"Saya terima nikah dan kawinnya Fala Nabila binti Muhammad Abdullah dengan maskawin uang sebesar 14791 yen dibayar tunai."
Resah, dan khawatir yang kurasakan sedari tadi akhirnya mencair sudah setelah mendengar sederet kalimat sakral tersebut. Air mataku pun tidak sanggup lagi kubendung. Tanpa mempedulikan make up yang nantinya belepotan, kuusap mataku dengan tisu yang ada di tangan. Lelah akibat persiapan pernikahan selama 3 bulan ini seketika hilang digantikan dengan perasaan bahagia.
"Selamat ya Fal, akhirnya resmi juga lo menyandang gelar nyonya Kemal." Bisik Awi, sahabatku dan Kemal yang sedari tadi memelukku dari samping. Awi adalah salah satu seseorang yang paling bahagia saat aku mengatakan padanya kalau Kemal melamarku dulu. Dan juga ia selalu membantuku dan Kemal dalam mempersiapkan pernikahan kami.
Awi melepaskan pelukannya dan beranjak berdiri. "Fal, gue keluar ya. Kemal bakalan kemari kayaknya." Jelasnya. "Udah dong jangan nangis. Lo harus pasang senyum yang manis untuk menyambut mas suami datang." Sambungnya sambil mengedipkan mata.
"Apaan sih lo. Rese deh." Aku terkekeh pelan disela-sela tangisku melihat tingkahnya.
Tapi memang benar apa yang dikatakan Awi. Setelah prosesi ijab-qabul selesai, Kemal akan mendatangiku untuk menyerahkan berkas-berkas yang harus kutanda tangani. Sebenarnya bisa saja aku yang turun ke bawah, tapi gentlenya Kemal mengatakan jika sudah seharusnya laki-laki yang mendatangi perempuan, bukan sebaliknya. Dan aku hanya bisa menuruti ucapannya itu.
Setelah Awi keluar dari kamarku tinggallah aku sendirian. Entah kenapa tiba-tiba jantungku berdebar-debar menunggu kedatangan Kemal yang sekarang sudah resmi menjadi suamiku. Padahal sebelum-sebelumnya tidak begini. Dan bukan pertama kalinya kami hanya berdua di dalam kamar tidurku. Sambil menunggu Kemal yang tidak kunjung datang, ingatanku kembali ke masa awal perkenalanku dengan Kemal semasa SMA dulu.
***
Aku dan Kemal dulu satu SMA. Akan tetapi kami baru akrab saat kelas XI dimana waktu itu kami sama-sama dipilih untuk mewakili lomba Bahasa Jepang SMA se-Kabupaten. Masih jelas diingatanku saat Nita sensei memanggilku ke ruang guru.
Sesampainya di ruang guru, aku melihat ada siswa laki-laki yang sudah duduk di depan sensei. Ternyata bukan gue aja yang dipanggil. Batinku.
"Fala san kocchi koi." (Fala kemari) Teriak Nita sensei saat melihatku sudah memasuki ruang guru. Mendengar seruan sensei, siswa laki-laki tersebut menoleh ke arahku. Ternyata dia adalah Kemal, murid kelas XI IPA 2 yang terkenal dengan senyumannya yang manis, yang mana jika ia senyum akan tampak dua lesung pipitnya. "Douzo suwatte kudasai." (Silahkan duduk) Kata sensei sesaat setelah aku sampai disana.
Menuruti perintah Nita sensei, akhirnya aku duduk di kursi yang tersedia disamping Kemal.
"Jadi begini Fala san, Kemal san. Satu bulan lagi akan diadakan lomba bahasa Jepang tingkat SMA se-Kabupaten." Kata Nita sensei membuka obrolan. "Kalian ingat 2 minggu yang lalu sensei mengadakan tes di kelas kalian masing-masing?" Mendengar pertanyaan sensei, aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Dan kulihat Kemal pun melakukan hal yang sama.
"Tes itu sebenarnya seleksi siapa yang nanti akan mewakili sekolah. Dan ternyata nilai kalian berdua yang tertinggi. Jadi sensei meminta kesediaan kalian untuk menjadi wakil sekolah." Akhirnya terjawab sudah mengapa aku dipanggil menghadap beliau. Jujur saja aku sangat terkejut mendengar ucapan sensei kalau aku dipilih menjadi wakil sekolah, karena memang dari kelas X sampai sekarang kelas XI aku belum pernah sekalipun ikut lomba akademis. Jangankan lomba antar sekolah, lomba tingkat sekolah pun belum pernah. "Jadi bagaimana, kalian mau kan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/109980582-288-k334422.jpg)