Author pov#
Seorang namja terlihat sedang mengeliat di atas kasurnya. Jam yang berdering di samping kanannya telah ditutupnya lalu bergegas menuju ke kamar mandi. Namja ini terlihat lelah sekali karena tadi malam dia ditugaskan oleh atasannya untuk menangkap tiga orang perampok yang coba merampok sebuah toko emas. Walaupun sendirian, namun ia berjaya menumpaskan tiga perampok yang bertopeng kemarin.
Terlihat luar biasa, bukan? Iya. Itulah Oh Sehun. Seluruh kota Seoul mengenali baik dengan dirinya. Disaat orang lain bertanya mengapa ia lebih memilih bekerja sebagai polisi kebanding menjadi idol hanya gara-gara Sehun memiliki wajah yang sangat tampan . Malah dia tidak pernah sungkan mengatakan bahwa kerja inilah yang lebih pantas dianggap dan dipuja atau dipuji oleh orang lain berbanding menjadi idola.
"Pekerjaan menolong orang lainkan lebih mulia dari menjadi idola? Jadi kenapa saya harus malu menjadi polisi?"
Dan disaat itu jugalah orang lain hanya bisa bungkam mendengar penjelasan lelaki tampan itu. Jika diargumen juga tidak akan bisa menang. Karena kebolehan Sehun bukan sahaja menangkap orang jahat tetapi juga berargumen. Jadi, wujudnya Oh Sehun itu adalah seorang yang 'sempurna'.
Balik ke Sehun tadi, setelah selesai mandi lelaki itu turun ke bawah lalu menuju ke dapur. Rutin hariannya setelah mandi adalah sarapan. Namja ini memang tidak bisa skip untuk sarapannya. Jika dia tidak bersarapan, besar kemungkinan dia akan mengalami sakit perut.
"Empat keping roti bakar dan susu hangat sudah sangat bisa membahagiakanku." Ucapnya perlahan sambil tersenyum. Ditelannya satu keping roti bakar dengan lahap lalu menenguk susu hangatnya. Setelah suapan roti bakar yang terakhir ditelan, Sehun terus berlalu keluar dari rumah nyamannya. Menuju ke tempat kerja tentunya. Walaupun diizinin datang lebih telat oleh atasannya gara-gara semalaman dia menangkap penjahat, namun Sehun tetaplah Sehun. Dia tetap akan berkerja seperti jam jam biasanya.
"Annyeonghaseyo Oh nim." Itu bawahannya. Mereka memang senang menyapa atasan tampan yang satu ini. Sehun hanya sekadar membalas sapaan itu dengan senyuman dan anggukan kecil. Setelahnya, dia langsung ke tempatnya.
Setelah duduk dengan nyaman, Sehun mula membuka fail-fail yang sengaja ditinggalkan di atas mejanya dengan gerakan perlahan. Mengecheck satu persatu tulisan yang terpampar di sana dan mencatatnya di sebuah komputer.
"Wah, yeoksi uri Sehuni! Datang pagi-pagi dan langsung mengecheck fail itu? Kau memang seorang yang rajin Sehuna." Seorang lelaki masuk tanpa mengetuk pintu ruangan Sehun lalu menyandarkan tangannya pada pundak Sehun. Terlihat akrab? Ya karena itu sahabat Sehun dari kecil.
"Bisakah kau masuk mengetuk pintunya terlebih dahulu? Tidak sopan sekali." Bebel Sehun sambil matanya masih pada layar komputernya yang menyala.
"Kau seperti tidak tauku saja. Aku hanya bertingkah tidak sopan hanya padamu. Please ya, kitakan sudah bertemanan sejak kecil."
"Iya itu aku tau. Tapi di sinikan kantor. Kau harus menjaga tata tertibmu."
"Iya iya maaf. Besok-besok ya." Jawabnya lalu tersenyum manis kearah Sehun.
"Besok-besok. Kemarin juga kau bilang begitu." Jawab Sehun tidak terima. Lelaki itu malah buat buat kaget.
"Jinjja? Kok aku lupa ya." Lelaki itu menutup mulutnya dengan hujung jarinya bertingkah seperti dia benar-benar melupakannya. Dan Sehun tetap Sehun. Dia tau segala kejahilan sahabatnya itu padanya dengan baik. Jadi polisikan tidak harusnya menjadi seorang pelupa. Bisa-bisanya dia membahayakan mangsa yang lain dengan kelupaannya. Sehun hanya menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My HerO
FanfictionMengisahkan seorang lelaki tampan, Oh Sehun yang berkerja sebagai pegawai polisi. Lelaki ini sangat dikagumi semua orang termasuk pegawainya yang lain. Berkebolehan dalam semua hal membuatkan Sehun popular dikalangan polisi namun banyak juga yang i...