2

527 67 8
                                    

Tarikan nafas panjang dan wajah kusut yang dapat youngjae temukan dari orang dihadapannya. Mark Tuan, orang yang selalu dianggapnya berkarisma ini sekarang tidak terlihat seperti itu sama sekali. Sepulangnya dari patroli siang tadi, mark seperti kehilangan mataharinya. Wajahnya kusut, dan aura gelap seperti membayang di belakangnya.

"Gwenchana hyung?" Tidak ada jawaban dari Mark. Wajahnya masih menghadap tembok kamar asrama tempatnya berbagi tempat tinggal dengan youngjae. "Hyung?" Masih tidak ada jawaban. Youngjae ingat, terakhir kali Mark seperti ini adalah saat dimana dia berpisah dengan Jinyoung. Tapi youngjae yakin dia baru saja bertelepon ria dan bergosip dengan jinyoung dan tidak ada masalah yg di sampaikan jinyoung dari ujung line sana. "mark hyung! Jinyoung hyung menelpon!" Mendengar nama jinyoung, seketika Mark mendelik dan mengambil hp ditangan youngjae. Belum sampai dua detik dengusan kasar kembali terdengar. Dengan wajah bingung Mark menatap youngjae.

"Tidak ada telpon?"

"kau terlalu asik dengan duniamu sendiri hyung, baru melirik saat aku mengucapkan nama jinyoung hyung. Ada apa hyung?"

"gwaenchana." Mark menjawab malas, sambil kembali membetulakan posisinya menghadap tembok.

"kau tidak terlihat seperti baik baik saja dimataku. Ingat hyung aku memang bawahanmu tapi aku juga teman baikmu. Kau bisa menceritakan apapun yang mengganggumu, mulutku terkunci untukmu hyung tenang saja."

Tidak ada jawaban dari seberat itu masalah Mark hyung?pikir Youngjae. ayolah Mark itu orang yang sangat tenang dalam perang sekalipun, dia tidak pernah panik apalagi khawatir. Wajar kalau youngjae bingung, ini hal yang langka. Satu satunya hal yang bisa membuat Mark seperti ini ya Jinyoung atau ibunya.

"Hyung eommonim baik baik sajakan?"

"eoh." singkat tapi cukup jelas, tapi tetap saja belum menjawab penasaran Youngjae.

"kau bertengkar dengan Jinyoung hyung? tidak kan? barusan aku bertelepon dengan jInyoung hyung juga tidak terdengar seperti dia yang sedang galau atau apa." Mendengar nama Jinyoung Mark menatap youngjae sebentar tapi kemudian kembali berbalik menatap tembok.

"kau menelpon Jinyoung?"

"ani, Jinyoung hyung yang menelpon menanyakanmu tapi kau belum datang hyung. Tidak lama kok hanya beberapa menit saja dia menelpon." tidak sebentar juga sih sebenarnya Jinyoung menelpon, memang tadinya mau sebentar ketika Jinyoung tau kalau Mark tidak ada. Tapi Youngjae menahan Jinyoung dan malah bertanya panjang lebar tentang Jaebum. Asal tau saja Choi Youngjae masih menolak dikatakan menyukai Im Jaebum.

Hening, Mark tidak berkata apapun lagi. Sungguh, Youngjae lebih memilih Mark yang grumpy dan perfectsionist daripada Mark yang galau seperti ini. Menarik nafas sebentar Youngjae meraih tangan Mark.

"Hyung kalau ada masalah kau bisa menceritakannya padaku ok. sekarang istirahat saja kau juga mungkin sedang lelah sehabis patroli. aku akan ke dapur memasak ramyun. Mungkin membuatkan satu untukmu kalau kau mau, sambil menunggu, dinginkan saja dulu pikiranmu. arasso?"

"mm." hanya gumaman kecil yang Youngjae dapatkan, tapi tak apalah toh Mark jarang jarang seperti ini.

Sepeninggal Youngjae, Mark kembali bergulung dengan pikirannya, tentang bagaimana masa depannya dengan Jinyoung, kenapa Jinyoung seakan akan menyembunyikan ayahnya, bagaimana kalau dia harus berpisah dengan Jinyoung? bagaimana kalau blablabla... yang jelas semua yang ada dipikiran Mark sekarang adalah hal hal negatif yang mungkin terjadi dalam hubungannya dengan jinyoung.

Mark masih berkutat dengan pikirannya ketika Youngjae datang beberapa menit kemudian. setidaknya sekarang Mark sudah tidak lagi menatap tembok tapi menatap lemariada akan berkutik dari posisinya menatap tembok jika memang sedang galau.

Holding On (Lost 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang