Silau. Itu yang terlihat oleh mata seorang Taehyung saat mengamati lelaki yang berada sekitar 30 meter darinya. Ia menyipitkan matanya saat matanya benar-benar tidak dapat menahan asupan cahaya berlebih, yang menerobos masuk ke retinanya. Lelaki itu berjalan mendekati Taehyung yang tengah terduduk santai sambil menyipitkan matanya menghadap lelaki itu.
"Kau itu, biasa saja dong melihat maha karya Tuhan di depan mu ini.. Setidaknya gunakan tangan mu untuk menghalau sinar matahari.. Itu kan tidak bagus untuk mata.." oceh lelaki itu sambil memeluk bahu Taehyung. Taehyung hanya mengangguk dan tersenyum sekedarnya. Ia belum bisa menerima sepenuhnya kenyataan bahwa lelaki itulah yang di jodohkan kedua orang tuanya.
"Bagaimana hari mu,uh?" tanya lelaki itu menatap lekat manik cokelat Taehyung.
"Biasa saja. Tidak ada yang spesial. Selain satu pasien yang sangat susah di tangani.." jawab Taehyung memutar bola matanya ke arah langit biru.
"Ah.. Si lelaki phobia sentuhan yang bekerja sebagai ahli masak kue manis itu ya? Memangnya dia tidak mau datang lagi ?" lelaki itu menanggapi dengan cepat.
Taehyung mengangguk, "Begitulah, sepertinya dia tidak mau untuk berobat.. Pasien seperti itu sangat membuat aku lelah. Dan.." kalimat Taehyung berhenti. Tepat setelah kecupan lembut di pipi kanannya yang tiba-tiba. Taehyung melengos, menatap lelaki itu terkejut.
"Apa yang baru saja kau lakukan?"
"Memberi mu kekuatan. Agar kekasih ku ini tidak cepat lelah.. Fighting Park Taehyung!!"
"Augh, memalukan. Berhenti gunakan marga mu di namaku. Kita belum resmi menggantinya." ucap Taehyung sedikit terkekeh.
"Terima saja. Akhirnya kau akan jadi milik ku segera.. 'Park Taehyung' aku suka sekali itu.." lelaki di samping Taehyung menengadah lalu menatap Taehyung sambil menyunggingkan senyum manisnya. Taehyung menunduk dan tersenyum.
'Ya, kita akan segera melakukannya. Kim akan beralih menjadi Park. Dan aku belum menyukai itu. Semanis-manisnya senyum mu itu, aku belum bisa menerima ini!' teriak Taehyung dalam batinnya."Emm, kembali lagi dengan pasien yang sudah membuat calon ku ini kelelahan.."
"Ah ye.. Dan sepertinya aku harus pergi menemuinya," Taehyung berdiri dari duduk nya, menatap malas lelaki di depannya. Yang juga beringsut untuk mengikuti Taehyung.
"Seorang diri. Aku harus membuatnya nyaman agar bisa melakukan terapi ku, Jim.. Jadi, bisakah kali ini aku pergi sendiri?" tanya Taehyung dengan nada serius. Lelaki di depannya itu hanya diam dan mengangguk.
Taehyung meninggalkan lelaki itu sendiri. Ia tidak merasa iba pada lelaki itu. Ia terus berjalan menuju mobil sport merahnya. Ia melemparkan coat panjang di seat kosong. Menyeruput sedikit kopi nya sebelum ia meletakkan kopi itu di tempatnya. Ia segera menginjak gas dan melesat pergi.
Kaki Taehyung menuruni mobil dengan anggun. Ia menarik keatas kacamatanya dan beranjak masuk ke caffe&bakery di depannya. Yang semakin sore semakin banyak pengunjung. Taehyung menatap sekeliling ruangan. Dekorasi ruangan yang cantik dan artistik. Taehyung segera mencari tempat yang kosong agar bisa menunggu pasiennya dengan santai. Ia merelekskan tubuhnya dengan bersandar di kursi.
"Permisi tuan, ada yang ingin anda pesan?"
Taehyung mendongak. Ia tersenyum dan mengangguk.
"Aku ingin satu potong Red Velvet, satu potong Strawberry cheese and vanilla. Dan satu gelas White tea.." ucap Taehyung tanpa membuka buku menu yang di suguhkan padanya.
"Baiklah. Ada tambahan?" tanya pelayang itu saat menyadari raut muka pelanggannya.
"Dan aku pesan, ahli masaknya. Jeon Jung Kook. Benarkan? Tolong berikan aku dia." ucap Taehyung dengan senyum lebar di akhir kalimat.
Lama Taehyung menunggu semua pesanannya. Ia mengotak-atik ponselnya selama menunggu. Termasuk membalas pesan dari ibunya. Taehyung semakin malas saat membaca ulang pesan-pesan ibunya.
Ia berdecih sambil memerosotkan tubuhnya ke atas meja. Dan memainkan jari-jarinya diatas meja, mengetuk-ngetukkan dan sekali-kali mengusapnya keras sehingga timbul suara decitan. Pipinya mengembung saat Taehyung memasukkan banyak udara di dalamnya dan bibirnya mengerucut menahan agar udara itu tetap disana. Ia lelah sekali. Sungguh, terlalu banyak pelanggn disini sehingga ia harus menunggu lama pesanannya. Ia meraih kacamatanya dan mengaitkannya di kaos depannya.
"Hya, pesanan mu sudah datang. Untuk apa kau kemari? Kan sudah ku peringatkan agar jangan menemui ku?" suara lelaki itu membuat Taehyung menegakkan duduknya segera dan mengerjapkan mata berkali-kali.
"Tapi kan aku sudah berjanji akan menangani mu.. Kemarilah, duduklah.. Kita harus berbicara. Setidaknya 10 menit setiap pertemuan.." ucap Taehyung mempersilakan lelaki itu.
"Hei, bagaimana hari mu?" tanya Taehyung singkat sambil menyendoki roti-rotinya dan memakannya secara bersamaan. Ia mengerlingkan mata, maniknya menatap langit-langit ruangan ini serius. Mencecap-cecap roti di dalam mulutnya. Ia mengangguk pelan sambil menyendoki lagi kedua roti itu lalu memakannya bersamaan.
"Hei, aku jijik melihat mu seperti itu. Pelan-pelan dan makanlah sewajarnya. Jangan menca-"
"Rasakan. Lebih menarik bukan? Ada manis dan asam. Rasanya lucu sekali.." ucap Taehyung setelah memasukkan suapan roti campurnya ke dalam mulut pasiennya itu.
Pasiennya mengangguk setuju. Memperlihatkan raut wajah yang sama. Menimang-niman rasanya lalu tersenyum. "Aku harus buat rasa ini!!"
Dan disinilah Taehyung berada. Di dalam ruangan penuh tepung dan bahan untuk kue. Taehyung memakai apronnya dan melipat tangan di kedua dada. Ia bingung harus bagaimana. Pasiennya dengan lihai memasukkan bahan-bahan yang sudah ia hapal betul. Taehyung berdecih malas.
"Aku harus apa?! Kenapa kau menyuruh ku ikut lalu tak mengindahkan ku saat aku disini? Tch.." ucap Taehyung kesal, menatap pasiennya yang tidak bergeming.
"Apa yang kau campurkan kedalamnya Kook?"
"Eii, alat mu sungguh keren! Aku harus membelinya satu!"
"Kook, kenapa tidak menanggapi aku?! Augh, menyebalkan!"
"Hei, apa mengaduk adonan itu melelahkan?"
Taehyung terus saja menggerutu sebal. Bertanya-tanya soal ini itu. Memegang semua alat yang dia suka dan yang baru dia lihat. Pasiennya mencoba tetap fokus, terus saja mengaduk adonan dengan penuh cinta. Tapi, semakin dibiarkan semakin pudar pula kefokusan pasien Taehyung itu. Pasien yang bernama Jung Kook itu pada akhirnya menyerah dengan gerutuan dan segala macam kalimat yang keluar dari mulut Taehyung. Termasuk segala pernyataan yang di jejalkan kepadanya.
Jung Kook membanting pengaduknya. Menatap Taehyung sebal. Taehyung yang tersentak hanya diam bungkam tanpa melanjutkan kalimat-kalimatnya. Taehyung melirik takut pada wajah pasiennya itu. Tapi dia seorang psikiater, itu tugasnya untuk membuat tenang. Jadi dia berusaha untuk bertanya sewajarnya. Ia segera akan membuka mulutnya untuk berbicara.
Tangan Jung Kook bergerak ke wadah plastik berwarna sliver di sampingnya dengan segera lalu memasukkan isi di wadah itu ke dalam mulut Taehyung sebelum psikiaternya itu mulai bicara lagi.
"Makan saja! Jangan banyak bicara!" tegas Jung Kook kembali mengaduk adonannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Safe In Touch
Fanfic"Sebagai seorang psikiater, aku sadar tidak ada manusia yang tidak gangguan jiwa. Bukan karena aku psikiater lalu aku mengklaim bahwa aku tidak gila. Sebaliknya, aku sangat gila karena kalian berdua! Bodoh." -Kim Taehyung. "Jadi kau menyukai si bre...