GREY

Clary

Clarisse Mahesa, atau yang biasa dipanggil Clary adalah gadis berusia 17 tahun yang lahir di Jakarta, tanggal 28 April. Terlahir menjadi putri semata wayang seorang pengusaha besar keluarga Mahesa membuatnya bisa mendapatkan apa yang ia mau dengan mudah. Tinggal mengatakannya dan orang tuanya siap siaga 24 jam untuk memenuhi permintaan itu. Ayahnya seorang pebisnis besar dan ibunya perancang busana terkenal.

Namun selama hidupnya, ada satu hal yang tak pernah bisa terkabulkan. Bagi orang lain ini permintaan sederhana, namun baginya, itu lebih dari sekedar berarti. Hal yang benar-benar ia inginkan hanya satu. Keluarganya berkumpul. 

Banyak yang mengatakan bahwa Clary adalah ratu es-nya sekolah. Dia tidak punya banyak teman dan terkesan menjauhkan diri dari segala hal yang berbau pertemanan, keakraban, dan saling membantu. Namun, walaupun sikap yang terkesan angkuh dan tidak bersahabat itu, tidak bisa disembunyikan fakta bahwa Clary menjadi gadis yang berada di urutan nomor 1 sebagai gadis incaran setiap laki-laki di sekolah.

Wajah cantik campuran Indo-Inggris, rambut hitam panjang dan sedikit bergelombang, tinggi dan berat badan ideal, kulit putih bersih, hidung yang mancung, bibir tipis berwarna pink alami walaupun tidak memakai perona bibir, wajah bulat telur, fashion style-nya yang selalu menjadi trend setter di kalangan para murid, ditambah dengan otak yang cerdas. Hal yang membuat banyak laki-laki mengincarnya dan membuat gadis lain iri. Penampakan sempurna dari seorang gadis 17 tahun. 

Namun seperti yang semua orang tahu, tidak ada hal di dunia yang bisa dikatakan sempurna, semua pasti punya cacatnya masing-masing, bahkan seorang Clarisse Mahesa juga punya. Sikap yang kurang bersahabat, dingin, dan kata-kata menusuk, 3 kata yang pasti akan kalian dengar setiap menanyakan bagaimana seorang Clarisse Mahesa pada teman-teman wanitanya. 

Hidup yang semula berjalan baik-baik saja, tenang tak berarus tiba-tiba berubah seperti aliran sungai yang biasa dipakai untuk olahraga arum jeram. Ketenangan yang awalnya ia rasakan tergantikan dengan kejengkelan dan segala euforia lainnya. Semua perubahan yang berhasil dibawa hanya oleh satu orang. Satu orang menyebalkan dan pembuat onar di sekolah. Tristan Adiwijaya.