Kang Zusi http://cerita-silat.co.cc/
MEDALI WASIAT
(Ode to Gallantry)
Cerita Asli: Xia Ke Xing / Hiap Khek Heng
oleh: Yin Yong ~ Diceritakan oleh: Gan K.L.
Publish by Tungning at http://serialsilat.tungning.com/
Kang Zusi http://cerita-silat.co.cc/
Bab 1. Si Jembel Yatim Piatu
Kira-kira duabelas li ditimur kota Khay-hong, ibukota propinsi
Ho-lam terdapat sebuah kota kecil bernama Hau-kam-cip,
suatu kota kecil yang ramai dan makmur dalam lalu-lintas
perdagangan.
Tatkala itu sudah menjelang maghrib, para pedagang dan
bakul-bakul, tukang sayur, tukang daging dan lain-lain sedang
sibuk bebenah pikulan dan keranjang mereka untuk pulang.
Pada saat itulah sekonyong-konyong dari arah tenggara sayupsayup
terdengar suara derapan kaki kuda yang ramai.
Hau-kam-cip memang suatu kota yang menempati jalan raya
yang penting, kaum pedagang yang berlalu-lalang setiap hari
sangat banyak, maka siapapun tiada yang ambil pusing jika
ada orang berlalu dengan menunggang kuda.
Tapi dari arah suara derap kaki kuda yang makin mendekat itu
dapat terdengar bahwa jumlah penunggang kuda itu ternyata
adalah suatu rombongan besar, sedikitnya ada ratusan.
Baru sekarang penduduk Hau-kam-cip mulai terkejut dan
heran. Dari suara derap kuda yang gemuruh itu nyata sekali
penunggang-penunggangnya sedang membalapkan binatang
tunggangan mereka dengan cepat.
“Besar kemungkinan adalah pasukan tentara pemerintah!”
demikian orang ramai mempercakapkan.
“Ya, lekas kita menyingkir,” ada yang menanggapi.
“Mendingan kalau cuma barang dagangan kita yang keterjang
dan rusak, lebih celaka kalau kita yang terinjak-injak kuda, kan
bisa runyam!”
Kang Zusi http://cerita-silat.co.cc/
Mendadak diantara suara gemuruh derap kuda itu terseling
pula suara-suara suitan, bahkan suara-suara suitan itu sahutmenyahut
dari berbagai jurusan. Ternyata segenap penjuru
Hau-kam-cip itu sudah terkepung dengan rapat.
Kembali semua orang terperanjat. Bagi orang-orang yang
berpengalaman lebih luas lantas timbul kesangsian: “Wah,
jangan-jangan adalah kaum bandit?”
Seorang pegawai toko kelontong bermerek “Ho An” ditepi jalan
itu telah berkata: “Wah, celaka! Mungkin saudara-saudara tua
kita itu yang datang!”
Ong-ciangkui, si juragan toko memangnya sedang gemetar