Jangan terlalu berharap. Tunjukkan kau tidak ada rasa terhadapnya. Inilah yang menjadi pijakanku sekarang dan untuk kedepannya. Lagi pula aku juga tidak tau apakah rasa ini nyata atau hanya kekaguman belaka, bersikap normal namun selalu didekatnya. Itu cukup.
Mendengarkan celoteh teman-teman yang memujinya karena memang pantas dia dikagumi. Aku beruntung, dengan alibi itulah tidak ada seorangpun yang tau bahwa aku ingin memperdalam rasa kagum ini, merasakan celoteh-cetotehan orang tentang cinta dan aku tidak perlu manahan rasa ingin ikut berceloteh mengaguminya, membicarakan tentang apa yang dia lakukan hari ini atau dia yang semakin hari terlihat lebih tampan. Karena memang dianggap wajar sehingga tidak akan ada godaan yang harus aku dengar. Aku memang ingin merasakan celotehan orang tentang cinta yang belum pernah aku rasakan namun tidak dengan kekecewaan dan rasa malu. cukup aku yang tau dan biarkan aku dapat jatuh cinta dengannya dengan aman.
Mereka bilang rasa cinta tidak pernah salah. Semua orang bagai mengagungkan cinta. Berbondong-bondong mengungkapkan rasa tersebut. Bermesraan ditempat umum mengumbar cinta menunjukkan kebahagiaannya.
Memang tidaklah salah, aku hanya tidak terlalu mengerti, cinta seperti apakah yang mereka miliki ? Bagaimana cinta pada pandangan pertama itu mungkin ? atau bagaimana cinta karena kebiasaan itu dapat diputuskan kalau itu cinta ? sedangkan aku, memilih cinta yang kurencanakan.
Aku yang tidak mengerti cinta, mulai tergoda dengan perasaan yang orang-orang bicarakan. Seolah membuat suatu misi agar aku dapat jatuh cinta. Konyol memang, namun jika cinta tidak ada yang salah bukankah berarti suatu kesalahan jika tidak bisa jatuh cinta? Misi yang menyenangkan kukira, sampai aku sadar rasa ini bagai tombak bermata dua.
---------------------------------------------------
YOU ARE READING
Love Mission
Teen Fiction"Satu-satunya cara, buat dia jatuh cinta padaku ! " (Adina Inggrit amardi) "Aku ga bisa cuma diam, padahal tau semuanya" (Reandika agis)