Bagian 01. Bayang-bayang

181 16 12
                                    

SENIN, 11 Juli 2017.

Begitu tanggal hari ini ditulis oleh sekretaris kelas saat jam pertama dimulai beberapa waktu lalu pada papan dan buku absen, seisi kelas mendadak riuh. Saling mengabsen teman sendiri. Saling berteriak. Saling menyalahkan siapa yang dititipkan kabar. Raka tidak begitu menyimak semua, tetapi ia tahu kolom namanya sudah diberi titik-bahwa Raka Adherana masih masuk sekolah.

Tahun ajaran baru di SMA Bumantara Biru dimulai. Siang ini Bapak Kusnandar pun menyudahi kelas XI MIPA-1 setelah menuliskan berbagai rumus-rumus sulit Fisika di papan tulis-yang sesungguhnya tidak sulit, bagi Raka.

Setelah meletakkan buku paket Fisika ke dalam kolong meja, Raka kembali menulis satu sampai beberapa poin soal mengenai PR Matematika yang akan dikumpulkan minggu depan.

Sekarang sudah bel istirahat, semua siswa-siswi bergegas berhamburan, tetapi tidak untuk Raka. Ia tetap berada di tempatnya. Duduk dan meraih buku paket Biologi di sisi kanan meja, alih-alih melanjutkan pembahasan materi mandiri yang ingin dicatat selagi kelas tak seramai jam pelajaran.

Namun, Raka tidak selalu mengambil jam istirahatnya. Ia tidak memiliki kesempatan kedua. Tidak tahun ini, tidak tahun depan. Tidak tahun lainnya.

Sebentar lagi, pikirnya. Sebentar lagi.

Pemilihan OSIS semakin dekat dan olimpiade sudah di depan mata, kemudian lomba-lomba lain. Akankah timnya akan menyusul memenangkan olimpiade itu sekali lagi ataukah .... Tidak, tidak. Raka menjamin semua akan berjalan sesuai rencananya. Mereka akan menang.

Sebelum Raka benar-benar pergi.

Itu pun, jika ia diizinkan.

Tidak lama, dari balik pintu kelas, seseorang menyembulkan kepalanya. "Raka, kamu dipanggil pembina OSIS di aula. Ada yang penting."

"Ah, iya. Aku segera turun."

Raka kemudian bangkit, merapikan buku-bukunya dan bergegas menuju aula di lantai satu. Sesampainya di sana, Raka memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Ia serta merta tersenyum, basa-basi. "Oh, Pak Tomy, ya? Ada apa?"

Pak Tomy melempar senyum seperti biasa. Sambil menyodorkan stopmap folio bewarna merah ke hadapannya, laki-laki berumur tiga puluhan itu kembali berbicara, "Ini peserta yang akan diikut sertakan untuk olimpiade sains bulan depan. Semua guru setuju, jika kelompok kalian akan ditambah dua anggota dari kelas lain. Hanya untuk berjaga-jaga-sebagai anggota cadangan. Mereka juga akan mengikuti kelas materi olimpiade setiap hari. Jadi, kamu tidak perlu khawatir."

Tidak perlu khawatir, katanya?

Raka, Sang Ketua OSIS hampir ingin tertawa geli-tidak percaya. Hanya sedikit rasa praduga, tidak mungkin ia dipanggil ke ruangan bersuhu rendah ini hanya untuk membicarakan olimpiade, pikirnya. Ia kemudian tersenyum. "Anggota tambahan, ya, Pak? Saya kira, setidaknya mereka pernah meraih nilai yang layak pada mata pelajaran yang sudah ditentukan. Anda tentu sudah mengetahui hal tersebut, bukan?"

Pak Tomy kembali tersenyum, "Ah, tentu saja."

Raka kemudian membuka lembaran yang berada di dalam stopmap. Ia menahan senyumannya. Tiga Serangkai; King, Queen dan Jack-rupanya ditarik kembali menjadi baju zirah peperangan merebut mendali emas dan nama baik SMA-nya tahun ini. Benar, pikirnya. Memang sudah harusnya seperti itu.

Di lembar pertama, terpampang wajah dirinya. Kemudian, Farah, si Bendahara OSIS. Selanjutnya, Yogi, si Sekretaris OSIS.

Lalu, Raka menghentikan tangannya. Masih tersisa dua lembar lagi.

Two SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang