Chanyeol membuka matanya ketika merasakan jemari yang membelai pipinya. Ia tersenyum ketika mendapati istri cantiknya yang duduk disamping tubuhnya.
“Baek...” ucapnya dengan suara yang serak, khas orang yang baru bangun tidur.
“Hei tuan pemalas. Ini sudah siang,” lelaki mungil itu membalas senyuman sang suami. Tubuhnya membungkuk demi memberikan ciuman hangat pada kening Chanyeol. “Bangunlah, dan segera mandi.”
Kepala Chanyeol mengangguk. Lelaki tinggi itu bangun dari tidurnya kemudian duduk disamping Baekhyun. Memeluk tubuh mungil sang istri dan memberikan ciuman pada bibir si mungil. Setelahnya, ia turun dari ranjang dan berjalan kearah mandi. Mengambil handuknya dan masuk kedalam sana, berniat membersihkan diri.
“Aku tunggu diruang makan ya, Chan.”
“Iya sayang!”Chanyeol mengulum senyum senang kemudian menutup pintu kamar mandi. Pagi yang sangat indah.
...
Langkah kaki Chanyeol terlihat ringan ketika lelaki tinggi itu mendekat kearah ruang makan. Ia tersenyum ketika mendapati tubuh mungil sang istri yang tengah berkutat dengan makanan-makanan yang tersaji diatas meja makan.
Ia mendekati Baekhyun kemudian memeluk.tubuh mungil istrinya dari belakang. Mendekapnya erat dan menaruh dagunya pada pundak sang istri. Matanya menatap terkejut pada makanan yang tersaji diatas meja makan.“Wow, kau memasak banyak sekali sayang.”
Baekhyun menoleh, menatap wajah tampan sang suami. Tangannya terangkat untuk mengelus pipi sang suami. “Tentu. Hari ini ulang tahunku, Chan. Kau tidak lupa ‘kan?”
Chanyeol diam sejenak – terlihat sedang berpikir. Setelahnya lelaki itu menepuk keningnya ketika mengingat sesuatu. “Astaga! Aku kebanyakan tidur sampai lupa! Maafkan aku sayang, dan selamat ulang tahun!” Chanyeol semakin mengeratkan dekapannya. Bibirnya mencium pipi Baekhyun dengan gemas.
Terdengar kekehan dari lelaki yang lebih mungil. Baekhyun membalikkan tubuhnya, memeluk tubuh tinggi Chanyeol dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Chanyeol. Hangat. Lelaki mungil itu tersenyum kecil. “Tidak apa-apa, Chan. Asalkan kau tetap mencintaiku, aku sudah bahagia.”Sang suami tersenyum lebar. Lelaki tinggi itu mengangkat wajah Baekhyun, membuat wajah mereka saling berhadapan. “Aku mencintaimu, Baek. Selamanya,” setelah itu, Chanyeol mendekatkan wajahnya – menyatukan dua belah bibir mereka. Menyesapnya pelan dan memberikan lumatan kecil disana. Membasahi bibir kering sang istri dengan lidahnya. Ibu jarinya mengelus pipi sang istri dengan sayang.
Pagutan keduanya terlebas, kini kening mereka yang menyatu. Mata keduanya tidak terpejam melainkan saling menatap kedalam mata pasangannya masing-masing. Bibir mereka tersenyum. Senyuman bahagia.
“Ayo kita makan, Chan.”
Chanyeol mengangguk. Setelahnya ia menuntun sang istri agar duduk tenang diatas bangku meja makan. Ia dengan telaten dan memaksa – karena baekhyun sempat menolak, menyendokkan makanan untuk lelaki mungil tersebut.
Keduanya makan dalam diam. Hanya terdengar suara sendok dan piring yang saling beradu. Ini karena sudah menjadi kebiasaan keduanya. Jika makan harus menikmatinya, tidak dianjurkan untuk berbicara di depan makanan.Selesai dengan acara makan siang mereka, Baekhyun bangkit dan membersihkan meja makan dari piring-piring kotor. Membawanya ketempat cuci piring, dan kembali keruang makan dengan sau kue ulang tahun.
Chanyeol menatap senang kearah sang istri yang tengah membawa sebuah kue ulang tahun. Sedangkan Baekhyun membalas senyuman Chanyeol kemudian ia duduk disamping sang suami.
“Kau membeli kue ulang tahun sendiri, Baek. Seharusnya kita membelinya bersama!”
“Tidak apa-apa, Chan,” Baekhyun mengeluarkan sebuah lilin dan korek api. “Kau mau membantuku menyalakan lilin ini?”