Malaikat

75 17 11
                                    

Aku dan keluargaku adalah sebuah keluarga dengan 3 anak yang bahagia.























Ya, bahagia.



















Keluarga, dimulai dari sebuah pertemuan seorang Adam dan seorang Hawa, yang kemudian saling jatuh cinta.

Jika Adam mulai memiliki perasaan yang serius pada Hawa, Adam akan memberanikan diri untuk datang kerumah Hawa dan berbicara pada ayahnya, bahwa anaknya telah mencuri hatinya. Dan Adam tentu akan melamarnya.

Setelah menikah, Adam dan Hawa itu akan mengganti nama mereka menjadi Ayah dan Ibu.

Tentu, mereka sangat menginginkan sesosok malaikat kecil penggembira seluruh keluarga.

Hingga, waktu yang dinantikan pun tiba. Hadirlah seorang bayi laki-laki tampan dengan wajah yang mirip dengan malaikat pendampingnya di dunia kelak, Ibunya.

Dengan penuh kasih sayang, ayah dan ibu sangat menelateni dalam merawat malaikat kecil anugerah Tuhan.

Bahkan sanak saudara pun sangat mencintai bayi Adam ini. Hidup dalam kasih sayang, kebahagiaan, dan tawa adalah hal yang sangat diingat oleh bayi Adam ini.

6 tahun sudah bayi Adam terlahir di dunia. Ayah dan ibu menginginkan teman untuk Adam. Adam mulai takut kehilangan kebahagiaan dan kasih sayang ayah dan ibu, tapi dengan senyuman menenangkan jiwa, ibu berkata,

"Kasih sayang kami akan selalu tercurahkan padamu, malaikat kecilku,"

Dan akhirnya, bidadari kecil lahir dari rahim ibu. Ayah dengan haru menggendong bidadari pertamanya dan memberikan senyuman pertamanya.

Adam hanya memperhatikan. Adam sudah bilang pada ibu bahwa dia tidak ingin dinomorduakan. Ibu tersenyum dan memanggil Adam, lalu mendekapnya dalam pelukan.

"Jika ibu hanya punya satu hati dan harus dibagi untuk kedua malaikat ibu, ibu akan memilih melipatgandakannya menjadi ratusan untuk tetap membuatmu tersenyum tanpa rasa iri hati," kata ibu dan beliau mengecup kening Adam. Adam merasakan getaran hangat pada dirinya, lalu ia tersenyum dan memeluk ibu dengan mata terpejam, hingga ia tertidur.

Bidadari kecil ayah selalu menjadi yang paling menawan dalam satu keluarga. Tentu juga, yang paling perfeksionis.

Bidadari ayah tidak seperti Adam, yang akan melahap apapun makanan yang dimasak ibu. Bidadari ayah selalu ingin sesuatu yang berbeda dari Adam.

"Merepotkan! Ibu, untuk apa harus ada adik yang suka rewel? Kan sudah ada aku yang selalu mendengarkan kata ibu dan ayah," Tanya Adam. Ibu teraenyum dan mengelus kepala Adam.

"Ibu suka dengan sikap Adam yang mulai tumbuh dengan baik. tapi, ibu tidak mau Adam kesepian. Jadi, ibu memberikan adam adik yang cantik,"




Keluarga mereka tentu sudah dalam sebuah kebahagiaan yang sangat luar biasa.

Dan yang tak terduga, ibu mendapat sebuah titipan baru dari Tuhan untuk menemani bidadari kecilnya yang sudah berumur 1 tahun.

Ya, ibu mendapatkan seorang bidadari kecil lagi.

Ayah bingung, bagaimana bisa ibu mendapatkan anak yang bahkan tidak direncanakan?

Dan dokter mengatakan, itu adalah sundulan. Bayi sundulan tentu tidak direncanakan kehadirannya, tapi masih tetap dalam anugerah-Nya.

Bidadari kedua lahir dengan lancarnya. Bahkan bidadari kedua ini lebih menawan dari bidadari pertama. Ibu sangat menyayangi bidadari kecilnya yang kedua.

Kedua bidadari menjadi saudara yang sangat dekat, tetapi Adam berkata, "jika aku besar nanti aku tidak mau bermain dengan hawa!" Katanya setelah sekian lama selalu bermain dengan adiknya.

Malaikat-malaikat kecil ayah dan ibu selalu membawa kebahagiaan dalam rumah. Ayah dan ibu sangat menyayangi mereka.

Keluarga mereka adalah keluarga yang sangat bahagia.







Hingga akhirnya, ibu menemukan sebuah pesan singkat pada telepon seluler milik ayah yang dikirim dari seorang wanita.



Apa kabar sayang?
05.00






Goncangan hebat terjadi pada jiwa ibu. Ayah berusaha menjelaskan secara baik-baik apa maksud dari pesan singkat tersebut.

Ibu menenangkan dirinya. Ia mengangguk tanda mengerti. kemudian ayah berkata bahwa dia tidak akan mengulangi kejadian tak terduga seperti ini lagi. Ibu tersenyum, mengangguk, dan hanya bisa menunggu kepastian kata-kata ayah.

Kehidupan keluarga bahagia ini berlanjut, meskipun ada sedikit kecanggungan antara ayah dan ibu.

Malaikat-malaikat kecil mereka terus tertawa bahagia, yang tentu membuat ibu tetap bersemangat dalam membangun pondasi rumah tangga yang telah dibangunnya dengan ayah bertahun-tahun.









Hingga akhirnya, keretakan terlihat pada sudut-sudut bagian bangunan.





Ibu melihat dan mendengar ayah menelpon seorang wanita dengan kalimat yang sangat membuat hatinya terbakar api cemburu.

Ibu tidak bisa menahan emosinya, dan berkata,

"Cukup. Aku akan pergi," dan mengepaki barang-barangnya beserra milik malaikat-malaikat kecilnya, kemudian ayah mencegah.

"Biarkan aku jelaskan dulu, bu!"

"Tidak. Sudah cukup. Aku akan membawa anak-anak pergi,"

"Tidak, kau tidak bisa dengan mudah membawa anak-anakku,"

"Mereka anakku, tentu saja aku bisa,"

"Baiklah. Kumohon berikan salah satu anak kita untuk menemaniku disini,"

Ibu menarik nafas panjang.

"Bawa bidadari pertama. Aku akan membawa Adam dan bidadari kecilku,"

Dan kemudian, ibu pergi.









"Ibu, kenapa kita pindah?" Tanya Hawa kecil.

"Ada sesuatu yang belum kau pahami, sayang. Kelak, kau akan mengerti," kata ibu dengan senyumannya yang sangat manis, sambil menata lemari baju hawa kecil.








Adam dan Hawa kecil sudah tumbuh menjadi laki-laki berusia 22 tahun dan gadis berusia 15 tahun. Dan tentu saja, mereka sudah mengerti apa yang terjadi.

"Kak, aku perlu membeli barang ini, tetapi kemarin aku baru meminta barang pada ibu," kata hawa kecil sedikit bersedih.

"Sudah coba meminta pada ayah?" Tanya Adam.

Hawa kecil tersenyum, lalu segera berangkat menuju rumah ayahnya.

"Ayah!" Panggil hawa kecil. Ayahnya sedang duduk di ruang tamu sambil membaca koran. ayah menatap dingin padanya.

"Ada apa? Tumben sekali kau kemari," sahut ayah, kemudian kembali menatap korannya.

Hawa kecil menjelaskan apa maksud kedatangannya kesana.

Ayah menurunkan korannya.

"Nak, apakah begitu caramu memperlakukan ayahmu yang sudah berpisah rumah dengan ibumu? Kau tau betapa susahnya ayah kembali membangun pondasi rumah yang retak, tetapi kau dengan mudahnya memintaku untuk sesuatu yang tidak penting?"

"Ayah, kumohon! Ini sangat penting!"

"Seberapa penting dengan dirimu yang hadir dalam hidupku ini?" Jawab ayah dengan dingin, yang tentu sangat membuat hati hawa kecil terkejut dan berlinang air mata.

Hawa kecil bergegas kembali kerumah ibunya.

Ia akhirnya menyadari suatu hal.









































Keretakan dalam rumah tangga ini, tidak hanya pada masalah wanita itu, tapi juga keberadaannya di keluarga ini.

RiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang