Satu

15 2 0
                                    


Jarum jam terus berputar, menunjukkan kepada dua insan yang sedang duduk berhadapan di ruangan itu sudah berapa lama waktu yang mereka habiskan. Suara musik masih mengalun, menjadi pengiring dari suasana di kala itu.Clary, sedang duduk di butik ibunya, menghadap ke arah beberapa lembar kertas berisikan sketsa pakaian bertemakan musim panas. Sudah bukan rahasia umum lagi jika gadis itu sering membantu ibunya dalam hal pendapat mengenai berbagai macam rancangan yang akan di keluarkan oleh butik itu.

"Jadi, gimana 5 rancangan itu? Ada yang kurang?" Tanya ibunya to the point.

Clary menyingkirkan salah satu kertas rancangan, memisahkannya dari empat yang lainnya seraya berkata

"Yang itu terlalu ngebosenin, terlalu banyak ornamennya, lebih mirip baju buat acara penghargaan dibandingkan baju santai untuk jalan-jalan." Jawab Clary dengan santainya.

Sementara sang ibu yang hasil karyanya di komentari hanya diam tanpa berkutik, membiarkan Clary meneliti setiap detail yang ada, karena ya...tidak dapat dipungkiri bahwa Clary memiliki selera yang cukup tinggi dalam fashion. Semua hal yang dipakai Clary seolah bisa menjadi trend  di kalangan remaja lainnya.

"Dan ini...bagus, tapi nggak ada rasanya." Satu lagi hasil rancangan dari designer terkenal, Martha Mahesa, tidak lolos dalam standart fashion anaknya sendiri. 

Setelah mengamati ketiga rancangan yang ada di tangannya untuk sejenak, Clary kemudian memberikannya pada wanita berambut pendek yang berstatuskan ibunya itu. Martha menerima ketiga kertas yang diberikan Clary, memandangnya sejenak kemudian mengangguk setuju dengan pilihan putrinya tersebut. Sedangkan di sisi lain, Clary sudah kembali memakai tasnya, bersiap untuk pergi dari tempat itu.

"Sekolah kamu gimana Clar?" tanya ibunya dengan nada pelan, pandangannya tidak lepas dari setumpuk berkas dalam map biru yang sedang di pegang. 

Clary yang baru mencapai gagang pintu terdiam untuk sesaat, detik selanjutnya sebuah suara ia keluarkan menjawab kalimat yang terlontar. 

"Baik" Jawab Clary singkat. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

15 menit selanjutnya Clary sudah duduk di salah satu cafe milik seorang kenalannya. Meja kecil di sudut dekat jendela besar jadi tempat langganan Clary setiap kali datang ke sini. Dari tempat itu Clary bisa menyaksikan hiruk pikuk jalanan kota Jakarta di sore hari. Waktu-waktu dimana karyawan kantoran pulang kerja, seperti yang banyak orang tahu, ramai. 

"Permisi... Mau pesan apa?" Pelayan cafe dengan seragam khas berwarna coklat berdiri di depan Clary, tangannya memegang note kecil dan pulpen. 

Clary yang belum memutuskan apa yang mau ia pesan kemudian membaca menu yang tersedia, memikirkan dengan cepat apa kiranya yang sedang ingin ia nikmati. 

"Satu ice vanilla latte" ucap Clary pada pelayan yang langsung mencatat pesanannya. 

"Baik.. jadi satu ice vanilla latte-" ulang pelayan itu "Ada tambahan lain?" lanjutnya 

Clary menggeleng tanda ia tidak menginginkan hal yang lainnya. Pelayan itu pergi, digantikan seorang pria yang kini berjalan ke arahnya. 

"Clary....udah lama nggak mampir, kemana aja? Mama sama Papa sehat?" 

Itu Mas Adit, pemilik cafe, saudara jauh Clary. 

"Sibuk mas, tugas sekolah mulai numpuk lagi" Jawab Clary dengan senyuman tipisnya. "Mama sama Papa, ya.. gitu-gitu aja, at least mereka sehat kok, mas Adit sendiri gimana kabarnya? aku denger baru putus dari mba Mia." 

Adit yang sudah mengambil posisi duduk di depan Clary hanya terkekeh mendengar ucapan gadis 17 tahun itu. 

"Kamu ya... selalu to the point gitu nanyanya, hahaha, mas gakpapa, lagian cuma putus ini, nantikan cari lagi yang baru, ya nggak?" 

Sumpah, ini yang selalu buat Clary bingung sama Adit, sikap playboy-nya gak pernah luntur dari jaman laki-laki ini masih SMA, malah makin nambah umur makin jadi. 

Gadis itu mendengus pelan, "Mas Adit itu udah umurnya buat nikah, harusnya sekarang nyarinya calon istri, bukan pacar lagi, nyarinya buat serius bukan buat sekedar seneng-seneng lagi" nasihat Clary pada laki-laki yang lebih tua 7 tahun darinya itu. 

Adit masih menyunggingkan senyum yang sama. seperti tidak mendengarkan ucapan Clary, mungkin menurutnya anak SMA tau apa tentang hubungan serius? 

"Kamu sendiri gimana? Udah punya pacar belum? Masa cantik-cantik gak laku Clar, hahaha" ledek Adit yang membuat Clary memutar bola matanya. 

"Masih aja pertanyaan itu, sadar gak mas? tiap aku dateng, mas itu selalu nanya itu, bukan bukan, bukan tiap aku dateng aja, bahkan setiap mas ketemu aku! Nggak bosen nanya itu terus?" rutuk Clary sebal. 

"Mas bosen nanya, lebih bosen lagi tiap denger jawaban kamu Clar" 

"Makanya nggak usah nanya lagi, jawabannya bakal terus sama kok" Tegas Clary cepat. 

Adit baru mau membuka mulutnya untuk mengeluarkan argumen, tapi terpotong oleh seorang pelayan yang datang dengan segelas Ice Vanilla Latte pesanan Clary. 

"Satu ice vanilla latte, sesuai pesanan, silahkan dinikmati.." Pelayan itu mempersilahkan kemudian pergi setelah menaruh gelas berisi cairan coklat itu di hadapan Clary. 

"Ya udah, mas tinggal dulu ya, biasa..., mas kan orang sibuk" 

Adit beranjak dari tempatnya, tangannya terulur mengusak rambut Clary sebelum akhirnya berlalu. 

Pintu ccafe terbuka, seorang laki-laki membawa langkah kakinya yang terburu-buru masuk. Clary memainkan minumannya sejenak, sebelum akhirnya tiba-tiba seseorang datang dan duduk di hadapannya. 

"Halo sayang, udah nunggu lama?" 

Clary tersedak saat mendengar kalimat itu, ia dengan cepat mendongakkan kepalanya menatap siapa yang dengan sembarangannya memanggil dirinya begitu. Ketika tahu siapa gerangan orang itu, kejengkelan Clary bertambah 10 kali lipat. Dengan senyuman lebar di wajahnya laki-laki itu menatap Clary tanpa dosa. 

"Kok lihat aku begitu" 

Oh Tuhan! Clary benar-benar ingin muntah sekarang. 

Lagi pula, apa yang membawa orang ini kemari? Ya! Orang ini. Tristan Adiwijaya. 


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GREYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang