Namaku Raisa, aku berumur 9 tahun, yang baru duduk di kelas 3 SD. Mulai dari kelas 1 SD, ibuku sengaja membelikanku sepatu yang agak besar, katanya supaya awet sampai aku besar nanti.
Dulu aku menyeret sepatuku ini karena ukurannya yang kebesaran, sekarang sepatuku sudah pas ada di kakiku karena aku sudah kelas tiga. Tapi masalah baru muncul, sepatuku sudah robek, warna hitamnya sudah luntur dan alasnya sudah tipis, apalagi kalau hujan, aku kadang sampai tiga hari memakai sepatu yang basah dikarenakan sepatuku ini terbuat dari kain. Kakiku sampai matirasa karena dingin bahkan lecet. Padahal setiap hari aku memakainya pulang pergi jalan kaki dari sekolah ke rumah.
Akhirnya ketika sampai di kelas, aku hanya duduk di kursiku. Untuk mengurangi sakit dan lecetnya aku membuka sepatuku dan menaruhnya dibawah meja. Tanpa ada yang tahu bahwa aku sedang bertelanjang kaki. Aku Cuma bisa melihat teman-teman bermain lompat tali dilapangan melalui kaca jendela kelas.
Karena pasti aku akan ditertawai jika ikut bermain tanpa memakai sepatu. Lalu mereka menanyakan kemana sepatuku, aku malu mengatakan kalau sepatuku masih basah karena hujan kemarin, mereka juga pasti akan bertanya apakah aku tidak punya sepatu ganti.Dan ketika bel masuk berbunyi, aku akan cepat-cepat memasang sepatu basahku. Aku jadi lebih banyak diam dan melamun. Ayah dan Ibu hanya janji-janji saja untuk membelikanku sepatu lagi, padahal aku tahu Ayah dan Ibu punya uang. Selalu yang ibu katakan, kalau sepatuku masih bagus dan untuk apa beli lagi.
Padahal ibu sering melihat aku memanggang sepatuku di depan tungku, bahkan sampai terbakar di bagian bawah sepatunya dan meleleh, untung segera aku angkat, kalau tidak pasti sudah terbakar semua.Ibu.. aku ingin sepatu baru
>>>>.<<<<
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu Baruku
General Fiction(completed) Hanya sebuah keinginan sederhana Raisa, sepatu baru