Prolog

224 23 17
                                    

Aku tidak tahu tentang hidupku. Tapi diamlah, aku akan menceritakan kisah hidupku. Hidupku yang kelam entah kapan akan terang. Hidupku yang selalu dipenuhi harapan, harapan yang entah kapan akan terwujud. Harapan semu yang menjadi bayang-bayang hidupku.

Jika kalian ingin tahu. Hidupku dulu menyenangkan, sampai-sampai aku tidak mau meninggalkan dunia dan tidak mau melewatkan semua ini walaupun hanya sedetik. Tapi semenjak kejadian itu semuanya telah berbeda. Hidupku penuh dengan kesedihan, sampai-sampai aku ingin sekali berada di akhir hidupku. Seakan dunia tidak menginginkan aku bahagia.

Mungkin jika kau menjadi aku, kau tidak akan sekuat diriku. Mengingatnya saja sudah cukup membuat aku gila. Apalagi menceritakannya, seperti membuat luka baru setelah luka lama sembuh. Kenapa harus seperti ini? Aku juga ingin seperti mereka. Menjalani hari-hari dengan kebahagian dan tanpa beban apa pun. Tolong aku hanya ingin bahagia.

Aku sendiri pun tidak akan pernah percaya, apakah ini hanya sebuah mimpi atau ini benar-benar kenyataan. Tapi ku harap ini hanya sebuah mimpi. Mimpi buruk yang tiba-tiba menyusup kedalam mimpi indah ku. Yang membuatku terjebak dengan menyisakan tanda tanya yang besar. Masalah besar yang sama sekali tidak aku mengerti.

Silahkan kalian mempercayaiku atau tidak. Ini memang kisah hidup. Dimana aku mengalami hal-hal menyenangkan dan seketika dengan mudahnya berputar menjadi kesedihan. Setiap kuingat kejadian ini ingin rasanya aku menghilang tanpa jejak. Ingin rasanya aku lupa segalanya. Tapi aku tidak akan membiarkan masa laluku menghancurkan masa depanku.

Sudah tiba saatnya aku menceritakan semua ini. Semua teka-teki hidup yang tak bisa aku pecahkan.Berilah aku waktu untuk mengumpulkan semua kekuatanku. Karena menceritakan masa lalu yang suram tidak semudah mengejek orang. Tidak semudah apa yang kalian pikirkan.

Sebelumnya aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Aira Syafani. Dipanggil Aira. Umurku 17. Aku sekarang duduk dibangku SMA. Semoga masa putih abu-abu ini tidak seburuk masa laluku.

Mungkin menurut orang aku ini aneh. Aku lebih suka menyendiri daripada harus bergabung dengan teman-teman. Tapi aku tahu ini bukan diriku. Entahlah, apa yang membuat aku seperti ini. Yang pasti kejadian itulah yang membuat aku rapuh. Rapuh degan rasa sakit yang tidak pernah hilang. Ada rasa sakit yang tidak bisa aku jelaskan. Rasa sakit yang membuatku tidak mudah percaya dengan siapa pun.

Ibu dan ayah bagiku adalah seorang pahlawan. Mereka selalu siap kapan pun untuk menemaniku walaupun mereka sibuk bekerja.
Tapi semenjak hari itu aku kehilangan semuanya. Orangtua meninggal empat tahun silam. Saat ku berharap akan mendapatkan sebuah kejutan.

Kukira hidup sesederhana apa yang kupikirkan. Ternyata hidup sangat rumit, bahkan ilmuwan sekalipun tidak akan tahu bagaimana hidup yang sebenarnya.

•••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antalogi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang