Aomine dan Kagami baru saja membeli sebuah rumah di suatu perumahan. Walau besar rumah tersebut hanya berukuran setengah rumah Aomine, namun mereka sangat bersyukur bisa mendapatkannya dengan harga yang pas.
Kenapa mereka membeli rumah? Tidak. Bukan karena mereka sudah menikah /jitakparafujoshi/.
Namun, karena mereka adalah teman satu kampus sekaligus teman sekelas. Selain itu, jarak antara kampus dengan rumah mereka cukup jauh. Jadilah mereka sepakat untuk membeli sebuah rumah yang letaknya dekat dengan kampus.
"Whadya... Beruntung sekali ya kita," seru Kagami sembari mengipas-ngipas wajahnya dengan buku.
"Hooh," sambar Aomine yang matanya daritadi melihat ke seluruh penjuru.
"Ada apa?" Tanya Kagami heran.
"Warna rumah ini kurang indah dan banyak flek," Aomine berkomentar pendek sembari mencolek dinding terdekat.
"Benar juga," timpal Kagami. "Ja, gimana kalau kita yang mewarnainya?"
"Boleh saja. Kau mau warna apa?"
"Fufu, tapi ini akan sedikit berbeda loh~"
"Apa? Warna pelangi? Norak ah,"
"DENGARKAN AKU DULU!! LAGIPULA AKU TIDAK PERNAH BILANG INGIN WARNA PELANGI!!"
"Baiklah, baiklah. Ide sinting apa yang ada di otak kecilmu?"
"AHOMINE!!"
Rasanya Kagami ingin sekali menggorok leher si hitam di depannya ini. Namun ia sadar. Pembunuhan di Jepang adalah hal ilegal. Dan ia tidak mau di penjara di umur muda ini.
"Ehm. Begini loh," Kagami berdehem singkat. "Biru tua untuk sedih, merah untuk marah dan putih untuk senang."
"Hah? Maksudmu?" Aomine cengo sesaat. "Dan di Inside out, warna kuning itu untuk senang!"
"MEMANGNYA WARNA KUNING AKAN COCOK DENGAN BIRU DAN MERAH!?" Teriak Kagami. "LAGIPULA KENAPA KAU MENONTON FILM BEGITUAN!?"
"Ya untuk resfresing," balas Aomine santai. "Jelaskan dulu oi apa maksud plan mu itu!!"
"Jadi, aku ingin kita mengecat rumah ini dengan segenap emosi yang ada di hati kita. Bukan emosi marah loh! Beda!!" Jelas Kagami.
"Hmm... Jadi intinya, kalau aku sedih, aku akan mengecat dengan warna biru, kalau marah dengan warna merah, dan senang dengan warna putih?"
"Benar!!"
"Tapi bukannya bakal berantakan banget kalau begitu? Satu tembok ada 3 warna yang bertabrakan dong?"
"Ya makanya kita bagi area!!"
"Baiklah baiklah." Jadilah mereka ber-2 berunding tentang "area yang akan di beri warna". Perundingan serasa tiada akhir karena Aomine sama sekali tidak mau mengalah. Kagami yang sudah terlalu lelah menghadapinya hanya bisa mengalah.
"Tunggu dulu!! Kenapa warna merahnya cuma di WC?!" Kagami baru sadar kalau warna kesukaannya cuma tampil di tempat laknat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanjō no Iro
HumorKarena warna kita adalah sebuah emosi Pairing : Aomine Daiki & Kagami Taiga Rate : K Genre : Comedy Warning : Bahasa gak jelas betebaran, garing, aneh, absurd Ini bukan ff yaoi. Jadi agak aman di konsumsi