Hai, engkau yang entah kapan berada di tengah senja kala itu. Aku tak mengetahui sejak kapan kau berada tepat di belakangku. Sore itu aku dan temanku, tentu engkau juga selesai berjuang di medan perang yang fana. Aku bersama temanku memutuskan untuk jalan kaki menuju stasiun, sembari bercerita ringan, berkeluh kesah atas hal yang terjadi hahaha. Aku pun terus mengoceh sepanjang jalan, entah mengejek temanku yg tak tahan bau duren, atau bercerita mengenai supir ojek tadi pagi. Sebab kufikir tidak ada orang selain kami.
Aku yang kurang perduli terhadap lingkungan atau engkau yang terlalu pintar menyembunyikan diri. Sehingga tidak menyadari ada sosok lain yang mengikuti kami. Ya untung saja bukan orang jahat, tetapi sesama pejuang. Bodohnya kami saat sampai di stasiun adalah tidak langsung mengantri seperti engkau, so aku harus antri di belakangmu. Kau tinggi seperti galah ahaha. Wajahmu menyejukkan tapi aku sudah lupa bagaimana rupamu *padahal baru sehari :". Yang aku ingat hanyalah tinggimu, stasiun tujuanmu dan tak tau lagi.
Seandainya waktu itu aku tidak memutuskan jalan kaki, mungkin kita tidak akan bertemu. Ya memang Tuhan hanya menemukan kita, belum menyatukan atau mungkin hanya sekedar bertemu layaknya aku dengan manusia lainnya.
p.s. : cukup sekian terimakasih, sebab hanya ingin mengutarakan rasa yang tak sampai, I don't know his name or etc.