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang