Sequel: Sync (6)

447 21 4
                                    

Beban pikiran ku bertambah,
Kemarin yang seharusnya aku bersenang-senang dengan orang tua ku, malah mendapat penderitaan baru.
Aku tidak menduga Dirga dan Reihan akan kesana, di tambah lagi....
Aku melakukan tindakan yang tidak seharusnya kulakukan.
Aku masih teringat,
Ketika tiba-tiba saja air mata ku jatuh.
Padahal, tidak seharusnya aku berlaku demikian.
Tapi, entah kenapa rasanya sesak sekali ketika Reihan menyebut-nyebut nama orang itu.
Priscilla, anak perempuan asing yang merupakan teman lama Dirga dan yang lainnya.

Aku tahu,
Tidak seharusnya aku tidak menyukai dia.
Dia gadis yang cukup ramah dan menarik.
Yah, meski aku tidak terlalu suka dengan budayanya.
_
Tapi, dia memanggil Dirga dengan lil Dirga.
Mereka kan teman, seharusnya itu adalah hal yang wajar.
Dirga saja tidak protes,
Tapi kenapa....
Kenapa aku harus tidak suka dengan panggilan itu???

"AAAAAAAA!!! Pusiiingggg!!!" seru ku kesal, membuat mama marah-marah ketika ia masuk ke kamar ku.
"Maaf, ma~" aku meminta maaf. "Desyca juga tidak maksud untuk membuat seisi rumah kaget."
"Yasudah, mama mengerti." balasnya. "Oh ya, soal kemarin..."
[Aduh, apakah mama ingin membahas soal itu? Aduuuuuh, kalau iya apa yang harus ku katakan??!!]
"Dua anak laki-laki itu teman kamu ya?"
*GUBRAK* [Aduh, ku kira mama ingin bertanya soal itu. Untunglah.]
"Um, iya ma." jawab ku jujur. "Teman sewaktu OSN ma."
"Oh begitu." balasnya. "Lalu, di antara mereka, mana yang kamu sukai?"
Aku terdiam ketika mama bertanya seperti itu.
Tapi, kalau aku tidak menjawab, nanti mama akan menduga-duga.
Lebih baik, aku katakan yang sebenarnya pada mama.
"Kan, sudah ku katakan ma. Mereka itu teman ku."
"Benarkah?"
"Iya, benar."
"Lalu kenapa kemarin itu kamu nangis?"
*DEG* [Ini adalah pertanyaan yang tidak ingin ku jawab. Sebab aku sendiri pun tidak tahu kenapa aku berbuat demikian.]
"A, aku tidak menangis kok." sangkal ku. "Kemarin itu, hanya kemasukan debu. Aku pergi keluar, supaya debunya cepat hilang."
"Oh begitu." nada bicara mama terdengar kecewa. Tapi, syukurlah mama tidak bertanya lebih jauh. "Yasudah, kalau begitu." tambahnya lagi dan setelah itu, ia keluar dari kamar ku.

Aku senang akhirnya mama pergi dari kamarku. Namun, pertanyaan mama tentang siapa yang ku sukai menghantui pikiran ku. Selama ini, aku menganggap mereka tidak lebih dari teman. Namun, perasaan yang mengganggu ku akhir-akhir ini membuat ku tidak nyaman. Apalagi ketika itu berhubungan dengan Dirga dan juga Priscilla. Ya, Priscilla. Menyebut nama orang itu saja entah kenapa membuat perasaan ku semakin sedih dan sakit. Aku tidak tidak menyukai pun membencinya. Namun, kenapa perasaan ku berkata lain?
"Ah, tidak tahu 'lah!" seruku, tidak mau tahu. "Lebih baik aku mandi saja!"
Aku mengambil pakaian santaiku dari almari dan segera keluar dari kamarku. Aku bergegas mengayunkan kenob pintu kamar mandi yang berdiri tepat di depan kamarku dan masuk ke dalamnya. Aku mengunci pintunya dan segera menanggalkan pakaian ku. Setelah itu, aku membuka kerannya dan seperti sebelumnya; air dingin lah yang mengucur. Untuk saat ini, aku tidak terlalu perduli seberapa dingin air yang di kucurkan. Aku segera membasahi tubuhku, menyeka dengan sabun dan membilasnya. Setelah itu, aku mematikan kerannya dan segera menyambar handuk yang bertengger di dinding kamar mandi. Aku menyeka bulir-bulir air yang membasahi tubuhku sampai tidak tersisa, setelah itu aku segera mengenakan pakaian santai ku. Beegitu aku keluar dari kamar mandi, aku segera masuk kembali ke dalam kamar dan duduk di meja belajar. Aku menarik sebuah buku yang ku jejerkan dengan rapi di atas meja dan segera membukanya. Kupaksakan diriku untuk belajar, menghafal inti konteks dari materi tersebut. Namun, entah kenapa... tiba-tiba saja wajah manis Dirga muncul di pikiran ku. Apakah itu karena materi yang sedang kupelajari?
"Tidak, tidak!" seruku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku. "Kalau begini terus, aku tidak bisa menghafal materi ini."
"Apa.. yang harus ku perbuat?"
"Haruskah... aku melakukan sesuatu?"
"Tapi apa?"
"Atau lebih baik aku sms Irene saja?" tanpa berpikir panjang, aku segera mengambil ponsel ku dari atas ranjang. Aku membuka aplikasi line dan segera mencari nama Irene di kolom chat. Begitu ku temukan namanya, aku segera membuka chatnya. Dengan segera aku mengetik; Irene, ada yang ingin kubicarakan dan send.
Tidak sampai semenit, chat ku di balas dengan kalimat seperti ini;
Apa?
Apa yang ingin kamu bicarakan?
Bicarakan saja.
Dengan cepat aku mengetik semua yang terjadi kemarin. Hanya saja, entah kenapa.. setelah aku menyusahkan diriku untuk menuliskan itu semua; ibu jariku enggan untuk menekan tombol send. Hati dan pikiran ku juga berbicara, tidak ada gunanya membicarakan soal ini pada Irene.
"Tidak, aku harus tetap membicarakan soal ini pada Irene."
"Tapi...."
Dengan berat hati pun, aku menghapus semua yang sudah susah payah kutulis dan hanya menuliskan kalimat ini;
Kemarin aku bertemu dengan Dirga dan Reihan.
Pesan terkirim. Dan saat itu juga pesan ku di baca. Setelahnya, ponselku berdering dan nama Irene-lah yang terpampang di situ. Aku mengangkatnya dan saat itu juga Irene menyembur;
"Kenapa kamu tidak mengajakku?!!" seru Irene pura-pura kesal.
"Itu bukan pertemuan yang direncanakan." balasku cepat. "Kemarin aku pergi ke mall dengan orang tua ku. Lalu, tanpa sengaja bertemu dengan mereka."
"Lalu setelah itu, apa yang terjadi? Kamu pergi dengan mereka atau-"
"Tidak, tidak terjadi apa-apa." aku sendiri yang memutuskan untuk menceritakan ini pada Irene. Namun, entah kenapa aku juga merasa enggan untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya.
"Benarkah?" tanyanya. "Mungkin ini hanya perasaan ku saja, tetapi aku merasa kamu sepertinya enggan untuk mengatakan sesuatu. Tapi, yasudahlah. Aku tidak akan bertanya apapun sampai kamu sendiri yang mau menceritakannya."
"Yasudah kalau begitu." lanjut Irene, seraya menutup teleponnya. Namun, sebelum itu terjadi, aku memanggil Irene; membuat ia membatalkan aksinya itu.
"Ada apa?" tanyanya.
Akhirnya... akupun memutuskan untuk menceritakannya pada Irene. Tentu saja dengan perumpamaan. Aku tidak mau dia tahu kalau aku sedang membicarakan diriku sendiri.

Sync - 304th SR FF AU (Really Slow Update)Where stories live. Discover now