00

23 3 4
                                    

Sepi. Di daerah ku ini pukul 9 malam sudah sepi. Seperti kota mati.

Kali ini aku yang bergiliran berjaga malam. Aku sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Sepi terasa ramai bagi ku, asalkan ada suara tv yang menyala walaupun aku sama sekali tidak memperhatikannya.

Kringg!

Pintu kafe tempatku bekerja berdencit. Menandakan ada seseorang yang masuk. Aku yang sedang berada di dapur memainkan Tamagotchiku, berjalan cepat kearah kasir untuk melayani pengunjung itu.

Oh! Dia lagi ternyata. Orang yang sama, dengan kantung mata super tebal, jidat yang mengkerut, sepertinya dia sedang banyak pikiran.

"Selamat malam, Tuan! apa yang ingin anda pesan?" sapaku seramah mungkin,

dia tertawa sebentar "oh please, jangan panggil aku tuan. sudah ku beritahu sebelumnya bukan, aku ini Luke, bukan Tuan. lagipula aku ini masih sma."

"Oke, baiklah Tuan Luke, um- Luke maksudku. Apa yang ingin anda pesan?"

"Seperti biasa. Kali ini dengan tambahan saus."

"Baik, Luke. Satu Espresso dan Satu Croissant dengan tambahan saus. Ada lagi?"

"Tidak,"

"Baiklah," kataku sambil menghitung kembali pesanan Luke. kau tau? Sebenarnya aku sudah tahu pasti total pesanan Luke, tapi Bos ku selalu saja menceramahi ku untuk selalu menuliskannya di tab kasir. Zaman sudah berubah, sekarang dimana – mana orang selalu menggunakan gadget pintar, tapi aku tidak tertarik dengan itu.

"Apakah itu Tamagotchi mu?" Luke kini bersuara sambil melihat ke benda bulat disebelah pisau. Mungkin dia bosan menungguku yang sangat lama menekan tombol yang berada di atas lembaran besi tipis.

"iya. ini pemberian saudara ku."

"Apakah kamu tau dimana aku bisa membeli benda itu?"

"Um- aku tidak pernah keluar dari toko ini, tapi kupikir toko sebelah menjualnya." Aku menimpalinya sambil aku berjalan kearah dapur.

hening

"um- Luna, aku tunggu dikursi saja."

[]

"ini pesananmu Luke" kataku sambil menaruhnya diatas meja.

"Terimakasih, Luna" timbalnya

"mau ku temani? Kurasa kau butuh teman bercerita." Tawarku.

"terimakasih, Tapi aku tidak tahu harus bercerita apa."

"Oh, mungkin kau ingin membaca Koran pagi ini?" Kataku sambil mengambil kertas keabuan dari rak buku, lalu memberikannya kepada Luke.

Kemudian, aku kembali ke tempat ku dibelakang kasir, sambil memperhatikan Luke. ia menyeruput espresso nya sembari membaca halaman pertama di koran, lalu mata dia terbelalak. Sungguh, aku tidak tahu berita apa yang ada di halaman pertama Koran itu. Sepertinya berita itu sangat mengejutkan, sampai membelalakan mata sayu Luke.

Tidak semenit kemudian, Luke lantas berjalan cepat (re: berlari) keluar kafe. Aneh. Mengapa ia sangat terburu buru. Tidak seperti biasanya.

kemudian, aku menghampiri meja tempat Luke duduk tadi. Aku hendak membersihkannya, tapi aku penasaran berita apa yang ada di halaman pertama Koran sampai membuat Luke berlari.

Saat kubaca,

Aku menyeringai.

"Akhir nya kamu tahu juga, Luke"

[T A M A T]

9.00Where stories live. Discover now