Pairing : still unknown
This is create by me with alot of mistake...
Feel free to cursed at me~~
.
.
Just enjoy it somehow~
.
.
Berlari.Pemuda itu terus berlari.
Di keheningan malam, sosok itu bagai bayangan. Mengikuti dalam diam.
Sesekali pemuda yang berlari itu melihat kebelakang. Memastikan bahwa sosok itu berhenti. Kelelahan, atau muak atau bosan atau ㅡterserah, yang terpenting tidak mengikutinya lagi.
Saat memasuki kawasan yang di kenalnya, perlahan kaki menjadi berjalan cepat. Terlalu lelah berlari. Tetapi perasaan was-was masih setia bertengger di hatinya. Otaknya bekerja cepat memikirkan kemungkinan-kemungkinan bahkan yang terburuk sekalipun. Bagaimana jika mati terbunuh, bagaimana jika ada penculik yang mengincar, bagaimana jika di ikuti psikopat, bagaimana, bagaimana, bagaimana dan bagaimana lainnya.
Dari kejauhan netranya menangkap bagunan bertema vintage -rumahnya.
Oh tuhan, syukurlah.
Menambah kecepatan nyaris berlari, jantung pemuda itu makin berdetak kencang -ketakutan. Dan begitu tangannya mencapai kenop pintu dan memutar kunci dengan bergetar, pemuda itu menutupnya dengan segera nyaris membanting. Bersandar di pintu, napasnya tersenggal dengan keringat dingin yang mengucur sebesar biji jagung.
Astaga, sebenarnya apa itu.
Hal yang terakhir di ingatnya sebelum memutuskan untuk berlari adalah ketika netranya tak sengaja menangkap sosok itu saat keluar dari mini market sedang menatapnya tajam. Awalnya ia rasa hanya orang-orang kebetulan lewat atau apalah. Tetapi saat netranya menangkap sosok itu lagi. Lagi, ke-empat kalinya, alarm di kepalanya berdentang-dentang. Dengan kecepatan penuh menyusuri jalanan hingga sampai di rumah kecilnya.
------+++------
"Kau sudah mulai bertindak?" Pemuda itu langsung mendudukkan dirinya di sofa ruangan bernuansa pastel lembut itu.
Menggerutu malas, pemuda yang dipanggil itu berdecak malas. "Hanya melihatnya sebentar. Ada perlu apa kau?" Ketusnya.
"Santai saja. Perangaimu itu, ck." Menyeringai nakal, pemuda itu lantas menyamankan dirinya. "Sepertinya dia ketakutan. Berhenti lah mengintainya."
"Aku tidak mengintainya. Hanya melihat saja. Dia terlalu menarik untuk dibiarkan."
"Berhentilah. Sebelum ia melapor polisi dan menimbulkan masalah." Pemuda itu mengetahui satu hal, bahwa hal yang menarik perhatian pemuda yang satunya akan berakhir buruk. Karena pemuda yang satunya akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Apapun caranya. Bagaimanapun resikonya. Terlalu riskan sekalipun. Karena obsesi yang dimilikinya membuat ego dan harga dirinya melambung tinggi.
Tersenyum miring, Pemuda yang satunya itu terlihat tak tersentuh. "Dia milikku, tak ada yang dapat merubah itu."
Sepertinya ia sudah selangkah tertinggal di belakang. Pemuda itu hanya berharap, sang pemuda akan mendapatkan sesuatu yang lebih menarik dari pada seorang yang tak bersalah itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Seven Deathly Sins
FanfictionSang pendosa yang hanya ingin mengikat kepemilikannya