"Kak el!!" seru seorang gadis di parkiran sekolah kepada rafael.
Gadis itu berteriak dengan melambai lambai kan tangan dan berlari sambil melompat lompat menghapiri rafael dengan kotak bekal bergambar doraemon di tangan nya.
Namun yang empunya nama sama sekali tak ada niatan untuk menoleh kepada zila, gadis yang memanggil nama nya itu.
Rafael tetap berjalan dengan tenang untuk keluar dari area parkiran sekolah.
Bagi nya zila tak lebih dari seorang penguntit.
Tiba tiba saja terdengar suara sesuatu yang terjatuh di belakang rafael yang membuat ia memutar badan nya 180 derajat ke arah sumber suara.
Bruk!
Rafael terbengong melihat zila yang sudah telungkup di atas aspal dengan wajah yang persis mencium aspal parkiran itu dan isi bekal yang telah berserakan di mana mana.
Sungguh naas.
"Pfft" tawa rafael hampir saja keluar. Bagi nya melihat gadis itu menderita adalah sebuah tontonan komedi yang sangat menggelitik perut.
Zila masih betah dengan posisi nya itu. Diam tak berkutik menahan malu.
"Bagun wei! Sampai kapan lu mau cipokan sama aspal?" ucap rafael dengan kaki yang mencoba membalik tubuh zila yang telungkup itu.
Benar benar tak punya hati.
"Buk!" suara punggung zila yang terbentur aspal. Dan posisi nya kini telah telentang.
"Aduh! Sakit banget badan aku" ringis zila tanpa menyadari rafael yang sudah ada di sebelah kiri badan nya.
"Yah.. Bekalnya tumpah. aish kaki sialan! Ngapain pake kesandung segala sih, padahal bekal itu kan aku buatin subuh subuh khusus buat kak el" curhat zila ketika menoleh ke kanan dan melihat isi dari kotak bekal doraemon nya berserakan di
mana mana.Dan ketika menoleh ke kiri.
"Eh kak el? Yah,bekal buat kak el yang zila bikinin tumpah. Tapi kakak jangan nangis, besok zila bikini lagi yang banyaaaak!"ucap zila kepada rafael sambil tersenyum dan mencoba untuk berdiri.
Namun yang di ajak bicara hanya memutar bola mata nya jengah. 'Yakali gue nangis cuma karena bekal makanan dari penguntit ini tumpah' batin rafael berkata. Walaupun memang tak di pungkiri oleh rafael kalau setiap bekal yang di terima nya dari zila memang selalu enak. Lebih tepat nya sangat enak. Tapi apakah ia harus menangis?wah itu sangat lah konyol.
"Mending lo elap darah yang ada di hidung lo itu! dari pada ngebacot kayak toa berjalan." ucap rafael dengan suara dingin sambil melempar kan sapu tangan yang ada di saku celana sekolah nya kepada zila, lalu melenggang meninggal kan gadis itu sendirian.
Dengan spontan zila menangkap sapu tangan itu dan memegang hidung nya.
"Lah kok mimisan?" ucap zila sambil mengelap darah segar yang mengalir dari hidung nya dengan sapu tangan pemberian rafael tadi.
"Eh kak el tungguin!" ucap zila ketika menyadari rafael telah meninggal kan nya.
Rafael mengacuh kan zila dan masuk kedalam ruang kelas 12 B
Yaitu kelas nya.Sementara zila berjalan di koridor lantai dua menuju kelas nya yaitu kelas 11 A.
Zila POV
Aku berjalan di koridor dengan senyum yang merekah lebar.
Tak peduli akan tatapan penghuni sekolah yang menatap ku dengan berbagai ekpresi.Walaupun ku tau aku tidak dalam ke adaan baik baik saja.
Lihat lah aku sekarang, gadis aneh yang senyum senyum sambil menggenggam sapu tangan dengan baju lusuh dan goresan luka kecil di lutut,sikut, dan wajah ku. Yang sedang ku pikirkan saat ini adalah rafael,rafael, dan rafael.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story About Zila
Novela JuvenilKurang lebih 3 tahun sudah zila menjadi penguntit rafael. Rafael sebenar nya merasa risih dengan zila, tapi apa boleh di buat gadis itu tak mau pergi dari hidup nya bagai permen karet yang merekat pada diri rafael. Sementara zila sendiri tak pernah...