PROLOG

47 1 0
                                    

Berkali kali bocah lelaki itu menengadah menatap hamparan bintang di langit, sebelum matanya kembali lekat pd buku yg sedang digenggamnya. Buku yg tiba² menyeret jiwanya ke dalam pusaran sepi, dan bayangan demi bayangan lesap seketika ke dalam benaknya. Ia slalu menanti malam² seperti ini. Malam tanpa halimun, awan, dan hujan. Malam yg tak seberapa terang dan langit dipenuhi bintang. Malam bersama buku ayahnya di beranda vila. Pertarungan Terakhir Pendekar Kalajengking. Itulah judul buku yg sedang ia baca.

Pada bagian² awal buku, ia temukan kisah kehebatan pemburu ternama dalam legenda Yunani, Orion. Pemburu itu tak terkalahkan sepanjang hidupnya. Itulah mengapa sehingga banyak yg iri dan mendambakan kekalahannya. Tersebutlah Hera, istri Zeus yg juga berhasrat menaklukan Orion, mengutus Kalajengking ganas, Scorpio, untuk membunuh Orion Sang Pemburu Perkasa. Tapi, misi itu gagal. Mulai saat itu, Orion dan Scorpio bermusuhan sepanjang masa. Zeus Sang Penguasa, menempatkan mereka pd bagian berlawanan di atap cakrawala. Sejak itu pula keduanya tak pernah bisa disaksikan pd waktu bersamaan.

Anak lelaki itu terus membaca. Ia mendapati sang pengarang melanjutkan kisah dng lebih mendebarkan. Ternyata pemburu yg hebat tak hanya Orion. Kisah seorang pendekar biasa yg memiliki seekor kalajengking sebagai binatang peliharaan sekaligus senjata mematikan. Itulah sebabnya ia dinamakan Pendekar Kalajengking. Pendekar hebat itu sangat mengagumi Orion dan setia menatap rasi bintang itu setiap terlihat dilangit
Setiap Orion mengabarkan kehadirannya di langit lewat cahaya kemilaunya, Pendekar Kalajengking slalu setia memandanginya. Tak peduli musuh² sedang bersiasat untuk menaklukannya. Atau, orang² yg sirik bermuslihat untuk menyingkirkan nya. Ia tetap berdiri kukuh memandang langit, menyapa Orion sepenuh cinta. Bahkan ketika negeri kelahirannya di porak porandakan oleh malapetaka teramat dahsyat dan pesohor lain sudah berlarian ke negeri lain utk menyelamatkan diri pendekar setia itu tetap bertahan di negeri kelahiran, menunggu Orion tiba, bersama binatang tersayangnya.

Sungguh, hal paling membahagiakan ialah ketika kita dicintai sedemikian rupa. Orion terharu mengetahui keteguhan hati Pendekar Kalajengking. Hingga tibalah malam tak terduga, malam penuh duka. Pendekar Kalajengking tak lagi berdiri di tempat ia kerap mengawaskan mata. Satu malam, dua malam, tiga malam, dan malam² sesudahnya. Orion berduka. Kesedihan memiuh miuh ulu hatinya.

Bocah lelaki itu tertegun. Ia tak bisa memahami kisah yg dibacanya, tak bisa mengerti bagaimana bisa Pendekar Kalajengking malah mencintai Orion, bukan Scorpio yg serasi dng gelarnya. Tapi, ia buka kembali buku itu, menekuri kalimat demi kalimat.

"Ke mana gemilang cahayamu, Orion ?" tanya Dewa Langit yg tak bisa menahan diri melihat Orion bermuram durja.
"Hilang bersama perginya sang pencinta," jawab Orion sebagaimana adanya
"Tak perlu berduka. Kelak akan lahir pencinta yg lain !"
"Pendekar ini berbeda, ia orang yg setia," tukas Orion.
Dewa Langit semakin penasaran. "Km mengenalnya ?"
"Tidak! Aku tak pernah bertanya siapa namanya dan dari mana asalya. Cinta lebih dari sekedar nama."
Dewa Langit seolah tak percaya.
"Jadi, selama ini kalian tak saling mengenal ?"
"Itulah yg kusesali, Paduka," jawab Orion. "Setiap melihatnya, aku terkesima. Ia laksana cermin yg setia memantulkan cemerlang cahaya ku, seolah ia adalah aku !"

Di langit Cipanas, sebelum purnama tiba, lintang waluku meruahkan cahayanya. Lagi² bocah itu memejamkan matanya, menutup buku yg sedang ia baca dan membiarkan dirinya diseret arus kenangan. Ia pernah kehilangan dan ia harap Tuhan menguatkan hatinya. Ia pernah kehilangan seorang sahabat, teman sekelas yg berusaha tegar manakala kekerasan mengancam keselamatan jiwanya. Ia juga pernah mengagumi seseorang, perempuan teman sekelas, yg ternyata mengagumi lelaki selain dirinya. Tapi, ia tidak sedang ingin merusak ketenangan hatinya dng rupa² kecemasan. Ia harus melawan hawa dingin yg mulai menggigilkan tubuhnya.

Bocah lelaki itu tetap bertahan, merapatkan jaketnya, dan merasakan keheningan malam kian mencekam. Di langit Cipanas, bintang² bak berlian itu seolah mengajaknya segera berbenah, bangkit, dan tetap bersemangat layaknya sejuta bintang di kejauhan yg terus bercahaya. Barangkali ia harus menguatkan hatinya, benar² menguatkan hatinya, agar gelap tak sungguh² menenggelamkan angan angannya.




ANAK SEJUTA BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang