Part 7

1.3K 202 31
                                    

Jinyoung menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan gelisah. Ia beralih melirik ponselnya yang sejak tadi tidak ada panggilan masuk. Jinyoung bangkit dari acara berbaringnya dan mencari kontak seseorang diponselnya. Namun ia mengurungkan kembali niatnya untuk menghubungi orang yang sudah dua minggu ini menghantui pikirannya. Jinyoung mengerang kesal sambil mengacak-acak rambutnya.

CKLEK

"Jinyoung?"

"Oh? Ibu?"

"Apa boleh ibu masuk?"

"Hm iya"

Ny. Park memasuki kamar putranya yang berantakan. Ia memungut bantal yang tergeletak dilantai lalu meletakkannya ketempat semula. Ia duduk disebelah putra bungsunya lalu bertanya

"Apa terjadi sesuatu?"

Jinyoung menggeleng. Tidak mungkin ia mengatakan ingin bertemu Mark. Bisa-bisa ia tidak akan diizinkan keluar dari kamar lagi.

"Berceritalah nak. Eomma tahu kau pasti sedang ada masalah yang tidak bisa kau selesaikan sendiri"

Jinyoung menatap ibunya dan tiba-tiba memeluk sang ibu dengan erat.

"Dia tidak pernah menghubungiku lagi. Dia sengaja menjauhiku"

Ny. Park tahu siapa yang dimaksud oleh anaknya. Jadi putra kesayangannya ini uring-uringan karena memikirkan kekasihnya itu. Kekasih? Ya status Jinyoung dan Mark masih sepasang kekasih karena diantara keduanya tidak ada yang mengatakan kalau hubungan mereka sudah berakhir.

"Aku tahu, pasti ibu marah padaku karena aku tidak bisa menuruti permintaan ibu dan ayah. Aku masih mencintainya"

Jinyoung terkejut saat ibunya melepaskan pelukannya dengan paksa. Apa ibunya benar-benar marah?

"Ibu mengerti perasaanmu. Jujur, ibu kecewa pada Mark karena dia sudah membohongi keluarga kita. Tapi ibu tidak ada hak untuk marah padanya. Dia bersikap seperti itu karena ingin mengambil kembali haknya. Dan, bagaimana ibu bisa marah pada orang yang selama ini menjagamu dan memberikan apapun yang kau mau. Bahkan dia rela kehilangan segalanya demi anak dari orang yang sudah menghancurkan keluarganya. Ibu banyak berhutang budi padanya"

Jinyoung tersenyum kecil. Ia sedikit lebih legah mendengar perkataan ibunya.

"Tapi ibu tidak tahu bagaimana pendapat ayah dan kakakmu"

Kepala Jinyoung kembali tertunduk.

"Apa ayah dan Jay hyung sudah pulang?"

"Ayahmu sudah. Tapi kakakmu masih dalam perjalanan pulang"

"Aku akan bicara pada ayah"

Jinyoung keluar dari kamarnya untuk menghampiri ayahnya yang baru saja kembali dari kantor. Ny. Park berharap Jinyoung tidak mengatakan sesuatu yang bisa menimbulkan kemarahan si kepala keluarga dirumah ini.

"Ayah, aku ingin bicara"

"Bicara apa?"

Jinyoung memainkan jemarinya. Ia berharap nanti ayahnya memberikan respon positif.

"M-mengenai... Mark"

Tn. Park langsung menatap putranya. Jinyoung merasa terintimidasi melihat tatapan tajam sang ayah.

"Kenapa tiba-tiba kau membahas tentang bocah itu?"

"Tidak bisakah ayah melupakan apa yang terjadi dimasa lampau?"

"Apa maksudmu?"

Jinyoung meneguk ludah.

"Maksudku, melupakan kejadian yang pernah terjadi antara ayah dan keluarga Mark. Apa ayah tidak lelah dihantui rasa bersalah selama bertahun-tahun? Apa ayah tidak kasihan melihat Mark yang hanya hidup sebatang kara tanpa kasih sayang dari keluarganya"

ONLY U -Complete-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang