New House

12 2 0
                                    

Rumah minimalis elegan yang sekarang di pijak Letta adalah hadiah pernikahannya dengan Raikan. Walau menurut Letta rumah itu terlalu besar untuk tinggal berdua dengan Raikan, tetapi dia tetap menyukainya. Letta menatap dinding putih di bagian ruang tamu, ada beberapa foto pernikahannya dengan Raikan terpajang cantik disana.

Letta menatap foto pernikahan mereka, difoto itu Raikan terlihat tampan dengan jas berwarna hitamnya. Wajah tegasnya tersenyum kecil, membuatnya terlihat lebih tampan. Sedangkan Letta memakai gaun berwarna putih memeluk Raikan. Itu foto pernikahan yang terlihat sangat mesra.

Ah, Letta jadi ingat kejadian 2 Bulan lalu saat dia melamar Raikan hanya karena taruhan gila itu. Raikan juga sudah tau, bahwa lamaran Letta waktu itu hanya permainan taruhan konyol. Tapi Raikan tak peduli, dia bilang, Letta bisa menjadi solusi masalahnya. Dan dengan santainya Raikan malah melamarnya ke orang tuanya, tanpa persetujuannya.

Hal yang paling tidak terduga, orang tua tak bisa menolah lamaran Raikan, karena orang tua Raikan merupakan sahabat orang tuanya ketika SMA. Dan semua terjadi begitu saja.

"Daripada melihat foto itu, lebih baik kamu bantu saya menata barang-barang." suara Raikan membuatnya memutar bola matanya.

"Yayaya, foto yang bergambar seorang laki-laki yang dipaksa senyum dengan cara diancam. Liat, dia kelihatan seperti orang idiot ya Rai?" komentar Letta dengan malas.

Raikan mengangkat sebelah alisnya, "Kalau saya seperti orang idiot, saya yakin kamu gak bakal nekat melamar saya."

Letta memandangi Raikan yang memakai kaos panjang berwarna hitam dengan celana pendek. Wajahnya terlihat lelah, mungkin sibuk mengurus pernikahan mereka.

"Baju-baju kamu sebaiknya kamu susun di lemari, atau mau saya buang?" tanya Raikan cuek lalu menyusun beberapa dekorasi di lemari hias.

"Iya dibuang, terus beli baru." balas Letta asal. Letta berjalan mengambil koper yang ada di ruang TV lalu menyeretnya ke kamarnya.

Kemarin mereka sudah berbicara, pernikahan ini bukan di dasari cinta, jadi Raikan pikir mereka tak perlu tidur bersama. Dan Letta pun menyetujuinya.

"Huh, kenapa sih permainan konyol itu buat aku jadi begini?" omel Letta sambil menata bajunya di lemari kayu berwarna putih berpadu coklat.

Setelah itu Letta memperhatikan kamarnya. Dindingnya berwarna putih, ada lukisan cantik terpajang di dekat lemari. Letta menyukainya. Lantainya berukir bunga cantik berwarna putih. Kamar ini semua bernuansa putih.

Beberapa menit memperhatikan kamarnya, Letta memutuskan mandi. Dan lagi, kamar mandinya bernuansa putih. Letta lebih banyak melamun dengan memikirkan, apa yang akan terjadi nanti semisal Raikan jatuh cinta dengan gadis selain dirinya dan menceraikannya.

Jujur saja, walaupun Raikan datar, tetapi, menurut Letta, dia mempunyai daya tarik tersendiri.

***

Raikan menutup laptopnya dan melihat Letta turun dari tangga dengan memegang perutnya. Dia langsung duduk di sofa di sebelah Raikan.

"Raikan... laper..." ucapnya manja dan menepuk-nepuk perutnya yang rata. Raikan acuh, memilih merapikan paper yang baru saja di periksa. Semenjak di beri cuti 1 minggu setelah menikah dengan Letta, pekerjaan Raikan langsung menumpuk.

"Raikan! Dengar gak sih?"

Raikan menoleh, "Terus kalau kamu lapar kenapa melapor sama saya?" tanyanya cuek dan meletakkan paper itu di atas laptopnya. Letta berdecak, dan menggerutu pelan.

"Kamu harusnya peka! Di kulkas gak ada makanan, itu kenapa aku ngadu sama kamu." jelas Letta yang yang langsung di angguki oleh Raikan.

Raikan berdiri, Letta langsung mengerutkan keningnya, "Mau kemana?"

"Kalau ada kamu, saya gak konsen memeriksa tugas-tugas mahasiswa saya. Jadi, saya mau ke kamar."

Letta langsung melempar punggung Raikan dengan bantal, "Hei, kenapa kamu lempar bantal sama saya?"

"Tinggalkan paper itu atau aku bakar sekarang?" tanya Letta mengancam, Raikan menghela napas menatap gadis yang berbeda 3 tahun darinya. Bahkan, Raikan tak percaya umur gadis itu sudah 22 tahun.

Raikan menghiraukan ucapan Letta dan berjalan menuju kamarnya. Raikan bahkan mendengar decakan-decakan kesal dari Letta. Padahal, Raikan hanya ingin mengambil jaketnya untuk menemani Letta mencari makan.

Besok mungkin dia akan mengingatkan Letta untuk belanja bahan makanan. Raikan bahkan ragu apakah Letta bisa memasak atau tidak.

"Kamu jadi makan tidak sih? Kenapa mengomel terus?" tegur Raikan ketika melihat Letta sedang tiduran di sofa dengan menyembunyikan wajahnya di bantalan sofa.

Barulah Letta duduk dan langsung berdiri semangat, "Aku pikir kamu mau biarin aku gak makan." ujarnya sambil berjalan bersama Raikan ke arah mobil.

"Jadi, kamu mau makan apa?" tanya Raikan saat mereka sudah sampai di dalam mobil. Letta terlihat berpikir sebentar. Dia langsung menjentikkan telunjuknya.

"Ah, makan sate yang ada di depan kompleks." kata Letta semangat. Raikan melihatnya dengan memutar bola matanya.

"Ya sudah, turun, jalan kaki saja." kata Raikan langsung keluar dari mobilnya. Cuaca malam ini nampak bersahabat. Jadi, aman jika hanya untuk berjalan ke depan komples yang tak jauh. Letta sudah turun dan berjalan bersama Raikan.

Raikan memasukkan tangannya ke dalam saku, sembari mendengarkan Letta yang bercerita tentang aksi nekatnya ketika melamar Raikan. Sebagai jawaban, Raikan hanya mengangguk sambil berfikir. I'm like playing this wedding.

Mereka sampai, dan Letta langsung memesan 2 porsi sate padang. Tak lama, pesanan mereka sudah sampai di meja yang di sediakan. Letta memakannya dengan lahap yang tak luput dari perhatian Raikan. Dia bahkan tak menyentuh makanannya dan memperhatikan Letta.

"Jadi, aku pernah coba buat sate padang eh gagal, kuahnya gak enak, asin pula, jadi aku kapok deh buat-buat makanan. Malah waktu itu porsinya aku banyakin lagi." Letta kembali memakan satenya dengan lahap.

Raikan mengangguk, memakan makanannya sedikit. Terus mendengarkan Letta bercerita. Ah Letta, cewek polos yang suka ngambek, kekanakan, keras kepala dan manja bukan main. Raikan sudah melihat semua sifat Letta selama seminggu ini.

Bisa Raikan bilang, seminggu tidak tenang bersama Letta yang menyebalkan.

"Eh, besok aku kembali kerja ya."' kata Letta setelah makanannya sudah tandas.

Raikan mengerutkan keningnya, "Kamu kerja dimana?"

"Aku punya cake shop, tapi cuma datang doang, terus makan kue deh." ujar Letta dengan polos.

"Ya sudah, terserah kamu saja." balas Raikan singkat. Lalu melanjutkan melahap makanannya sampai habis. Letta menopang kepalanya memperhatikan Raikan.

"Raikan..." panggil Letta dengan cengiran khasnya, Raikan menegakkan kepalanya, tak jadi memasukkan makanannya ke dalam mulut. "Suapin aku dong," ucapnya manja dengan mengedipkan matanya.

"Kamu bisa pesan kalau kamu mau." balas Raikan super cuek, membuat Letta merengut. Raikan menghela napas, menyuapi Letta dengan ogah-ogahan. Walau begitu, Letta malah riang dan bertepuk tangan layaknya anak kecil.

"Yeee, akhirnya kesampaian di suapin Raikan." ujarnya girang.

Setalah makanan habis, Raikan langsung membayarnya. Ketika perjalanan pulang, Letta terus berjalan manja dengan memeluk lengan Raikan. Bahkan saat Raikan mengomel tak suka, istrinya itu malah menggodanya dengan mengatakan.

"Kamu itu harus terbiasa menggandeng istri cantik kamu ini. Besok kamu jemput aku ya, di cake shop biar aku bisa pamer, aku punya suami ganteng kayak kamu."ujarnya sambil melendot manja pada Raikan. Sedangkan Raikan hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil mendengar ucapan Letta.

"Sayang sekali, kalau kamu bisa pamer mempunyai suami ganteng, saya gak bisa pamer kalau istri saya cantik." ucap Raikan usil pura-pura cuek.

Letta melepas tangan Raikan, "Jangan bicara sama aku sebelum minta maaf!" serunya dan langsung berlari dengan lincah menuju rumah mereka.

Raikan tak bisa menahan senyumnya, lihatkan betapa kekanakannya seorang Letta.

Bitter(sweet) of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang