Seiring berjalannya waktu, Adam berubah menjadi pria remaja yang penuh emosi dan dendam. Ia beralasan masalah dalam keluarganyalah yang membuat dirinya menjadi seperti itu.
Tapi jika kalian kuberitahu sesuatu, kenyataannya bukan itu.
Mari kita sebut Adam, Hawa, dan Hawa Kecil dengan suatu nama.
Adam: Daffa
Hawa: Siska
Hawa Kecil: JulyDi Bab pertama, aku pernah menceritakan bagaimana kehidupan Daffa saat kecil.
Kalian tentu paham, bagaimana rasanya berada dalam zona nyaman, dan seseorang berusaha masuk ke dalam zonamu.
Bisa dibilang, Daffa Si Anak Manja kedatangan tamu yang tak hanya singgah sementara, tapi tinggal selamanya. Bisa ditebak? Ya, Si Anak Mama ini kedatangan Siska dan July.
Perhatian yang sebelumnya tertuju padanya (semua), perlahan-lahan mulai berkurang dan terus berkurang. Dan sayangnya, dia tau apa alasannya.
Dan meskipun Daffa mencoba mengambil kembali hati para orang, dia tidak pernah berhasil mendapatkan semua perhatian yang pernah ia dapatkan.
Daffa Kecil, pada usianya yang ke 7 tahun, sudah mendapatkan 2 tamu tetap yang membuatnya sangat membenci kedua tamu ini.
Tidak hanya perhatian, tapi juga kasih sayang, cinta, dan kecupan sebelum tidur pun lama kelamaan mulai memudar dari kesehariannya.
(Biar kalian kuberitahu. Ibuku berkata bahwa cinta dan kasih sayangnya tidak pernah memudar sedikitpun pada Daffa. Tapi Daffa tetap mempercayai apa yang ada dipikirannya. Dasar keras kepala)
Dulu, saat Siska masih bayi, Daffa sangat menyayanginya. Tapi setelah Siska mulai beranjak 1 tahun, dan July datang, ia mulai merasakannya.
Kebencian yang ada dalam hatinya terus ada, dan membuatnya tidak mau lagi menyayangi kedua adiknya.
Dia berusaha menjadi yang terbaik dari Siska dan July dengan cara menjadi anak terpintar dalam keluarga kami. Dari SMP, dia selalu masuk ke sekolah favorit dengan akreditasi tinggi dan beasiswa selalu dalam genggaman. Saat kuliah pun dia berhasil masuk kuliah dengan SNMPTN, padahal SMA nya adalah salah satu SMA favorit dengan siswa yang 99% ber-IQ tinggi dan semuanya pintar.
Sampai tumbuh besar, Daffa lebih memilih menyayangi adik sepupu perempuannya, ketimbang menyayangi kedua adiknya.
(Mungkin kelihatannya biasa saja, tapi jika kalian ingin tahu, dia bukanlah orang yang asik)
Sikapnya sangat acuh padaku dan kakak perempuanku.
Ibuku tidak dapat melakukan apapun, karena beliau tahu bahwa Daffa sangat keras kepala.
Aku, Daffa, dan Siska tumbuh menjadi saudara yang tidak peduli satu sama lain. Mungkin jika aku dan Siska, kami masih bisa menjalin hubungan yang baik.
Tapi dengan Daffa? Tidak, terima kasih.
Sikap Daffa menjadi sangat tidak karuan setelah kedua orangtua kami berpisah.
Begini, bila kusimpulkan, sebenarnya seberapapun usia Daffa, dia tidak akan pernah bisa mengerti apa yang terjadi pada orangtua kami. Daffa terlalu tersugesti pada pikiran bahwa dia benci kedua adiknya, bahkan hingga saat ini.
Setelah kedua orangtua kami berpisah, mungkin dia berpikir bahwa 'inilah kesempatan untuk menunjukkan bahwa akulah yang terbaik dan kedua adikku bukanlah apa-apa' dengan cara.menjadi anak yang sangat memberontak dan bahkan,
Dia semakin membenciku dan Siska.
Kalian ingin tahu bagaimana responku dengan Daffa?
Aku bahkan tidak peduli dengannya, kami juga bahkan hampir tidak pernah bertemu, dan aku tidak menganggapnya ada dalam kehidupanku. Seberapapun dia akan menunjukkan kebenciannya padaku, aku adalah orang berhati es kepada siapapun selain ibuku setelah orangtua kami berpisah.
Jahat? Silahkan nilai aku dan Daffa sesuka kalian. Kami memiliki karakter masing-masing yang tercipta seiring bagaimana kehidupan kami selama ini.
Daffa bahkan tidak tahu bahwa aku tidak lagi menganggapnya panutan terbaikku setelah ayah.
Daffa memberontak dengan halus meskipun menurutku itu tidak sehalus yang dia pikirkan.
Dia mulai merokok, salah satu hal yang sangat dibenci ibuku. Oh, aku tidak peduli jika dia merokok 20 batang sehari pun.
Dia juga mulai berani membentak ibuku. Tidak. dalam hal ini, aku peduli. Aku menyayangi ibuku lebih dari apapun, tidak ada satupun orang yang boleh menyakiti hatinya.
Aku mencoba berbicara dengannya, yang tentu saja adalah hal yang sangat salah. Dia mulai mengungkit kejadian kenapa orangtua kami berpisah, bahkan menghubung-hubungkannya padaku.
Terserah. Aku pergi meninggalkannya. Aku tidak akan mencoba mengajaknya bicara dengan baik lagi.
Tapi, aku akan tetap berada didepan ibuku, menghadang Daffa jika dia berulah lagi.
Setidaknya, aku menjadi anak yang baik dengan berusaha melindungi ibuku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rift
RandomSama sekali bukan sebuah autobiografi, pure dari pikiran saya;) kisah ini diperuntukkan bagi orang-orang yang pernah merasakan keretakan dalam rumah tangga, terutama: broken home.