"Anak hilang.. anak hilang.. anak hilang, kenapa semua surat kabar ini dipenuhi dengan berita anak hilang?" gerutu Takao.
"Membosankan..." Takao lalu menyandarkan punggungnya di sofa tempat ia duduk.
Ia kemudian melihat ke langit-langit rumah Haruna, dan terdiam sejenak. "Aku tidak tahu akan sesulit ini." ucapnya pelan.
"Tapi, aku sudah berjanji padamu kan, nek?" Takao memejamkan matanya dan mulai tersenyum.
"Aku merindukanmu, nek. " kata Takao pelan diiringi dengan air mata yang keluar perlahan dari matanya yang terpejam.
'Nenek juga merindukanmu, Takao'
Mata Takao terbuka lebar, ia kaget. Seperti ada suara neneknya yang membalas perkataannya.
"Apa itu tadi?" Tanya Takao di balik kebingungannya.
Yuza yang tengah berbaring dengan posisi membelakangai Takao tersenyum, ia mengerti apa yang sedang terjadi.
Yuza mengetahui kalau nenek Matsumoto memang selalu mengikuti mereka. Buktinya saat Yuza terbangun di tengah kebakaran, itu semua karena nenek Matsumoto yang memanggil namanya.
Yuza tahu Nenek Matsumoto memang belum tenang karena saat ini Takao masih dalam bahaya. Tapi Yuza salut, bahkan setelah kematiannya dia masih ingin melindungi cucunya.
***
Besoknya mereka pergi kembali ke kota mati itu. Mereka pergi saat siang hari, takut jika sampai kemalaman seperti kedatangan mereka sebelumnya.
Tujuan mereka selanjutnya adalah panti asuhan Takeuchi yang terbakar tiga tahun lalu.
Sebenarnya Takao ingin melanjutkan penjelajahan di rumah Yuza, karena bagi Takao di sanalah awal dari segalanya, tapi Haruna bersikeras ia tidak ingin kembali ke tempat itu.
Karena Takao takut jika salah satu dari mereka terpisah dan terkena bahaya jadi dia mengalah dan mengikuti saran Haruna untuk ke panti asuhan saja, mungkin di panti asuhan juga ada jejak yang ditinggalkan pelaku.
"Jadi ini panti asuhannya?"
Tanya Takao saat melihat sebuah bangunan yang sudah sangat hancur. Sebagian bangunan itu bahkan tidak memiliki atap lagi.
"Iya." Jawab Yuza.
Haruna terus diam, begitupun saat di perjalanan. Dalam hatinya terus menangis, andai saja saat itu dia sedikit lebih dewasa, dia pasti akan menyelamatkan Rin.
Saat mereka memasuki halaman bangunan itu, mereka melihat dua buah ayunan, papan seluncuran, dan alat-alat bermain lainnya.
Haruna kembali teringat saat ia tertawa dengan teman-teman semasa kecilnya, itu adalahg masa-masa terindah dalam hidupnya.
"Andai aku dapat mengulanginya," ucap Haruna sambil tersenyum sedih.
'Tidak! Andai dia tidak pernah datang,' bisik Haruna dalam hatinya.
Kali ini wajahnya berubah marah, ia lalu melihat ke arah Yuza. Amarah yang selalu ia pendam perlahan mulai keluar. Terlihat Haruna benar-benar membenci Yuza.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Curse Yuza' (END)
Mystery / ThrillerNamanya adalah Yuza, mereka menganggapnya kutukan, semua itu karena siapapun yang mendekatinya akan MATI.