Prolog : Broken Heart [Side:M]

20 0 0
                                    

Aku selalu merasa seperti pria yang paling bahagia didunia ini. Bagaimana tidak, aku telah menemukan seorang kekasih yang sempurna dan bisa membuat pria-pria lain iri padaku. Disaat aku sedang sedih dia selalu ada untuk ku, disaat aku sedang terbakar kemarahaan senyumannya selalu membuat ku dingin kembali, dan yang paling aku suka adalah saat dia membacakan karya-karya puisinya yang selalu bisa membuatku merasakan emosinya iya tuangkan didalam puisinya itu. Bahkan aku pernah tertidur dipundaknya saat dia sedang membacakan puisinya. Suaranya begitu lembut. Aku selalu membanyangkan bahwa dia adalah seorang malaikat yang jatuh dari rasi bintang virgo. Kecantikan dan kelembutan hatinya bagaikan seputih mutiara.
Hari demi hari aku lalui dengan kebahagian. Orang tua kami pun sudah setuju jika kami ingin melanjutkan hubungan kami ke atas pelaminan. Mendengar hal itu aku sungguh merasa bahagia. Hubungan ku dengannya pun makin erat walau kami, jarang melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang lain saat sedang berpacaran. Karena dia adalah seorang wanita berhijab, jadi aku selalu menjaganya sebelum kami menjadi muhrim.
5 tahun sudah kami berpacaran. Tapi di tahun yang kelima ini dia mulai bertingkah aneh. Mulai dari jarang berangkat kerja, tak pernah membalas chat ku dan saat aku kerumahnya selalu saja pembantunya yang ku temui. Saat aku bertanya, pembantunya hanya menjawab jika dia sedang pergi keluar dengan orang tuanya. Satu sampai dua hari aku bisa memaklumi mungkin dia sedang sibuk atau apa, tetapi ini sudah setengah bulan dia menghilang.
Ya aku masih bersabar menghadapinya. Setelah genap satu bulan dia menghilang, aku menemukan jawaban yang aku cari selama ini. Aku bertemu dengannya di rumah sakit, saat aku mengantar ibu ku untuk check up. Aku sedikit terkejut saat melihatnya berjalan di koridor rumah sakit dengan langkah yang patah-patah. Saat itu juga aku menghampirinya dan membantunya berjalan. Dia begitu terkejut saat melihat ku. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah tau alasan kenapa dia menghilang selama sebulan ini. Ternyata ia mengalami leukimia, saat suatu hari ia terpleset dan dagunya terluka.
Setelah mengetahui itu, setiap hari aku selalu kerumah sakit dan selalu menemaninya disana. Tetapi karena orang tunya yang kaya, ayahnya memutuskan untuk dirawat dirumah saja dengan dokter yang sudah ayahnya pilih. Itu tak jadi masalah asalkan aku bisa terus menemaninya hingga sembuh. Setiap momen selalu aku abadikan dengan kamera. Kini dia kembali tersenyumdan kembali membuat puisi-puisi yang ingin ia bukukan. Tak lupa juga ia membacakannya beberapa untuk ku. Beberapa bulan pun berlalu dan sekarang sudah berada di penghujung tahun. Kondisnya terbilang aneh karena selalu baik dan buruk. Dokter mengatakan kekuatannya untuk hidup yang membuat ia selalu dalam kondisi baik walau sedang dalam keadaan sakit.
Malam ini, karena di penghujung tahun aku meminta ijin ayahnya untuk mengajaknya ketaman didekat rumah. Setelah berunding dengan ayah dan dokter, akhirnya aku diperbolehkan. Kebetulan juga dirumahnya sedang open house jadi ibu dan ayahku datang kerumahnya juga. Singkat cerita, akhirnya kami sudah berada ditaman. Ternyata, taman di malam ini sedikit ramai. Tak terasa, sudah jam 12 dan kembang api pun mulai menghiasi langit malam pergantian tahun. Aku dan dia hanya duduk saja dan saat sedang asyiknya kami melihat kembang api, dia meminta ijin untuk tidur dipundakku dan aku pun mengiyakannya. Saat ia sudah tertidur, aku langsung mengambil foto bersamanya. Ia pun tersenyum saat flash dari kamera bersinar. Setelah itu aku langsung menggendongnya seperti seorang putri kerajaan untuk pulang kerumahnya. Dijalan pulang aku terus menerus meneteskan air mata yang jatuh di kerudungnya. Sesampainya dirumah, keluarga kami langsung melihat ku yang sedang menggendongnya. Seketika itu juga lutut ku lemas dan terjatuh sambil tetap menjaga tubuhnya, lalu aku langsung memeluknya erat dan tangis ku pun semakin menjadi-jadi. Keluarga kami pun langsung menghampiri ku. Suasana yang seharunya ceria, menjadi sedih.
Ibuku dan ibunya mencoba melepaskan pelukan ku, tapi tak ku biarkan. Aku malah makin erat memeluknya, kedua ibu kami hanya bisa menangis melihat itu dan langsung memelukku. Kedua ayah kami pun juga menitihkan air mata. Aku tau bahwa air mata ini tak bisa mengembalikan jiwa yang telah pergi menuju tempat yang menjadi peristirahatan terakhirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Wheel of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang