WHAT IS LOVE?

358 36 8
                                    

preview.....

apa benar wajahku menyiratkan perasaan cinta? mengapa harus dengan dia? bocah kecil itu?

•••••

Jieun yang tadi memilih pergi meninggalkan kedua laki-laki itu sekarang sedang berada di taman belakang rumahnya.
Jari-jemarinya dengan lincah memainkan sebuah gitar. Suaranya yang merdu mulai melantunkan bait demi bait dari lagu kesukaannya.

Memang, selain keahliannya dalam hal modelling, ia juga sangat mahir bernyanyi. Sebenarnya dulu orang tuanya menyarankan agar ia terjun ke industri musik. Bahkan sudah ada management yang menawarkannya untuk bergabung. Namun, Jieun enggan menerima tawaran itu dengan alasan iya kurang percaya diri untuk bisa bernyanyi di depan banyak orang.

Ditempat lain, Junki dan Changwook sedang membicarakan tentang urusan bisnis mereka.
Ya, bisnis. Bisnis antara Junki yang akan mendokumentasikan segala hal tentang kehidupan Changwook, sang narasumber.

Setelah selesai membahas tentang pekerjaan. Changwook sebagai tuan rumah mengajak Junki untuk makan siang bersama di rumahnya.

"Ini sudah waktunya makan siang, bagaimana jika kau bergabung bersama kami disini?"

"Ah, tidak perlu. Aku bisa makan di dekat kantorku saja nanti"

"Ya, kau ini. Aku sudah menganggapku seperti sahabat, apa kau tega menolak permintaanku ,hah?"

Mendengar perkataan Changwook, Junki pun kembali berpikir dan berakhir dengan meng"iya"kan ajakan Changwook untuk makan di rumahnya.

"arraseo arraseo"

"itu baru sahabatku"

Dasar si abang Changwook ini gampang banget deket sama orang. Baru kenal beberapa hari aja udah dianggep sahabat sendiri.

WOYY THOR! ENYAH GIH SONO, TERUSIN NIH PART. JANGAN GANGGU ELAH -_-

Changwook mengajak Junki untuk menuju ke ruang makan keluarga Lee.
Disana nyonya Kim sedang menata makanan di meja makan.

"Lee Junki-ssi, mari silahkan duduk"

"A.. ye, gamsahamnida samunim"

"Jieun-a..." teriak nyonya Kim

Namun tak ada jawaban terdengar dari Jieun. Nyonya Kim memutuskan untuk mendatangi Jieun di taman.

"Jieun a, mari kita makan, Tuan Junki dan kakakmu sudah menunggu di meja makan"

"Shireoyo eommaaa... Aku makan nanti saja" rengek jieun memelas.

"Ayolah, hargai tamu kakakmu"

"Ta.. tapi..."

nyonya Kim segera menarik anaknya untuk ikut makan bersama.

Jieun berjalan ke meja makan dengan wajah ditekuk dan bibir yang manyun.

Kini posisi mereka, Jieun dan Changwook berada di sisi sebelah kanan Nyonya Kim, berhadapan dengan Junki yang sendirian (cieeee sendiri nihyeee) berada di sebelah kiri nyonya Kim.

"Cha.. Selamat makan" seru Changwook.

Mereka semua memakan makanan yang telah disediakan nyonya Kim dengan lahap, tak terkecuali Jieun yang tadi awalnya tidak mau ikut bergabung. Disela sela makan, Junki memuji masakan nyonya Kim.

"Wah, makanan ini sangat lezat. Apakah anda yang membuat ini semua samunim?"

"Aigoo, tuang lee. Tidak juga, aku tadi dibantu oleh adik Changwook juga"

"Tidak ku sangka ternyata Nona Jieun ini pandai memasak juga"

Junki memuji Jieun atas masakannya, namun jieun tidak tetap fokus pada makanannya, dia terlihat sangat cuek pada Junki.

"Makanan rumahan ini sangat mudah untuk dibuat. Kau pasti juga bisa menyuruh kekasihmu untuk membuatkannya untukmu tuan" ujar nyonya Kim

"Ah, itu tidak mungkin samunim. Kekasih saja saya tidak punya"

"Aigoo, bagaimana bisa pria tampan, kaya, berwibawa dan cerdas sepertimu ini tidak memiliki kekasih?"

"Mungkin kau memang tidak punya kekasih, tapi kau pasti punya seseorang yang spesial di hatimu"

"Kau ini berkata apa Changwook ssi?"

"Ah iya benar. Apa kau juga tidak memiliki calon kekasih?"

"Sebenarnya, ada seseorang yang cukup spesial bagiku. Tapi dia sangat menjengkelkan. Dia seperti anak kecil. Tetapi dia juga cantik dan berbakat. Dia suka sekali memanggilku ahjussi gila."

uhukkk uhukk


Tiba tiba saja terdengar suara orang yang terbatuk. Ya, itu Jieun.

"Jieun-a, waegeurae? neon gwaenchana?"

"Gwaenchana-yo Oppa"

"Jieun a, kau harus berhati hati"

"Aku tidak apa apa eomma, aku ke kamar mandi dulu" jieun pergi ke kamar mamdi dan meninggalkan mereka semua di ruang makan.

"Maaf tuan Lee. Apa kau merasa terganggu?"

"Tidak apa apa samunim. Ini semua salahku"

"Salahmu? Apa maksudmu?" Changwook menyaut.

"A, bukan bukan apa" jawab Junki gugup.

"Mengapa ini? Siapa yang kumaksud tadi? Apa aku tadi sedang membicarakan bocah kecil itu? Tidak. Perasaan apa ini? Mengapa aku menjadi sering memikirkannya?" gumam junki dalam hati.

Setelah selesai makan, mereka semua kembali ke ruang tamu.
Baru 5 menit, Junki beranjak dari tempat duduknya untuk berpamitan.

"Mungkin sudah waktunya aku pulang. Terima kasih atas makanannya. Maaf karena telah merepotkan kalian semua"

"Aigoo, tuan Lee. Mengapa terburu-buru sekali?"

"Tidak apa apa samunim. Lagi pula masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan"

"Baiklah. Mari kuantar" ucap nyonya Kim dan beranjak untuk mengantar Junki ke luar, diikuti Changwook dibelakangnya.

Sebelum keluar, kedua bola mata Junki mencari ke sekeliling, namun tak terlihat Jieun disana.

Changwook yang menyadarinya pun bertanya pada Junki.

"Ya, apa yang kau cari?"

"A.. Ani. Amugotdo"

••••

Junki pun masuk ke dalam mobilnya. Dibukanya kaca mobil itu dan ia menundukkan kepalanya.

Ibu dan kakak Jieun pun melambaikan tanganya pada Junki dengan senyuman di wajah mereka.

to be continue












Maaf ya, part kali ini cuma pendek :v
Diusahain deh nanti cepet update lagi.
Maaf ya karena jadi buat kalian nungguin.
Maaf banget. Diusahain cepet update deh, doain aja ya hehe.

XOXO💙

You are MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang