Seorang lelaki berwajah khas Melayu itu berjalan dengan santainya di selasar sebuah perusahaan besar. Tiba tiba terdengar seseorang memanggil namanya.
Merasa namanya dipanggil ia menoleh ke sumber suara, Didapatinya seorang laki laki berjalan menghampirinya. Ia hanya diam menunggu orang yang tadi memanggil nya.
"Azzam. Cape gue manggil lo" ucapnya dengan nafas tersenggal.
"Ada apa?" Tanya Azzam pada lelaki itu. Di kanan atas kemejanya terdapat sebuah name tag disana tertulis Muhammad Fajar. Sebenarnya Fajar juga sahabat Azzam sejak ia sekolah menengah atas dulu.
"Ngobrolnya diruangan lu aja, gimana?" Tawar Fajar. Padahal ruangan itu milik Azzam, tapi entah kenapa malah Fajar yang menawarkan. Azzam menganggukkan kepalanya.
"Apa?" Tanya Azzam saat mereka berdua memasuki ruangan miliknya.
"Waktu lu pergi ke US kemarin. Ada yang ngelamar buat jadi sekertaris baru lu" jelas Fajar. Azzam masih menyimak.
"Terus gue terima aja. Soalnya waktu interview kayanya skill dia bagus"."Siapa namanya?" Tanya Azzam.
"Ranti...." belum selesai Fajar berbicaa, Azzam sudah memotonnya duluan.
"Jangan bilang kalau Ranti yang lu maksud itu Ranti yang dulu satu sma sama kita"
Fajar tersenyum ragu. Ia pun mengangguk tanda membenarkan. Azzam menghela nafasnya. Wanita itu lagi, wanita yang tak pernah ia harapkan dalam hidupnya.
"Kalau gue liat dari CV yang dia kasih dan pengalaman kerjanya, dia punya prestasi bagus Zam" ujar Fajar.
"Tapi gue gak butuh orang yang cerdas tapi atitudenya gak baik, lebih baik gue menerima orang yang bodoh tapi sikap dia baik" sahut Azzam, fikirannya seperti melayang ke masa lalu saat ia masih dekat dengan wanita itu.
"Ya, kalau menurut gue sih mending coba dulu aja, mungkin sikapnya udah berubah"
Azzam hanya menganggukkan kepalanya, yang dikatakan sahabatnya ini memang ada benarnya juga.
.
.
.
.Wanita yang dimaksudkan Fajar tadi pagi, kini memperkenalkan dirinya pada bos barunya itu. Sesekali ia manatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 12 lewat, mungkin bosnya itu sedang melaksanakan kewajibannya sebagai muslim, fikir wanita itu.
Tak lama terdengar suara kenop pintu terbuka, wanita itu menoleh ka arah pintu. Didapatinya seorang laki laki yang namanya masih terukir dihatinya. Tak disangka kini laki laki itu menjadi bosnya di tempat bekerja, dunia memang berputar, dulu ia yang serba berkecukupan, namun sekarang.
Azzam masuk degan santainya, wajahnya masih datar tanpa ekspresi seperti biasanya.
"Silakan duduk" ucap Azzam tetap profesional."Silakan perkenalkan diri anda"
Ranti, wanita itu duduk dengan gelisah. Ia meneguk ludahnya.
"Nama saya Ranti, usia saya. ..."
"Sudah cukup" Azzam memotong pembicaraan.
"Anda boleh mulai bekerja hari ini"
Ranti mematuhi ucapan Azzam. Dalam hati ia berkata, dia masih sama seperti yang dulu. Seulas senyum menghiasi wajah cantiknya. Sebenarnya ia masih berharap memiliki Azzam seutuhnya. Namun ia rasa semua itu hanya tinggal kenangan saja. Ranti menoleh sebelum ia benar benar keluar dari ruangan bos-nya itu, ia menatap sejenak wajah laki laki yang pernah mengisi hatinya dulu.
seandainya dia masih milikku, batinnya dalam hati. Hidup unik memang, tidak selamanya seseorang berada diatas, akan ada kalanya hidup ini berputar. Bisa saja orang dulu kita anggap remeh, dikemudian hari derajatnya diatas kita.
Bersambung....
Assalamualaikum....
Ini revisiannya bidadari dibalik niqab. Ada beberapa yang diubah.Semoga tetep pada suka ya.
Jazakumullah. ..
Don't forget vote and komment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Di Balik Niqab (END)
Espiritual"Aku tahu itu adalah kamu, walaupun hanya kedua bola mata jernih itu yang mampu kulihat, tapi hatiku mengenalmu" "Terima kasih sudah mau menungguku, mencariku, menyelipkan namaku disetiap do'amu. Tahukah kamu, setiap hari, disetiap sepertiga malamku...