"Kau sedang tidak bercanda kan, Oppa?" lirih sang gadis disertai dengan bulir bening yang mulai berjatuhan melewati pipinya.
"Tidak! Aku sudah bosan denganmu. Selamat tinggal Han Sarang" tegas lelaki bermarga Min itu.
Ya. Dia adalah Min Yoongi, lelaki yang saat ini memutuskan hubungan dengan gadisnya. Gadis yang telah mengisi hari-harinya selama beberapa tahun belakangan ini. Gadis yang amat dicintainya. Orangtua Yoongi sangatlah menentang hubungan keduanya dan mengharuskan sang putra untuk mengakhirinya, untuk kemudian dijodohkan dengan anak rekan bisnisnya. Terpaksa Yoongi menurut karena jika tidak, tak akan ada alasan untuk gadisnya hidup lagi.
Sang gadis yang terlanjur kecewa memilih pergi. Dia tak habis pikir dengan keputusan sepihak yang diambil namjachingunya itu.
Sampai pada suatu waktu ia bertemu dengan Park Yoonji-calon istri mantan pacarnya-dia mendengar semua yang dibicarakan wanita itu yang pada intinya,
'Cafe Martha, besok pukul 11.00'
Sarang terkejut dengan apa yang ditangkap oleh indra pendengarnya. Ia berniat menghampiri wanita itu namun suara dering ponsel menahan langkahnya.
※※※
Esoknya Sarang bergegas menuju tempat yang dibicarakan Yoonji kemarin. Sarang sangat panik, perjalanan yang memakan banyak waktu sangat ia yakini ia tak akan sampai tepat waktu. Sesegera ia meningkatkan kecepatan mobilnya.
Takdir memang tak bisa dilawan. Secepat apapun ia melajukan mobilnya tetap saja ia terlambat sampai di cafe itu.
Dilihatnya dari dalam mobil lelaki yang masih sangat dicintainya tertawa lepas dengan seorang wanita. Rasanya sangat sakit ibarat jutaan anak panah menusuk tepat di jantungmu.
Beberapa menit ia hanya melihat dari dalam mobil hingga netranya menangkap siluet seorang pelayan dengan dua gelas minuman berada di tangannya. Berjalan pelan kearah Yoongi dan Yoonji, membuat Sarang turun dari mobilnya dan berlari secepat kilat untuk merebut minuman sang pujaan hati.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Yoongi dengan sedikit amarah terpancar di wajahnya.
"Jangan meminumnya Oppa, minuman itu sudah dicampur dengan racun!"
"Berani-beraninya kau datang kemari! Dasar gadis murahan! Bukankah Yoongi Oppa sudah memutuskanmu? Pergi kau dari sini!" Geram wanita yang menemani Yoongi.
"Sudahlah, Yoonji" "Apa kau punya bukti untuk itu?"
"Apa sekarang kau sudah tak lagi mempercayaiku?" tanpa dimintapun air mata Sarang kembali berjatuhan.
"Bagaimana bisa aku mempercayaimu sementara ini hanyalah minuman biasa, lihatlah aku akan meminumnya dan kupastikan tak terjadi apapun"
"Jangan!" Sarang segera merebut gelas itu dan beberapa detik kemudian gelasnya kosong tak tersisa.
"Kenapa kau menghabiskannya? Dasar gadis bodoh!" Perkataan Yoongi membuat Yoonji tersenyum licik, menyadari fakta bahwa Yoongi sudah benar-benar melupakan Sarang.
"Maafkan aku Oppa, aku hanya tak ingin kau meminum racun itu. Baiklah aku pergi, sampai jumpa"
Yoongi sedikit khawatir dengan gadis itu apalagi melihat raut wajahnya yang berubah drastis sesaat setelah meminum minumannya. Tak bisa dipungkiri jika ia masih sangat mencintai gadis itu.
Brukk
Dilihatnya tubuh Sarang ambruk didepan mobilnya, sangat jelas terlihat dikarenakan kaca cafe yang tembus pandang.
"Oppa kau mau kemana?" Pekik Hyeri. Yoongi berlari secepat mungkin dan mengacuhkan panggilan Hyeri.
"Sarang! Sarang! Bangun Sarang! Kumohon sadarlah!" Seru Yoongi
Perlahan Sarang membuka matanya, dia tersenyum mengingat Yoongi masih peduli padanya, "Oppa kau datang"
"Iya, aku ada disini. Kumohon bertahanlah" suara serak Yoongi terdengar, ia sudah berusaha mati-matian untuk tidak menangis melihat mata gadisnya yang teduh dan bibirnya yang semakin pucat.
"Aku hanya ingin mengatakan jika wanita itu tak baik untukmu. Dia hanya menginginkan hartamu, Oppa. Dia juga yang menaruh racun di minumanmu, aku mendengarnya kemarin. Aku senang aku bisa datang menolongmu. Maaf jika aku tak bisa menemanimu lebih lama, aku mencintaimu Oppa, sangat"
"Tidak! Jangan pergi! Kumohon tetaplah membuka matamu Sarang, kumohon!"
"Selamat tinggal Oppa"
Tertutup.
Manik indah gadis itu sudah tak lagi terbuka. Disini tangisan Yoongi pecah, air matanya mengalir dengan deras. Dia menyesal telah memarahi gadisnya tadi. Dia membenci dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia tidak mempercayai gadisnya itu?
'Aku mulai menjadi serakah. Aku ingin hidup bersamamu, menjadi tua bersamamu. Memegang tangan keriputmu. Dan mengatakan betapa hangatnya hidupku'
-fin-
KAMU SEDANG MEMBACA
[Ficlet] Suga BTS
RandomKumpulan ficlet Suga BTS berbagai genre. Dari yang sad, romance, komedi, dsb. Enjoy with my story guys!😘