Elucia menatap langit malam melalui jendela. Lihatlah, hari ini sedang terjadi fenomena supermoon. Kali ini, bulan terlihat lebih besar dan bercahaya. Di tambah lagi bintangyang bertaburan seperti garam di langit. Lalu, di atas tanah, ia melihat. Melihat sebuah bunga biru yang redup.
Elucia termenung, ia seperti mengingat sesuatu. Peristiwa yang terjadi lima tahun yang lalu. Dimana ia menjadi seperti Tuhan disana. Bagaimanakah keadaan dunia itu? Apakah dia harus melakukannya lagi walaupun makhluk itu masih tinggal disana? Apakah dia sudah menghilang?
---
Hari ini hujan deras, namun Elucia harus berangkat ke sekolahnya. Bangunan megah nan luas itu dipenuhi puluhan atau ratusan murid yang bersekolah disana. Elucia membawa payung kecil ungu untuk menutupi badannya agar tak basah kena hujan. Setiap ia melangkahkan kaki ke genangan air, air tersebut menyiprat banyak ke rok yang dipakainya.Sambil berjalan, ia mengkhayal seperti biasa hingga tak sadar ia sudah sampai di kelasnya. Ia langsung meletakkan payungnya di tempat payung yang di letakkan di luar kelasnya. Sesusah itu, ia masuk ke kelasnya.
Disana hanya masih ada beberapa murid yang datang. Biasanya, pukul 06:47, setengah dari murid di kelas ini sudah datang dan cari ribut disini. Tapi, itu tak diperlu dipikirkan olehnya, Elucia harus melanjutkan gambarnya yang belum ia selesaikan dari kemarin. Seekor kupu-kupu.
Menurut gurunya, itu gambar yang membosankan, hanya ada gambar kupu-kupu bewarna biru di kertasnya, tak ada hiasan lain atau apa. Tapi, ia tak peduli karna dia tadi mengatakan untuk menggambar bebas, apa saja.
13 menit kemudian…
Bel berbunyi, semua siswa yang berada di luar, masuk ke dalam kelasnya. Sebagian guru yang menjadi wali kelas , memasuki kelasnya masing-masing. Mereka akan menuliskan pelajaran yang akan di pelajari hari ini. Juga memberitahukan beberapa informasi jika ada.
“Anak-anak, karna besok selasa libur, kalian semua akan diberikan tugas matematika, Bab 3, halaman 17, kerjakan essaynya saja,” Mrs. Reina, wali kelas 3.1 menyuruh semua murid yang berada dikelas itu untuk mengerjakan pelajaran yang paling tidak disukai oleh mereka. Lagi-lagi matematika.
Hanya Elucia yang tak terlalu memikirkannya. Dia melanjutkan gambarnya, sampai bel berbunyi.
---
Bel istirahat berbunyi. Hujan masih saja belum berhenti. Ditambah lagi petir dan halilintar saling bersahutan. Tak ada suara lain yang bjsa didengar Elucia, selain hujan dan petir. Ia duduk sendirian di mejanya.“Hey, kamu pernah mimpi indah?”
Tak sengaja Elucia menguping percakapan teman-temannya yang berada di belakang bangkunya.
“Ya! Aku pernah mimpi indah! Waktu itu, Aku berjalan di atas awan dan bisa terbang! Aku juga bisa mengambil awan-awan tersebut!”
“Kalau aku, sesaat tidur, aku pernah bermimpi, aku pergi ke luar negeri! Disana banyak orang-orang keren!”
Elucia jelas tahu apa itu mimpi. Itu terjadi saat kita sedang tertidur. Apa saja yang sangat kita pikirkan, pasti muncul dalam mimpi. Tetapi, ada satu hal yang membuat Elucia gelisah.
Ia belum pernah bermimpi.
Iri sekali ia melihat orang-orang disekitarnya menceritakan mimpinya masing-masing. Entah itu mimpi buruk atau mimpi indah.“Pasti ada cara lain untuk bermimpi,”
===
Pelajaran terakhir sebelum pulang adalah Seni. Ini adalah pelajaran yang paling disukai Elucia. Menggambar, melukis, membuat mini figure. Elucia sangat pintar dalam hal tersebut. Nilainya selalu yang paling tinggi dikelas itu.
"Jadi, kalian warna dan hiaslah gambar kupu-kupu tersebut. Nilai yang paling tinggi akan dapat nilai tambahan untuk Ujian Tengah Semester nanti,"
Elucia mengangguk. Dia menatap kertas yang bergambar kupu-kupu tersebut. Kupu-kupu itu belum bewarna, hanya putih saja.
Elucia mengotak-atik otaknya. Mencari inspirasi untuk menghias kupu-kupu ini. Lihatlah, kasihan hewan ini, belum diberi apapun sejak lima menit yang lalu.
Bertepatan dengan suara petir, Elucia memikirkan sesuatu. Dia membawa highlighter pen biru muda yang entah gimana bisa menyala dalam gelap. Dia memutuskan untuk menggunakannya.
Tangannya mulai menari diatas kertas tersebut. Memberikan warna pada kupu-kupu polos itu. Pikirannya pun melayang, dia mulai berimajinasi. Hey, lihat kupu-kupu itu, dia sedang menatap Elucia. Seakan sedang berterima kasih kepadanya.
Elucia tersenyum, ia menyentuh sayap kupu-kupu tersebut. Kupu-kupu itu terbang dari kertasnya. Cahaya yang berada disayapnya berpendar-pendar. Ruangan kelas berubah menjadi nebula. Elucia seperti melayang-layang disana.
"Apakah aku tertidur? Apakah aku bermimpi?"
Elucia tidak bisa bersuara disana, hanya bisa dalam hati. Senyumnya mengembang. Kupu-kupu itu menempel pada bahu Elucia.
Kau hanya dalam proses saja. Kau tidak sedang bermimpi sekarang.
Elucia sedikit terkejut. Ternyata, kupu-kupu itu membisikkan sesuatu padanya.
Bersabarlah, sebentar lagi kau bisa melihatnya. Bahkan lebih mereka.
===
(ELUCIA P.O.V)
KRIIING!!!
Aku hampir tersontak. Napasku tersenggal-senggal. Tunggu, apa yang terjadi? Hey, tadi aku berada dimana? Aku bertemu dengan siapa tadi? Tapi kenapa...
"Elucia, kamu kenapa?"
Suara itu familiar bagiku. Ah, ternyata Mrs.Flaine, guru pelajaran seni.
"Euh, Aku tidak apa-apa, hanya ngantuk," Aku buru-buru menjawabnya.
"Baiklah kalau begitu, sekarang, kemaslah tasmu, sekarang sudah waktunya pulang,"
Mrs.Flaine menghilang dari pandanganku. Sekarang Aku sendirian dikelas.
Hey, lama-lama aku ingat apa yang terjadi tadi. Aku bertemu kupu-kupu, ia membisikan sesuatu yang tak kumengerti. Lalu, semuanya menjadi hitam. Aku menatap kertas yang bergambar kupu-kupu tadi. Tunggu...
...kenapa kupu-kupunya hilang?
=======
Hai! Seru gak ceritanya? Garing yak? Hehehe, maaf ya, ini baru pertama kali aku nulis cerita. Btw, sampulnya bagus gak? Aku yang bikin lho…Readers: Huuu….pamer!
Hehehe, sorry ya. Soalnya author lagi kesenengan liat trailer game yang selama ini Author tunggu-tunggu. Bendy and the Ink Machine Chapter Three! (Kok jadi ngiklan sih)
Don’t forget to click vote and like for this story if you like it. See you again in next chapter. Bye bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
[OLD]Creating Dream
FantasyElucia, umurnya 8 tahun. Selama itu, ia belum pernah bermimpi. Dia selalu iri melihat dan mendengarkan cerita mimpi dari teman-temannya. Tak peduli mau mimpi indah atau mimpi buruk, dia selalu menginginkannya. Ternyata, ada satu hal yang bisa membua...