Benio- Ben

24 1 0
                                    


Hai, nama gue Benio. Tulisan ini gue buat karena gue sadar ada sesuatu yang aneh di desa gue. Jujur aja ini baru pertama kali gue bikin tulisan kayak gini hahaha. Awalnya gue pun gak sadar ada sesuatu yang aneh, tapi lama-lama gue menemukan hal yang janggal terjadi di desa ini. Keanehan ini dimulai dari beberapa warga desa yang meninggal sekitar 2 bulan lalu. Penyebab kematian mereka sebenarnya wajar, tapi gue merasa ada sesuatu yang aneh.

2 Bulan yang lalu .

"Eh, nak Benio baru pulang dari kampus?" Tanya seorang bapak-bapak berbaju koko putih dan berpeci hitam. Anak muda yang memakai kaos oblong merah bertuliskan YOLO yang lain dan tak bukan adalah Benio pun menjabat tangan bapak tersebut.

"Hehehe iya nih pak." Benio melihat penampilan bapak itu yang rapih, "Widih... Kok rapih banget pak? Mau kondangan ya?"

"Sembarangan kamu! Saya ini mau ngelayat tau!" Ucap bapak-bapak tersebut dengan nada tinggi.

"Ngelayat? Emangnya siapa yang meninggal pak?" Mendengar pertanyaan Benio raut muka bapak tersebut berubah sedih.

"Pak Rio, yang rumahnya diujung gang sana. Temen main catur bapak kalo lagi siskamling." Ucap beliau sambil tersenyum lirih. "Sudah ya, saya buru-buru"

Ya... Kematian inilah yang mejadi awal keanehan yang terjadi di desa gue. Awalnya gue gak nyadar kalo kematian pak Rio ini aneh. Tapi dua minggu setelah kematian pak Rio, salah satu warga di desa gue ada yang meninggal lagi. Korban kedua meninggal setelah sakit berbulan-bulan. Sekitar tiga hari setelah kematian korban kedua, muncul lagi korban ketiga. Penyebab kematian korban ketiga pun bukan hal yang aneh. Sampai akhirnya di korban ke enam gue sadar, kematian para warga di desa ini tuh ga wajar. Oh ya, katanya sih penyebab kematian korban ke enam ini overworking.

Mungkin bagi kalian ini wajar atau cuma kebetulan aja, tapi entah kenapa insting gue mengatakan, kematian enam warga desa dalam satu setengah bulan itu hal yg ga wajar. Akhirnya gue mutusin buat menyelidiki keanehan ini. Selama lima belas hari gue berkeliling di desa ini sampai ke desa-desa tetangga, gak ada satu pun hal aneh yang gue temuin sampai detik ini. Sampai akhirnya gue jadi bahan olok-olok anak-anak kecil di desa gue.

"Ih kak Benio ngapain sih? Tiap hari keliling-keliling desa mulu?"

"Jomblo ya kak? Gaakan ketemu jodohnya kak kalau cuma keliling desa doang! Hahahaha"

"Kak Benio cari apa sih? Mantan mah gabakal ketemu kak tiap hari dicari juga!"

Demi kerang ajaib. Kalau seandainya gaada undang-undang perlindungan anak, udah gue cekek bocah-bocah ini. Tapi gue masih waras. Tahan, tahan dulu Ben.... Tahan emosi lu. Oke, balik lagi ke permasalahan utama. Gue frustasi. Kenapa udah berhari-hari gue gak nemu bukti apapun? Apa ini cuma perasaan gue doang? Apa ini cuma gara-gara gue kecapean karena tugas kuliah jadi pikiran gue kemana-mana? Akhirnya gue mutusin buat konsultasi sama temen kuliah gue buat memastikan kalo gue masih waras.

"Hah? Lo bilang apa tadi, Ben?" Tanya orang yang dengan enaknya minum setarbak gratisan dari Benio.

"Haaaaaaah..... Tadi gue bilang. Menurut lo, wajar ga sih dalam kurun waktu 1,5 bulan ada sekitar 6 warga yang meninggal beruntun gitu?" Sambil menarik kuping pria berkacamata itu, Benio berbicara di kuping temannya itu.

"Aduuuh... Gausah ngomong di kuping gue juga kali!" Seru teman Benio sambil menutup telinganya.

"Hmm, gimana ya Ben. Menurut gue sih, mungkin aja itu kebetulan, tapi kok lo bisa ngerasa aneh? Jangan bilang ini cuma firasat lo aja?"

"hehehe... lo tau aja, San."

"Anjir, gue kira beneran ada yang aneh di desa lo. Dan lo rela cape keliling desa lu selama seminggu lebih cuma gara-gara firasat lo?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BenioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang