SATU ✔️

244K 7.6K 195
                                    

"Reyhan." Wanita paruh baya itu berkacak pinggang sambil bersandar diambang pintu. Melihat putra pertamanya yang masih saja terlelap tidur setelah ketahuan pulang dini hari dengan wajah penuh luka.
     "Mama barusan ditelfon sama pihak sekolah, mereka bilang ada siswa yang babak belur karna ulah kamu." Charly menghela nafas panjang dan beranjak mendekat menuju kasur. "Kamu apa-in anak orang sampai segitunya?" Charly melotot menatap punggung Reyhan yang tidur membelakanginya.

     Tidak lama menunggu, cowok itu membalikkan badannya menghadap Charly. Kini mereka berdua sudah saling memandang.
     "Mama tenang aja, anak itu gak kenapa-napa." Reyhan merubah posisinya menjadi duduk sambil memulas senyum. "Kayak mama ga tahu aja urusan anak muda." Timpalnya langsung kemudian melenggang pergi menuju kamar mandi.

     "Mama gak peduli sama anak itu, yang mama peduli-in itu kamu." Sahut Charly. "Kamu selalu saja buat mama khawatir, kenapa kamu gak bisa hidup tenang seperti adikmu." Wanita itu menghela nafas panjang dan segera membuka lemari baju sembari menyiapkan seragam sekolah anaknya itu.

     Usai mandi dan memastikan Charly sudah melenggang pergi, Reyhan keluar dari kamar mandi dan menatap seragam sekolahnya diatas kasur beserta atribut lengkap. Ia sejenak memulas senyum dan segera bersiap-siap untuk sekolah.

•   •   •

Dengan penampilan yang bisa dibilang sedikit berantakan, baju yang sengaja dibiarkan keluar, tas ransel yang selalu menggantung disatu lengannya, Reyhan terus berjalan menglangkahkan kakinya sambil menghembuskan asap rokok menuju kelas tanpa memperdulikan sedaritadi ia menjadi santapan bahan obrolan sama orang-orang yang tiap kali melewatinya.

     "Satrio Reyhan." Cowok itu langsung sigap membuang rokok yang hampir habis dan menoleh keasal suara yang sudah sangat-sangat ia hafal. Oke, sepertinya dia dalam masalah besar hari ini.
     "Kamu tahu ini area sekolah, tidak boleh merokok!" Tegur Bu Melisa dengan lantang yang lagi-lagi mereka berdua sudah menjadi pusat perhatian seluruh murid yang ada dikoridor sekolah.

     "Ibu mau suruh saya ke BK?" Tebak Reyhan yang sudah pasti betul. Bukan masalah perihal rokok saja, kini dirinya sudah mengetahui bahwa pihak sekolah bakal meminta kejelasan terkait tawuran semalam yang dia lakukan berasama sekolah tetangga yang sudah menjadi langganan sebagai rival.
     "Ya, Pak Joko sudah menunggu disana." Jawab Bu Melisa. Reyhan hanya merespon dengan senyuman kemudian berlalu pergi meninggalkan wanita itu yang masih memandang belakang punggung Reyhan yang semakin jauh jaraknya. "Anak itu selalu saja," Guman Bu Melisa yang sudah sangat memaklumi tingkah muridnya yang satu ini, notabenenya selalu saja buat masalah.

     Reyhan menekan knop pintu dan sudah terlihat seorang pria yang sudah duduk manis di sofa sembari membaca koran. "Sudah datang rupanya," Tanpa memalingkan wajahnya menatap Reyhan, pria itu memulas senyum sambil sibuk membaca berita terkini di koran. "Silahkan duduk."
     Setelah dipersilahkan barulah Reyhan menghampiri sofa dan duduk berhadapan dengan pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah selaku kepala sekolah sekaligus pemilik yayasan sekolah, Joko Hartono.
    
     "Ada apa?" Reyhan langsung saja bertanya untuk mempersingkat waktu. Lagipula, ini bukan kali pertamanya menghadap langsung dengan kepala sekolah. Sudah berulang kali.
     Pria itu melipat korannya sejenak dan meletakkannya diatas meja. "Siapa yang merencanakan tawuran semalam?" Tukas Joko langsung pada intinya.

    Reyhan menghela nafas sejenak. "Tawuran semalam diluar sekolah, dan tidak seharusnya pihak sekolah perlu ikut campur." Ia kemudian mengambil sebatang rokok disaku celananya. "Tenang saja, selama anak itu masih hidup, sekolah tidak perlu ikut campur." Reyhan menghembuskan asap rokoknya sambil sesekali memalingkan penglihatannya kearah lapangan. Bisa dilihat kedua temannya sedang dihukum hormat bendera oleh Bu Melisa.

Reyhan [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang