2

9 0 0
                                    

"Aku pergi bekerja. Makanlah dan pakai mobilku." Tertulis note diatas meja makan dengan kunci mobil diatasnya.

Raffa sudah pergi pagi buta seperti ini. Aku lalu menekan tombol satu menelpon Raffa dan dia tak mengangkatnya. Aku semakin merasa aneh dam bingung dengan sikapnya. Hatiku tiba-tiba merasakan sakit seperti ada yang menggoresnya. Aku tetap kuat menahan air mataku tak sampai membasahi pipi.

"Aku sudah di kantor. Mobilmu aku parkirkan di kantor. Aku akan pulang terlambat karena akan menyambut manager baru." Pesan terkirim ke -Ma King-

Hariku begitu melelahkan. Manager baru yang tak lain adalah adik tiri big bos sangat membuat kami pusing dan membosankan. Dia memang tampan tapi tak setampan big bos. Dia cukup mudah beradaptasi dengan para karyawan.

"Nada? Aku harus memanggilmu seperti itu?" Ucap manager baru itu seraya keluar dari kursi CEO yang tak lain tempat big bos biasa menyelesaikan pekerjaannya.

"Ya Pak." Jawabku singkat.

"Bagus. Kamu belum pulang jam segini?" Tanyanya santai kepadaku. Dia bahkan mulai mendekati soffa yang aku duduki.

"Saya dan sekretaris terbiasa menunggu CEO pulang dulu baru kami pun pulang."

"Sweet sekali kalian Haha. Mari sekarang kita pulang." Ajaknya memegangi tanganku menyeretku keluar dari ruangan.

"Maaf Pak, tapi aku tak bisa..." Aku mencoba menghentikannya, dia meneger genit, tak tahu diri.
Dia hanya berhenti sejenak kemudian melanjutkan jalan ke arah tempat parkir masih dengan menyeretku.

"Pak saya tidak bisa pulang dengan bapak,saya harus...."

"Harus diantar oleh saya." Belum selesai aku bicara dia malah memotong perkataanku. Brengsek sekali! Aku hampir lepas kendali, ingin rasanya berteriak bahwa manager baru ini akan mulai menggoda. Aku ingin melepaskan genggaman tangannya yang mencengkram pergelangan tanganku.

"Buka! Buka pintunya!" Seseorang menyuruh Sean membuka pintu mobilnya. Seseorang yang tak lain adalah kekasihku. Aku bersyukur.

"Keluar brengsek!!" Perintah Raffa lagi. Sean pun keluar dengan gaya so coolnya melebihi Raffa. Ngeriii melihatnya.

Sekarang ada dua lelaki yang adu jatos di depanku. Aku sangat panik melihatnya. Bingung harus berbuat apa. Aku memberanikan diri berteriak dan melerai perkelahian mereka, aku memeluk Raffa menjauh dari Sean. Aku menarik kunci mobil dari saku celana Raffa lalu menarik tangan kuatnya sekuat tenaga agar dia masuk ke dalam mobil. Dan aku pergi bersamanya mengabaikan Sean yang masih terjatuh kesakitan di samping mobilnya.

Aku menekan password seraya membuka pintu apartemen Raffa. Menarik Raffa masuk dengan kuat. Dia duduk di sofa dengan wajah lebam dan darah di sudut bibirnya. Aku segera mengambil kotak P3K dan membersihkan lukanya. Dia terus diam dengan menahan rasa sakit atas lukanya. Dia terlihat mengatur nafas agar amarahnya dapat meredam.

"Minumlah!" Perintahku dengan muka datar.

"Siapa dia?" Tanya Raffa dengan wajah penuh amarah.

"Dia adik tiri temanmu."

"Manager baru itu?"
Aku mengangguk tanda mengiyakan pertanyaannya.

"Brengsek sekali!"

"Tenanglah! Dia memang genit tapi aku bisa mengabaikannya. Percayalah."

"Mengabaikannya? Terus tadi apa?"

"Aku udah menahannya agar dia tak mengantarku tapi dia terus saja mencengkram tanganku."

"Brengsek!" Ucap Raffa lagi.

"Jangan masuk kerja sampai Seno balik!" Dia mengangkat wajahnya, sorotan matanya sangat tajam aku terus saja menunduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mood BoosterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang