1

5 0 0
                                    


Sudah tiga puluh menit aku duduk di lobby Bandara Adisucipto menunggu pangeranku datang. Tapi entah sampai kapan aku harus menunggu. Dia tak kunjung mengangkat telponku, padahal dia yang terkekeh ingin menjemputku di Bandara tapi malah membuatku jengkel dengan sikapnya kali ini. Aku tak mengerti dengannya, selalu.

Akhirnya aku menyerah untuk menunggunya datang. Lambaian tanganku segera direspon oleh supir taxi tanda aku membutuhkan tumpangan. Supir taxi itu lalu memasukan dua koper besar ke bagasinya dengan telaten, kemudian aku duduk nyaman di jok belakang mobil.

"Pak, tolong antarkan saya ke apartemen admire." Pintaku sambil meluruskan badan di jok belakang mobil sedan biru itu.

"Baik mbak."

Aku lebih memilih pulang ke apartemen dulu karena kunci rumahku hilang ketika aku sibuk memotret rombongan Dubes Jerman yang sedang mengadakan pertemuan di salah satu hotel ternama di Bali.

Aku bersama Ryan, Said dan Sena ditugas pergi ke Bali untuk lebih mengenali kebudayaan masyarakat yang ada disana lalu mengeksposnya ke media. Tak hanya itu sebenarnya, masih banyak pekerjaan kami disana salah satunya mendatangi beberapa perguruan tinggi swasta yang sudah bekerjasama dengan perguruan tinggi luar Negeri tujuannya agar kami dan masyarakat di luar Bali tahu bahwa Bali tidak hanya dikenal akan objek wisatanya saja dengan panorama yang sangat indah tetapi juga pendidikan di Bali tak kalah unggul dengan kota pelajar yang ada di Jawa. Para mahasiswa dan pengajar dari luar juga diwajibkan untuk mengenal kebudayaan masyarakat Indonesia khususnya Bali. Mereka akan saling bertukar informasi antar Negaranya.

Staminaku mulai berkurang karena pergi ke Bali itu bukan untuk liburan tetapi pekerjaan, kami hanya punya waktu tiga hari untuk memanjakan tubuh lelah kami ini, bayangkan saja dalam satu harinya minimal kami harus mengekspos tiga berita. Sangat melelahkan tetapi juga menyenangkan. Setelah empat bulan aku menginjakan kaki disana dan mengenali begitu banyak keragaman masyarakat Indonesia membuatku terlalu bangga dengan Negara tercinta ini. Di luar sana tidak ada yang seperti Negara kita, mempunyai masyarakat yang begitu toleran dengan perbedaan, mempunyai ratusan bahasa dan ribuan suku bangsa pula.

"Aaah, akhirnya..." gumamku merebahkan diri diatas kasur empuk apartemenku.

Sesampainya di apartemen aku langsung tertidur lelap sampai tak sempat membereskan barang-barang yang ada di dalam koper, aku bahkan tidak ingat untuk sekedar membersihkan badan. Aku begitu terhipnotis dengan kasur empukku, dia sangat menggoda.

********
Ponselku berdering sangat nyaring sampai telingaku rasanya akan pecah. Aku meraba-raba mencari dimana keberadaan ponselku. 56 pesan WA dan 35kali panggilan tak terjawab. Melihat pesan dan panggilan sebanyak itu langsung aku bangun dan menyandarkan tubuhku di sandaran kasur. Mataku membelalak lebar melihat isi pesan WA yang aku terima.

-Ma King Devil-

"Dimana kamu?"

"Aku sudah di lobby"

"Sayang?"

"Kamu dimana?"

"Aku nunggu di lobby"

"Kamu dimana sih?"

"Sayang?"

"Nada?"

"Alleda Gia Hasna Dalila?"

"Kamu gak pulang ke rumah?"

"Woy, buka pintu apartemen!"

"Astaganagaaaa."

"Gua laper."

"Gua rindu."

"Dimana lu?."

Chatt yang datang dari Raffa memenuhi pesan di ponselku. Dari nada lembut sampai kasar ia keluarkan. Aku senyum-senyum sendiri membacanya membayangkan begitu kesalnya Raffa karena tidak tahu keberadaanku dan tak membalas ataupun mengangkat telpon darinya. Aku merasa bersalah tapi juga kesal kepadanya. Siapa suruh lama sekali datangnya ucapku didalam hati. Aku bahkan seperti puteri tidur sesiang ini baru bangun. Tak lama setelah membaca chatt itu ponselku kembali berdering nyaring. Lalu aku mengangkat telpon yang tak lain lagi panggilan dari Raffa, kekasihku.

"Selamat siang Putri tidur, bisakah kamu membukakan pintumu untukku?" Sahut Raffa di sebrang ponsel.

"Membukakan pintu? Emang kamu dimana?" Jawabku terheran-heran.

"Jangan mulai linglung sayang." Ucapnya merayu.

Aku bergegas membuka pintu apartemenku. Dan dugaanku benar Raffa sudah berdiri diambang pintu dengan tangan kirinya memegang satu buket bunga mawar warna-warni.

"Aaah, akhirnya aku bisa melihatmu." Ucap Raffa lega. Tangannya sudah memeluk tubuhku lalu ia memberikan bunga cantik itu kepadaku.

"Terimakasih." Sahutku mengajak Raffa duduk di sofa ruang tamu.

"Lihatlah dirimu sekarang seperti tarzan yang kegirangan karna di kasih bunga oleh sang raja hutan. Mandilah sana! Aku tau pasti kamu baru bangun." Ucapnya sambil mengacak-ngacak rambutku.

"OMG, aku baru sadar." Kemudian aku lari terbirit-birit masuk kamar mandi setelah sadar aku baru bangun, aku membayangkan Raffa telah melihat illerku barusan. Oh tidaaaak! Dan bagaimana bisa aku sebodoh itu? Aku bahkan langsung membukakan pintu tanpa membereskan wajah bangun tidurku. Aaarrgghh aku kesal sendiri.

"Duduklah tuan putriku, mari makan!" Ajak Raffa sambil menata beberapa makanan diatas meja makan.

"Aaahh, kenapa aku jadi canggung gini?" Tanyaku heran.

"Canggung gimana?"

"Gak, gak ada. Ayo makan aku sangat lapar."

"Gak jelas."

Kamipun melahap makanan dengan banyak percakapan. Kami bahkan membahas kenapa Raffa tak bisa dihubungi kemarin dan kenapa akupun menghilang. Tidak terjadi apa-apa dengan kami. Raffa bilang kemarin dia baru selesai rapat lalu bergegas menuju bandara untuk menjemputku, dia tak memegang ponsel selama perjalanan karena konsentrasi menancap gas mobilnya mengingat aku akan menunggu lama. Tapi aku masih merasa janggal dengan pengakuannya kali ini. Raffa biasanya melihat ke arahku ketika dia berbicara namun kali ini dia bicara dengan santai dan mengabaikan tatapanku.

Ada apa denganmu?
Aku bukan lagi anak kecil yang mudah dibohongi
Aku tau ada sesuatu yang tak biasa denganmu
Apakah kamu akan memulai perang lagi?
Kuharap tidak, aku sudah begitu nyaman denganmu.
Tapi hati ini mulai sesak ketika mendengar pengakuanmu.

Sorry kalau banyak typo, ini tulisanku yang pertama di publikasikan. Semoga kalian suka hehe
Jangan lupa klik bintang dan commentnya aku tunggu. Terimakasih

Mood BoosterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang