Tiga Puluh Tiga

311 26 4
                                    

2 minggu telah berlalu dan hari pernikahan Bradley dan Nancy sudah di depan mata tepatnya hari ini mereka akan mengikat janji suci untuk selamanya.

Selama 2 minggu itu pula Dezan menjauhi Bradley menjaga jarak dengan pendamping Nancy itu. Menahan rasa sakit yang terus menggerogoti hatinya.

Dezan menguatkan hatinya untuk mendatangi acara pernikahan itu. Dezan mengusap pipinya yang dialiri air mata dan sedetik kemudian dia tersenyum.

"Hanya 2 jam aja dan setelah itu udah selesai semua," kata Dezan menguatkan dirinya di depan cermin.

"Hanya 2 jam aja dan setelah itu udah selesai semua," kata Dezan menguatkan dirinya di depan cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Itu dress yang dipakai Dezan)

Dezan keluar dari kamarnya untuk menemui kakaknya yang sudah menunggu bersama James, Connor dan orang tua Dezan. Ya, hari ini mereka akan berangkat bersama dan orang tua Dezan juga diundang ke acara pernikahan Bradley.

"Ayo kita berangkat," kata Dezan seraya merapikan gaunnya.

"Itu bener Dezan?" Tanya Connor tak percaya.

"Cantik ya, kayak lihat masa depan," kata James.

"Udah kali yang liatin adik gue, tau kok adik gue cantik juga karena kakaknya ganteng," kata Tristan yang mulai besar kepala.

"Kamu beneran mau ikut Dez?" Tanya Mama Dezan yang terlihat khawatir. Dezan mengangguk mantap, meyakinkan dirinya bahwa dirinya siap menerima semuanya.

"Yaudah ayo berangkat, sebelum terlambat acaranya," kata Papa Dezan membuka suara.

Lalu mereka berangkat. Di sepanjang perjalanan pandangan Dezan hanya menatap jalanan seraya mendengarkan lagu yang saat ini sesuai dengan hatinya.

Lagu lawas Right Here Waiting milik Richard Marx yang selalu diputar berulang kali oleh Dezan.

Wherever you go
Whatever you do
I will be right here waiting for you
Whatever it takes
Or how my heart breaks
I will be right here waiting for you

Dezan terus menyanyikan bagian reff dari lagu itu seraya menahan air matanya.

Mama Dezan yang duduk di sebelah Dezan hanya bisa merangkul pundak Dezan dan sering membisikan kalimat agar Dezan lebih kuat lagi.

Ya, siapa yang tak sakit hati melihat orang disayang mengikat janji suci bukan dengan kita melainkan orang lain. Hal tersulit yang dirasakan Dezan sekarang adalah melepas dan mengikhlaskan seseorang yang dia sayang.

Mobil berhenti mereka segera keluar menuju tempat yang sudah tertera. Mereka segera duduk di tempat yang sudah disediakan. Tersya dan Levi yang datang terlebih dahulu sudah menyiapkan tempat yang pas untuk mereka.

 Tersya dan Levi yang datang terlebih dahulu sudah menyiapkan tempat yang pas untuk mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap aja itu pakaian yang dipakai the vamps, kurang lebih kea gitu)

Tak berapa lama acara dimulai. Terlihat di sana Bradley yang gagah dengan tuxedo-nya dan Nancy yang menawan dengan gaunnya.

Bradley yang saat itu sudah berdiri di depan altar bersama Nancy terus menatap ke arah Dezan. Dezan yang menyadari hanya bisa menundukan kepalanya dan menangis.

"Apa kalian sudah siap?" Tanya Pendeta itu.

"Saya sudah siap," kata Bradley yang lagi lagi dijawab dengan masih menatap Dezan. Namun Nancy hanya diam dan pendeta itu menanti jawaban dari Nancy.

Tak lama Nancy melepaskan tautan tangan antara Bradley dan dirinya. Nancy pergi ke arah tempat Dezan duduk. Beruntung saat itu Dezan dan lainnya duduk di bagian depan.

Nancy berdiri di depan Dezan kini Nancy dan Dezan menjadi bahan pandang semua tamu yang datang.

"Seharusnya bukan gue yang ada disana dan berdiri sama Bradley tapi lo yang berdiri disana sama Bradley," kata Nancy yang membuat Dezan menatap Nancy bingung.

Tiba - tiba Nancy memeluk Dezan, yang membuat Dezan terkejut.

"Gue nggak mungkin hidup dengan orang yang sama sekali nggak cinta dan sayang sama gue. Bradley nggak akan bahagia dan gue nggak mau jahat karena udah merebut kebahagiaan orang lain," kata Nancy.

"Jadi lo maukan?" Tanya Nancy seraya melepas pelukannya.

"Tapi Bradley, dia udah kecewa sama gue dan itu nggak mungkin," jawab Dezan.

Lalu tak lama Bradley datang dan menggenggam tangan Dezan erat.

"Would you marry me? We will pass everything together," kata Bradley.

Dezan menatap kedua orang tuanya dan orang tuanya mengangguk menandakan setuju. Setelah itu Dezan menatap kakak sepupunya yang juga sama memberikan anggukan.

Terakhir Dezan menatap ke arah James dan Thersya mereka memberikan senyum lebar yang menunjukan semua terserah padamu mereka selalu mendukung apa yang menjadi pilihan Dezan.

"Yes, i want to," jawab Dezan mantap.

Lalu segera mereka berdua melangkah maju ke depan altar dan mengikat janji suci untuk selamanya.

Dezan tersenyum bahagia kini tak ada tangis sedih karena Bradley semuanya tergantikan dengan senyum bahagia karena Bradley.

Semua yang berawal dari kesedihan belum tentu berakhir dengan kesedihan pula.

*THE END*

Huaa udah tamat ae ini cerita padahal kemarin bilang masih beberapa part ya tapi aku ringkas agar lebih dikit dan akhirnya jadi 1 part.

Gimana part terakhir ini?
Maaf ya kalau akhirnya nggak nyambung.

Terima kasih yang udah mau baca dan vomment cerita ini dari awal sampai akhir part ini♥

Semoga suka dengan cerita ini.

Cerita ini benar benar hasil pikir dan ide aku sendiri. Sebagian ada dari pengalaman tp bukan bagian yang terakhir yee-_- belum gue.

Maaf kalau masih banyak typo bertebaran, tenang aku masih akan perbaiki cerita ini agar lebih nyaman bacanya.

Sekedar info akan ada cerita baru hehe baca ya!♥

A/n : boleh minta komentar kaliam tentang cerita ini dari awal? Hehe.

Thankyouxx

Remember Me ? // Bradley Simpson [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang