Without You

1.1K 145 19
                                    

Setiap orang menginginkan suatu hubungan percintaan yang senantiasa dipenuhi dengan kebahagiaan, canda tawa, kasih yang melimpah serta hati yang hanya tertuju untuk pasangan masing-masing. Suatu hubungan percintaan bukanlah tentang diriku, atau mengenai dirimu saja, tapi... tentang kita, tentang aku dan kamu yang menjadi kita.

Jika hanya ada 'aku' saja, sudah dipastikan sebuah hubungan tidak akan berjalan dengan baik. Karena, hanya ada satu pihak yang terus berjuang, yang terus mempertahankan suatu hubungan tanpa ada timbal balik dari pihak 'kamu'.

Dan jika waktunya tiba, 'aku' bisa saja kehilangan kesabaran, mulai menyadari keberadaannya sebenarnya dan pada akhirnya akan menyerah.

Menyerah pada sosok 'kamu' yang sebenarnya tak mencintainya.

"Kok aku yang sensi? Kan kamu duluan yang ngajak ribut." Seorang gadis berambut pendek terlihat emosi dengan gadis lain yang bertubuh lebih mungil darinya. Mereka sedang berada di rumah si gadis mungil.

"Siapa yang ngajak ribut? Aku cuma ngasih tahu, kita jangan terlalu deket dulu. Nanti kalau publik tahu tentang hubungan kita gimana? Kamu mau karir aku hancur gara-gara ini?" Gadis yang lebih mungil itu ikut terpancing.

"Oh. Jadi kamu lebih mentingin karir kamu daripada hubungan kita? Iya?!"

"Bukan gitu Lid. Gini ya, aku udah merintis karir aku dari dulu, aku udah mengorbankan banyak hal untuk sampai di titik ini. Terus masak gara-gara gosip yang beredar itu, karir aku hancur. Apa kamu gak kasian sama aku? Dan juga, kamu gak khawatir sama karir kamu sendiri?"

"Loh? Itu bukan hanya sekedar gosip, ya? Itu sebuah fakta. Kamu memang menjalin hubungan dengan orang yang sama seperti kamu, yaitu aku. Aku bisa handle karir aku sendiri, kamu gak usah khawatir." Gadis yang dipanggil Lid atau lebih tepatnya Lidya itu semakin geram. Ia tak bisa mengontrol emosinya lagi. Semua beban yang selama ini ia pendam akhirnya keluar dari mulutnya.

"Lid please... kita udah sering bahas soal ini. Kita udah berjuang sampai sejauh ini. Jangan kayak anak kecil dong."

Lidya mendengus. "Bukan kita yang berjuang di sini, tapi aku. Cuma aku yang berjuang untuk mempertahankan hubungan yang mungkin masih kamu anggep menjijikkan ini. Aku tanya sama kamu, pernah gak kamu bilang kalau kamu sayang sama aku? Hah? Pernah gak?!"

Gadis yang bertubuh mungil itu diam, ia tak bisa berkata-kata. Ucapan Lidya memang benar, selama mereka menjalin hubungan, ia tak pernah membalas ungkapan cinta dari Lidya.

"Setiap aku ngungkapin rasa sayang aku ke kamu, sekali pun kamu gak pernah membalasnya. Kalau kamu gak suka bilang aja. Aku bisa mengakhiri semuanya kalau kamu mau. Kadang aku berpikir, apa alasan kamu mau menerima aku sedangkan kamu itu straight."

Lidya tersenyum mengejek. "Oh aku tahu! kamu pasti kasian sama aku yang udah ngejar kamu mati-matian. Kamu pengen nyoba untuk menjalin hubungan sama orang yang sama dengan kamu. Kamu pengen jadiin aku sebagai bahan percobaan kamu, iya 'kan?"

"Cukup Lid! Cukup! Aku gak mau hubungan kita rusak gara-gara pertengkaran ini. Aku mau istirahat." Melody berbalik, ia ingin mengakhiri pertikaian yang tak akan ada ujungnya ini. Namun, sebelum Melody pergi, Lidya menarik tangannya untuk kembali pada posisi seperti tadi, saling berhadapan.

"Tuh kan, kamu pasti selalu menghindar setiap kita bahas soal ini. Jangan-jangan kamu memang pengen hubungan kita berakhir, iya 'ka-"

Plak!

Sebuah tamparan bersarang di pipi kanan Lidya.

Lidya tersenyum kecut sambil memegang pipinya. "Aku anggap itu sebagai jawaban. Mulai sekarang, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau tanpa harus berurusan sama aku. Aku gak akan menggangu kehidupan kamu lagi... Melody." Setelah mengatakan hal tersebut, Lidya langsung angkat kaki dari kediaman Melody.

Without You [Oneshot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang