[-]
MadeIn1998 || Han Yeorin [OC] x Min Suga || Little Sad, Romance, Fluff || Ficlet
Editor : Creamy (Army7proof)
----------------------------------
"Di depan pintu."Itu adalah sepenggal balasan dari seorang bernama Min Suga. Pria berumur 25 tahun, yang memilki tinggi seperti anak umur 17 tahun, dan pemikirannya yang seperti pria berumur 50 tahun.
Kusambut dia dengan wajah tidak bersahabatku ini. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia masuk begitu saja melewatiku si empunya rumah. Itu sudah biasa terjadi dari 2 tahun belakangan ini. Tapi tetap saja membuatku jengkel.
"Mama papa ke mana?" tanyanya.
"Kondangan," sahutku singkat.
"Nggak ikut kamu?" Ia kembali bertanya sambil sibuk dengan ponselnya.
"Nggak, males."
Dia duduk tanpa harus aku persilakan. Itu tidak masalah. Yang aku permasalahkan adalah sikap dia yang pura-pura tidak tahu dan tidak peduli dengan mood-ku yang buruk saat ini. Tolong digaris bawahi pada kalimat PURA-PURA.
"Mau minum apa?" tanyaku.
"Teh aja."
Aku pergi menuju dapur, dan tidak lama kembali dengan secangkir teh mint hangat.
"Nih, mungkin rasanya kurang enak," ucapku.
Ya kurang enak. Karena aku membuatnya sambil diiringi dengan gerutuan-gerutuan.
"Ya mana ada sih, yang kamu buat pasti enak?"
Aku mengernyitkan dahiku bingung. Ini maksudnya apa?
"Maksu────"
"Nggak ada yang enak apa pun yang kamu buat."
Aku terdiam. Aku tau maksudnya bercanda, tapi hati aku sedang tidak bisa menerima candaan seperti itu sekarang.
Dia meminumnya, dan mengakhiri dengan menghirup aroma teh mint tersebut. Kemudian dia menatapku yang tidak balik menatapnya.
"Ada alasan kenapa kamu ngasih aku teh mint terus? Kayanya aku pernah liat mama kamu minum teh jasmine."
"Cuma ada teh itu sekarang."
Dia tersenyum simpul──mungkin terlihat seperti sebuah seringaian──dan kemudian kembali sibuk dengan ponselnya.
Sejak dua minggu yang lalu, aku sudah mulai merasa jengah dengan hubunganku yang hampir menginjak tiga tahun ini bersamanya. Sifatnya yang terlampau cuek walaupun terkadang, sibuk dengan urusannya sendiri, tidak terbuka, dan dia selalu berbohong dengan perasaannya sendiri.
"Bosen," kataku sengaja ingin melihat reaksinya.
"Tidur, gih."
"Nggakngantuk, tapi bosen."
"Ya udah ngelakuin hal yang nggak ngebosenin aja," sahutnya masih sibuk dengan ponselnya.
Aku menghela napas. Aku tahu sebenarnya ia peka terhadap kondisiku yang sekarang. Tapi lagi-lagi, ia pura-pura cuek dan sibuk dengan dunianya sendiri.
Ia pria yang romantis dan hangat, tapi dulu, saat kami baru menjalin hubungan. Dan seiring berjalannya waktu ia berubah. Atau mungkin aku yang telat menyadari sifat aslinya?
"Aku udah nggak mood sama hubungan kita. Soalnya belum pernah aku merasa lelah sama sifat kamu sampai kayak gini. Tapi kalau inget perjuangan aku buat bertahan sama kamu bikin aku sedih, karena perjuangan aku sia-sia jadinya. Tapi aku pikir lagi, buat apa ngejalanin hubungan yang gak berasa kaya ngejalin hubungan kayak gini?" Aku menyandarkan kepalaku ke kepala sofa sambil menatap langit-langit atap. "Mungkin ... kita sampai di sini aja, ya?"
Dia menghentikan aktivitasnya dan kemudian menatapku tanpa ekspresi terkejut yang seharusnya dia keluarkan.
Lama suasana hening menemani. Saat aku membalas tatapannya, suaranya baru memecahkan keheningan.
"Oke."
Aku yang terkejut dengan jawabannya. Apakah dia menunggu-nunggu momen seperti ini? Aku bahkan tidak melihat ekspresi sedih atau semacamnya dari raut wajahnya itu. Justru aku melihat raut wajah yang menerima keadaan dengan lapang dada.
"Yauda────"
"Tapi ada syaratnya," ucapnya, "Kamu harus balikin semua barang yang aku kasih ke kamu, termasuk tiket konser SF9 yang di Jepang beserta tiket pulang-perginya. Terus gantiin juga uang makan, dan uang traktiran aku. Dan jangan lupa balikin jam tangan Swiss Army yang aku kasih waktu kamu ulang tahun itu. Itu jam tangannya lumayan masih bisa dijual dapet satu motor CBR."
Aku menapatnya bingung.
"Aku kasih waktu dua hari, kalau lewat dari dua hari, kita nggak jadi putus." Ia menatapku dengan tatapan tanpa ekspresinya.
Dia ini ... seorang produser atau rentenir sih, sebenarnya? Kenapa perhitungan sekali.
Aku mengalihkan pandanganku darinya. "Gimana bisa aku balikin semua itu ke kamu, rumah aja masih numpang sama orangtua. Apalagi dikasih waktu cuma dua hari, kamu pikir ayah aku pencetak uang."
Ia tertawa. "Ya terserah, sih." Kemudian ia menenggak habis teh mint itu dalam sekali tenggakkan. "Tehnya manis, aku suka."
Sumpah, aku tidak merasa ingin tersenyum berkat pujiannya yang jujur atau tidak itu. Justru aku ingin menangis karena sikapnya yang tiba-tiba berubah drastis.
"Aku tau kamu bosen dengan hubungan kita yang kaya gini-gini aja, kan? Tapi cobalah untuk bertahan sebentar lagi."
"Udah dua tahunan atau mungkin hampir tiga tahunan aku bertahan kayak gini terus. Kamu pikir nggak lelah apa?!" Aku emosi
"Iya Sayang, aku tau kok." Dia menjawab dengan lembut.
Aku menoleh ke arahnya, dan ternyata ia sedang menatapku dengan tatapan teduh yang sangat kusuka. Jujur, aku luluh jika dia seperti ini. Apa wanita memang mudah luluh atau hanya aku yang seperti ini?
Dan sedetik kemudian, bibirnya sudah mendarat di kening, kedua pipi, di hidung, dan berakhir di bibirku. Itu sukses membuatku tersipu dan semakin ingin menangis rasanya.
"Kamu hangat, sedangkan aku dingin. Seperti teh mint hangat. Teh hangat dan mint bersatu dapat mengeluarkan rasa dan aroma yang enak dan menenangkan. Bukankah hubungan kita juga bisa seperti itu? Harmonis."
"Tapi teh mint hangat itu manis, sedangkan kita?"
"Jika ingin ditambah pemanis, tambahkan gula. Gula itu adalah orang ketiga. Berarti harus ada orang ketiga di antara kita."
Aku menatapnya bingung.
"Seorang anak."
Aku mengembangkan senyumanku dan aku yakin pipiku memerah sekarang. Ternyata sifat romantisnya tidak pernah hilang.
"Malam ini aku tidur di sini ya sambil nungguin orangtua kamu pulang," katanya.
"Oh ya udah."
"Soalnya aku mau izin sama mama papa kamu buat ganti marga kamu dari Han ke Min."
Lagi-lagi aku mengembangkan senyumanku dan kembali ke dalam pelukan pria bermarga Min itu.
─FIN─
----------------------------------[A/N] : Aku ngerasa feelnya kurang yaa hahaha, maklum cuma dibuat dalam waktu kurang lebih 45 menitan wkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaffre [BTS SUGA FF : By Freelance]
FanfictionShould I call you Daddy? © Creamy Kookies Freelance 2017 Proudly Present