3

6 1 0
                                    

Setiap detik berlalu mengiringi perjalanan awal kita berkenalan. Hingga aku  sadar  terperosok dalam jurang perasaan. Namun sayang aku hanya menyimpanya sendirian, karna ku takut kau mundur secara perlahan.

Jika kau tahu setiap kata yang kau ucapkan seolah sihir dalam relung hati terdalam. Padahal iya hanya kata yang tak berhubungan dengan perasaan, ah memang aku saja yang larut dalam gejolak perasaan. Yang entah sejak kapan aku menginginkan kita berjalan beriringan, mungkin sekedar bergandengan tangan, menyambut mentari yang menghangatkan. Atau sekedar duduk dengan perbincangan ringan, diiringi tanganmu yang membelaiku sayang.
Ssttt.... itu hanya rahasia hati dan angan yang kadang datang. Karna nyatanya sekarang aku baru sampai pada titik diam yang berbalut rindu terdalam.

Waktu kita terus berjalan, hingga sampai pada masa kau bercerita soal perasaan. Saat kau bicara bahwa kau memendam rasa pada seseorang yang kau puja. Rasanya seolah nyawa dicabut paksa, padahal belum waktunya tiba.........

Hingga aku merasa bumi seolah diam, dalam kesunyian yang mencekam.
Tapi kau masih saja bercerita, padahal aku tak mendengar apa yang kau kata. Tidak kah kau tahu hatiku terluka?.
Aku tahu kau bahagia, tapi kesadaranku seolah menolak itu semua.
Hingga kau menyadarkanku pada sebuah kata tanya "apakah kita satu rasa?". Aku membisu seakan tak percaya, hingga akhirnya jiwa kembali pada raga. Aku tersenyum dan hanya bisa mengangguk saja. Nyatanya kita satu rasa yang sama, rasa yang orang sebut dengan cinta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deret kata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang