[2] Again?

28 4 3
                                    


Seperti malam yang begitu kelam. Menghantui langit tanpa dosa. Anehnya meskipun malam menghantui bulan. Tanpa bosan bulan menemani sang malam yang kelam. Seperti seorang gadis mungil yang tampak tenang menatap bulan. Menatap keindahan bulan dimalam hari.

"Delin?" suara lembut itu berhasil membuat gadis kecil yang tengah duduk dibalkon kamarnya terkecoh.

"Tante?" Delin langsung beranjak dari tempatnya ke wanita yang terkenal lembut itu.

"sudah berapa kali saya ingatkan, kamu harus panggil saya dengan sebutan mommy." ucap wanita itu sambil membelai puncak kepala Delin.

Delin tersenyum kecil. "Iya maaf Mommy. Lagipula ada apa mommy-"

"Jangan terlalu formal dong sayang. Biasa aja. Seperti pertama kita bertemu." wanita itu benar-benar sangat lembut. Membuat siapa saja yang dekat dengannya merasa nyaman.

"Oh, ya kenapa kamu belum tidur? Sudah malam. Gak baik untuk perempuan tidur terlalu larut."

"Mm.. Cuma mau ngeliat bintang aja kok my."

Keduanya terdiam sejenak. Terdiam dalam kehampaan.

**

Pagi hari pun tiba. Delin masih terlelap di atas kasur empuknya. Tak lama kemudian ia mulai terusik dari tidurnya.

Kringgg..

Suara jam beker mulai terdengar nyaring. Bising. Memang sangat bising.

Delin terbangun dari tidurnya dengan melihat jam bekernya yang sudah menunjukan pukul 06.30. Terlonjak kaget, Delin langsung mengambil handuk kebesarannya dan masuk ke kamar mandi.

Pri pendiam itu?! Bagaimana ia tak membangunkan nya. Ia kan harus sekolah. Apalagi sebentar lagi akan di adakan Ujian Nasional. Pikir Delin.

**

Setelah Delin selesai mandi, ia langsung mempersiapkan penampilannya. Seharusnya ia lebih cepat bangun. Karena sekarang ia sudah pindah rumah.

Iya. Pindah rumah. Untuk sementara waktu Delin dan Regan tinggal di rumah orangtua Regan. Orangtua Delin? Mereka juga tinggal untuk sementara waktu. Karna dalam 2 hari lagi orangtua Delin akan pergi ke Australia. Meninggalkan putrinya di tangan sang suami.

Delin berlari ke lantai bawah tak lupa dengan kacamata kebesarannya yang ia pakai. Sambil menggendong tasnya dibelakang.

Ia melewati ruang makan. Yang terdapat orangtuanya dan orangtua suaminya.

"Bye ma.. Pa.. Mom.. Dad.." ucap Delin sambil berlari tergopoh.

Sampai tiba di depan pintu keluar ia berhadapan dengan Regan. Regan menatapnya dengan pandangan 'mau kemana?'.

"haduh. Misi dong jangan ngalangin!" ucap Delin mendesis. Sambil mencoba untuk menyingkirkan Regan dari hadapannya. Pasalnya Regan berdiri tepat di pintu keluar.

"Minggir!" Regan hanya terdiam menatap mata indah Delin. "Minggir gak?! Ini juga gue telat gara-gara lo!" Regan mengankat alisnya.

"Minggir! Gue bilang minggir ya minggir. Gue udah telat nih!" ucap Delin menggebu sambil mendorong dada Regan.

"Heh.. Kamu apain tuan Regan?!" tiba-tiba saja datang seorang gadis berpakaian asisten rumah tangga datang. Dan langsung mendorong tubuh Delin.

"Yang jelas bukan urusan lo!" desis Delin sambil mencoba untuk keluar. Tapi tak bisa, tangan Regan dengan sigap mencegahnya.

"Ih! Minggir gak?!" Delin mulai memukul dada bidang Regan yang sama sekali tak muncul pergerakan.

"Heh kamu jangan asal pukul-pukul tuan muda ya!" hardik gadis itu tak jelas.

"Eh! Gadis yang entah darimana munculnya! Elo itu gak usah ikut campur masalah gue dan Reg–ya pokoknya tuan muda lo ini! Emang lo siapa?!" Delin tak sadar dengan raut wajah gadis itu yang sudah memerah menahan tangis. Ucapan Delin terasa menyayat hatinya.

"Udah deh! Kalian berdua minggir, sekarang juga dari hadapan gue! Sebelum kalian menyesal!" desis Delin kesal.

"Dan elo! Lo harusnya sadar lo itu siapa?! Lo itu disini sebagai pembantu! Gak seharusnya elo bersikap kasar ke gue! Dan satu lagi yang perlu lo tau! Lo itu bukan siapa-siapa dirumah ini! Jadi jangan harap lo bisa menjadi bagian keluarga di rumah ini!" tunjuk Delin pada gadis sebaya dengannya, yang tidak lain adalah gadis yang memakai baju asiaten rumah tangga yang tengah berdiri dihadapan Delin.

Gadis itu tertunduk sedih. Ingin menangis tapi tak bisa. Regan yang berada di belakang gadis itu terdiam menatap Delin. Seolah mengatakan 'Apa yang kamu lakukan?!'.

"Apa?! Gue cuma ngomong fakta kok!" ucap Delin membalas tatapan Regan.

"DELIN!" sahut seorang wanita dari belakang Delin. Siapa lagi kalau bukan mamanya Delin?

Delin menoleh ke belakangnya. Yang terdapat Bi Ijah, orangtuanya, dan orangtua Regan.

Seolah ia sedang dalam pengadilan tinggi.

"KAMU! HA-" ucapan papa Delin terpotong.

"Oke! Aku bakalan dapet hukuman! Tapi gak sekarang. Aku lagi buru-buru!" sanggah Delin cepat.
"Minggir deh lo berdua! Gue pengen keluar!" Delin segera mendorong tubuh gadis mungil dan Regan.

"..." tak ada lagi yang mencegahnya untuk keluar rumah.

Dan yang pasti setelah Delin pulang ia akan mendapat hukuman.

...


Hai!ini chapter ke-2Semoga suka ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!
ini chapter ke-2
Semoga suka ya. 😊

Jangan lupa kasih cerita
ini kritik dan saran ya

05/07/2018

My Sassy BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang