Bahu, tali sepatu dan kaleng minuman bersoda.
"Banyak sekali dari dirimu yang tidak aku ketahui, sampai aku
tak tahu bagimana bisa aku membencimu?"Mentari mengeluarkan sinar manisnya, menyinari seluruh jagad raya. Suara bising kendaraan menghatam pendengaran telinga Aresh. Gadis itu terlihat risih dengan suara bising motor yang mengeluarkan asap abu berbau tak sedap. Lalu ia beralih menatap jam tangan yang melingkar di tangan mungilnya, pukul tujuh kurang lima belas menit, dan dia masih menunggu lampu hijau untuk menyebrang. "Mampus gue kalau telat" lirih Aresh yang kemudian berlari saat melihat lampu hijau untuk menyebrang sudah menyala. Kaki mungil yang malas untuk berlari kini terpaksa harus berlari. Aresh menyeka keringat di tepi dahinya, lalu melihat ke arah jam tangan kembali, 12 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Sadar akan hal itu, Aresh mempercepat laju larinya, sesekali membetulkan kuncir rambut dan dasi yang mulai berantakan. Kemudian ia cepat-cepat melotot pada pak udin yang mulai menutup gerbang sekolah. "Jangan dulu pak!" Pak Udin menggeleng-geleng. "Non Aresh nanti datengnya pagian yah" Aresh menjawab dengan mengacungkan jempol kanannya seraya berlari menuju kelas.
"Aresha!, kamu baru dateng?" Celoteh guru piket yang menatap Aresh dengan tajam. "Iya bu!" Lagi-lagi Aresh menjawabnya seraya berlari menyusuri koridor kelas. Lalu ia berhenti
di depan pintu berwarna putih, mulai menenggelamkan tubuhnya masuk ke dalam ruangan kelas. "Aresha vanya gracella! Lo telat? Lagi?" Seru Salfa melengking. Aresh kemudian membantingkan tas berwarna denim ke atas meja duduknya sekencang mungkin. "Gak usah pake Toa juga Sal!".
Dilain tempat, Bahir tenggelam dalam lagu yang ia dengarkan menggunakan earphone. Seraya membaca buku kumpulan puisi, ia mengetuk atas mejanya dengan jemari-jemarinya. Sudah sejak jam enam pagi ia datang di sekolah. "Bahir, lo gak mau manggil bu tere?" Tanya Daniel teman sebangkunya. Bahir kemudian melepas earphonenya "lo ngomong apa?" , Daniel menghela nafasnya,"lo gak manggil bu Tere?" Bahir kemudian mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding berbentuk lingkaran. Lalu ia bangkit dari bangkunya menuju ruang guru, memanggil guru fisika.
Aresh sibuk mengambar di buku diary miliknya. Menggambar adalah salah 1 hobi yang membuat dirinya bahagia.
"Aresh lo di panggil pak Bandi" kalimat dari Fino dengan sempurna membuat Aresh terpaku di tempat duduk. "Mampus!" Pak Bandi? Guru sejarah terkiller se-SMA Dergantara. Dan kini, Aresh harus berhadapan dengan orang itu. "Buruan Resh!" Dan kini Fino mendesek dirinya. Aresh bangkit dari bangkunya, kemudian keluar menuju ruang guru. Ia berjalan santai sembari membetulkan kunciran rambutnya, Aresha vanya gracella gadis kelas XII IPS-1 yang sering melanggar peraturan sekolah. Sampai di depan ruang guru, Aresh masih diam tak berkutik. Ia malah memandang pintu besar berwarna cokelat itu. Sampai sesuatu menghantam bahu kanannya. Aresh meringis kesakitan, orang yang menabraknya malah dengan santai berjalan masuk, seakan tak pernah menabrak bahu Aresh. "Sialan!" Lirih Aresh, ingin sekali Aresh menghantamkan tinju ke arah pipinya, namun Aresh tak mau mendapat SP 2. Cowok itu tidak memperlihatkan wajahnya. Aresh kemudian masuk ke ruang guru dengan langkah yang dihentak-hentakan. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, ia tak mendapati sosok cowok yang menyebalkan itu. Kemudian ia pergi menuju meja milik pak Bandi. "Ada apa yah pak?" Tanya Aresh se-sopan mungkin."Aresh, kamu dapat nilai 3 di ujian sejarah kemarin" Aresh menelan ludah.
"Jika kamu masih malas untuk belajar, kamu bisa saja tidak naik kelas"
"Saya janji bakal belajar pak"
"Yasudah, 2 hari lagi persiapkan untuk remedial"
"Baik pak"
Aresh beranjak dari meja pak Bandi menuju ke kelas. Lalu seseorang menginjak tali sepatu Aresh yang terlepas, itu membuat Aresh terjatuh. "Shit!" Lirihnya. "Lo tuhh siapa ss..." ia lalu memandang cowok yang baru saja menginjak tali sepatunya sedang berjalan santai menuju ruang kelas XII IPA-1. Cowok itu juga yang menabrak bahu kanannya. "Arghhh, gue sial banget hari ini!". Lagi-lagi ia tak melihat wajah cowok tadi. Sial baginya.
Bahir berjalan menuju kelas XII IPA-1. Ia memegangi bahunya yang terasa sakit karena menabrak bahu milik cewe tadi. Lalu ia juga masih ingat bagaimana ia menginjak tali sepatu cewek itu, rasanya ia ingin menolong tapi ia malah takut bila tiba-tiba cewek itu meluncurkan tinju pada dirinya. Alhasil Bahir berjalan seakan tidak peduli. Bahir fajar pratama, cowok pandai yang malas bergaul dengan masalah, tak pernah melanggar peraturan, cowok kelas XII IPA-1 yang menjadi ketua kelas terhebat di seluruh SMA Dergantara. Satu lagi, Bahir malas berkawan dengan cinta.
🥇🥈🥉
Aresh berjalan berdampingan dengan Salfa menuju kantin sekolah yang sangat ramai. Satu dua orang berlari agar dapat tempat duduk sempurna untuk makan siang. Aresh menoleh ke arah Salfa yang sedang mencari tempat duduk. "Sal mau gue pesenin apa?"
"Batagor aja deh Resh" jawab Salfa yang masih mencari bangku untuk mereka duduki. "Yaudah gue mesen dulu". Aresh berjalan menuju tukang Batagor, lalu memesan 2 porsi batagor. Setelah itu ia pergi ke warung milik bu Ros dan membeli minuman kaleng bersoda, lalu ia kembali ke tempat yang sudah Salfa boking untuk dirinya. Aresh manaruh piring batagor milik dirinya dan milik Salfa. Lalu mengeluarkan minuman kaleng bersoda dari kresek berwarna putih dan menyimpannya berdampingan dengan piring batagor, Aresh kemudian duduk di atas kursi berwarna biru yang terbuat dari plastik itu. Lalu menusuk batagor dengan garpu yang sampai akhirnya masuk ke dalam mulutnya."Sal, ada cowok nyebelin tadi"
"Siapa?"
"Gue gak tau pokoknya dia tuh nabrak bahu gue lah, nginjek tali sepatu lah kesel gue jadinya"
Salfa menahan tawanya. "Kok gue ngakak sih"
"Ish lo mah gak ngertiin"
Bahir duduk di meja paling pojok dan menyantap nasi goreng kesukaannya seraya membaca buku kumpulan puisi. Lalu ia menematkan earphone ke telinganya, menyetel lagu Queen- love of my life. Ia lebih suka dengan lagu-lagu lama dari pada lagu ngebeat yang sedang trending topic di antara remaja lain. "Bahir!" Seru Fredy dan Geo bersamaan. Bahir kemudian menoleh ke arah dua orang terkocak yang menemani dirinya sedari dulu. "Siapa lo?" Tanya Bahir seraya memasang wajah Dingin. "Masa lo gak kenal gue hir? Gue tuh Shawn mendes" celetuk Geo. "Kamu jahat, kita putus Bahir Putus" Geo menahan tawa saat kalimat berunsur "homo" itu terlontar dari mulut Fredy. "Jijik gue" jawab Bahir sembari terkekeh ringan. "Lo udah selesai makannya?"
"Udah geo, balik ke kelas yuk"
"Yauda"
"Yauda.2"
"Plagiat lo dy"
Bahir geleng-geleng kepala melihat kelakuan 2 orang cowok itu. Lalu mereka beranjak pergi menuju kelas.
Aresh berjalan bersama Salfa sembari meneguk minuman kaleng yang ia beli tadi. Sadar minumannya habis, Aresh melemper kaleng tersebut ke arah tong sampah yang berada di dekatnya. "Aww" kalengnya salah sasaran. "Mampus gue" lirihnya. "Siapa yang ngelempar kaleng sialan ini?" Teriak cowok yang terkena lemparan maut dari Aresh. Aresh menatap wajah cowok itu, Dia yang menabrak dan menginjak tali sepatunya tadi. Aresh geram, ia lalu menghampiri cowok itu. Aresh menatap mata cowok itu lamat-lamat. "Gue" Bahir terkejut. Fredy dan Geo menganga. Dan Salfa diam tak berkutik di tempat tadi. "Lo?".Hallo, ada cerita baru nih. Maaf kalau ada typo yah, jangan lupa vote sama saran thanks :)
YOU ARE READING
Mercusuar
Teen FictionBagi Bahir, Aresh hanya sesosok cewek rese yang tiba-tiba hadir di dalam kehidupannya yang sempurna. Sementara bagi Aresh, Bahir hanya sesosok cowok manja dan menyebalkan yang membuatnya selalu sial. Semua orang menyebut mereka musuh. Namun mereka t...