1

5 0 0
                                    

Setahun yang lalu

"Kau masih saja sibuk dengan pekerjaan ini? Apa kau tak memikirkan berapa usiamu sekarang? Lihatlah di luar sana. Teman-temanmu sudah menyekolahkan anaknya di bangku sekolah dasar. Sedangkan kau, masih saja di sini dengan status yang sama dan juga semua hal yang masih sama", dia terlihat ingin menumpahkan semua pertanyaan di kepalanya dengan semua argumen yang telah tersusun di otaknya.

Aku hanya tersenyum melihatnya

" Aku yakin pasti akan ada waktu yang tepat untukku", jawabku dengan penuh senyuman.

"Selalu kau seperti itu. Ya sudahlah kalau itu keputusanmu. Aku sebagai sahabat hanya ingin kamu segera memiliki pendamping hidup. Kau akan merasakan kau bisa bertengkar dengan suamimu karena masalah anak kau", ujarnya.

Aku memberinya kue kesukaannya dan kopi seduhanku yang jadi favoritnya.

"Aku tidak terbujuk lagi. Besok kalau aku datang ke butikmu. Aku masih akan mengemukakan argumen argumenku dan masih dengan tema yang sama"

Kami berdua hanya tertawa menghabiskan senja itu dengan topik yang mungkin bagi wanita usia menginjak kepala 3 sepertiku sudah tidak aku prioritaskan lagi.

Hanya berharap

Seolah itu semu

Tapi aku masih berharap

Dia berpamitan pulang, Ya, Dia adalah sahabatku dimana dia satu satunya yang masih menemuiku di saat aku terpuruk sekalipun. Di saat aku bahagia sekalipun. Dia Andriya Kesuma. Istri dari pengusaha ternama di Kota ini. Mungkin kebahagiaan sudah lengkap untuknya.

Anak kembarnya kini sudah masuk sekolah dasar. Dan mereka cantik seperti ibunya. Untung pendiam seperti ayahnya. Keluarga kecil yang diidamkan setiap wanita di dunia ini. Dan juga aku.

Sudahlah, jangan berangan lagi. Aku lelah.

Aku mulai berkemas membereskan desain pesanan customer untuk bulan ini. Sungguh penuh pesanan yang masuk di butik. Untung ada 3 pegawaiku. Mereka berbakat menjadi partner kerjaku. Selalu bisa mengimbangi ritme kerjaku.

Dan aku bangga memiliki mereka.
Setidaknya masih ada yang masih bertahan denganku dan tidak mengatakan selamat tinggal untuk kesekian kali padaku.

Ingatan itu terus berputar. Sebuah pesan yang mengubur semua harapan harapanku. Semua mimpi yang kurancang indah.
Berakhir hanya dengan sebuah pesan.

"Ibu ada telepon", lamunanku terbuyarkan oleh suara pegawaiku.

Suara yang sangat kuhafal diujung sana membuat hatiku hangat dan merindukannya.

"aku akan pulang ibuku. Tunggu hari sabtu. Buatkanlah untukku masakan yang enak ya ibu"

---------------###########----------
Kembali ke kota ini mengingatkanku lagi.
Ya banyak kenangan buruk di kota ini. Tapi ini kampung halamanku. Secerca kehangatan keluargaku yang membuatku masih ada rasa ingin kembali kesini.

Suara koper berderik membangunkan lamunku. Terlihat keluargaku menjemputku.
Selalu formasi lengkap. Ibuku dan adik sepupuku.
Dimana ayahku. Dia sudah meninggal dua tahun yang lalu karena sakit.

Kupeluk. Kucium ibuku.
Dia masih sama. Tapi keriput sedikit memperjelas usianya.

" aku bawakan kesukaan ibu', kataku.

" mantu",celetuk adikku.

"Jangan gitu. Ayo salim sama mbak Bening"

"untung aku moodnya bagus. Kalau tidak awas ini bogem melayang nih", tawaku.

Sesampainya dirumah. Aku beristirahat di kamar yang sudah aku tinggalkan cukup lama bahkan hingga sampai detik ini tak ada satupun yang memasukinya kecuali aku. Aku melihat  benda itu masih tetap disana dengan posisi yang  tidak berubah sedikitpun sejak 3 tahun yang lalu. 

Tidak membutuhkan energi yang banyak untuk membuka kotak berwarna merah beludru itu  tapi seluruh tubuhku terasa lemas. Air yang terasa panas menetes di punggung tanganku. Aku terkulai lemas di lantai kamarku. Seluruh energiku terkuras habis mengingat semua kenangan itu. 

Tiga Tahun...

Aku tidak bisa melupakannya

Tiga Tahun

Aku terkurung dalam bayangannya

Tiga Tahun

Detik ini aku masih sangat merindukannya

Aku terisak tergugu di lantai. 

Aku mendengar pintu terbuka dan aku melihat Ibuku menatap sendu diriku. Air mata itu jatuh di gurat wajah ibuku. Kekecewaan yang sama yang kita rasakan ternyata belum hilang. Aku segera mengalihkan pembicaraan.  Tapi Ibu tetap bertahan dengan masalah ini. 

" Ibu yakin kamu akan segera mendapat pengganti yang lebih baik, nduk".

Ibu masih memelukku yang tergugu. Seakan semua kepedihan itu datang menelusup dalam menghujam jantungku. Pelukan eratnya lambat laun meredakan lara itu.

Sakit

Pedih

Dan bodohnya

Aku masih mencintaimu

=============##=============

Langit sendu menemaniku kembali lagi ke kota aku merantau.    Lima hari berlalu terasa cepat. Sedikit bisa melupa lara yang tertanam di kampung halamanku.

Kota ku merantau.

Bukan, seperti itu.

Tepatnya

Tempat dimana aku melarikan diri dari ketidakmampuanku untuk menerima semua yang terjadi.

Pengecut?

Iya

Apa Aku tidak mampu bertahan di sana?

Iya.

Adat yang terjunjung tinggi, mengandaskan semua mimpi harapan yang aku ingini.
Semua dibatalkan hanya karena urutan kelahiran yang tidak sepadan dengan yang diingini.

"aku bisa berjuang. Tapi tidak untuk kesehatan ibuku. Aku mengalah. Maafkan aku tidak menepati janjiku"

Lagi.

Air mata yang terasa panas menetes di punggung tanganku.

Lagi

Aku bisa apa?

Merubah keadaan yang telah diyakini sebagai adat.

Tidak mungkin lagi.

Terdengar bunyi telepon membuyarkan lamunku.

'iya halo"

Pekerjaan sudah menanti. Hari ini Meeting vip customer untuk persiapan pernikahan.

Miris

Bukannya aku trauma dengan pernikahan. Tapi pekerjaanku berkecimpung di sana.

Tuhan memang adil.

Mungkin akan ada hal baik di balik semua.

Aku yakin langitku tak selalu mendung lagi. Pasti akan berwarna indah lagi.

Malam ini meeting vip customer. Dia ingin bertemu  konsultasi untuk beberapa gaun yang akan digunakan di perhelatan pernikahannya.

Jam menunjukkan pukul 11 malam. Semua tim sudah berada di sana, termasuk Eta, pegawaiku. Tetapi customer masih belum juga datang. Aku tawarkan resechedule,  dia enggan meminta tim kami untuk menunggu.

"Maafkan kami terlambat. Jalanan macet", ujarnya lembut.

Terlihat wanita yang sangat cantik. Dia berdiri disamping laki laki tinggi perawakannya. Tangan itu memeluk erat pinggang sang lelaki.

Dan

Deg

Tuhan
Apalagi ini?

Ini kali pertama kita bertemu sejak kejadian itu.















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang