Sendika, Kangmas Jingyu

1.2K 80 151
                                    

FF ini ditulis atas hasil permintaan chaasastro yang pengen dibuatkan ff yuzhou nuansa kerajaan yang kejawa-jawaan. 😂😂😂 Tapi jangan kaget kalau setting kerajaan mirip Kota Terlarang di Beijing ini banyak menggunakan istilah-istilah kerajaan di Indonesia/Jawa. Heehhehehehe
😁😁😁

FF ini aku persembahkan untuk chaasastro dan LangitBiru_18 yang sudah membiasakanku ngomong boso jowo dalam obrolan kita tentang yuzhou (baca: yujo). Lope u girls! 😘😘😘😘😘😘

Peringatan: rating 18+ untuk adegan intim

cr cover: Sally (有的是青春_没的是时间)

Selamat membaca! Jangan lupa tinggalkan komentar di bawah 😝
_________________________
Sendika, Kangmas Jingyu

Konon, kabar tentang kemenangan kerajaan Huang dalam menaklukkan kerajaan Zhou telah menyebar di segala penjuru negeri kerajaan Huang. Semua penduduk kerajaan Huang bersiap-siap menyambut kepulangan para ksatria dan prajurit mereka yang telah selamat dari peperangan, termasuk raja muda mereka yang memimpin sendiri pasukannya untuk mengakhiri perang sengit yang telah berlangsung selama 100 tahun itu. Mereka pun mengumpulkan semua hasil bumi dengan kualitas terbaik untuk dijadikan seserahan maupun diolah untuk jamuan makan besar di istana.

Berbeda dengan yang terjadi di kerajaan Huang, kerajaan Zhou yang telah runtuh saat ini dirundung oleh kesedihan. Raja mereka telah meninggal dalam pertempuran. Keempat putra raja yang mencoba mempertahankan kerajaan mereka pun satu per satu tumbang dalam pertempuran pungkasan mereka. Semua, kecuali satu yang termuda.

Bukan karena dia yang paling ganas dalam pertempuran, tetapi karena dia telah membaca situasi pertempuran yang sudah tidak mungkin dipertahankan lagi. Ketika saudara tertuanya sekaligus sang putra mahkota telah terbunuh di sisinya, ia hanya memiliki waktu sedetik untuk berkabung sebelum ia mengeluarkan cara diplomatik untuk mengakhiri peperangan.

Satu-satunya darah biru kerajaan Zhou yang tersisa itu bersimpuh dihadapan raja muda Huang. Walau ia sudah tidak bersenjata, selusin tombak dengan siap mengacung ke arahnya.

"Bawa aku," ucapnya datar dan tegas. "Tetapi setelah itu, Yang Mulia harus berjanji untuk tidak menyakiti satupun dari rakyatku."

Jendral-jendral Kerajaan Huang pun langsung menertawakan dan mencemooh perkataan dari garis keturunan terakhir raja Zhou yang masih hidup itu. Mereka memanggilnya dengan sebutan tak senonoh dan bahkan ada yang meludah ke arahnya karena ucapannya yang berani. Namun, si pangeran itu tidak gentar sedikitpun. Matanya yang besar dan tajam hanya menatap raja muda Huang yang masih bertengger di atas kuda perangnya.

"Kau tahu tradisi di tanah ini!" tegas kembali si pangeran ketika raja Huang masih diam saja.

"Persetan dengan tradisi!" komentar Jendral Fang. "Ketika kita sedikit lalai saja, dia akan merebut kembali kerajaannya!"

"Iya, bunuh sekarang saja, baginda raja! Akhiri saja dia di sini!"

Berbagai suara saling bersahut-sahutan untuk membujuk raja mereka agar mengakhiri hidup satu-satunya putra raja Zhou yang tersisa saat itu juga.

"Cukup!!!" tegas sang raja muda sambil mengangkat satu tangannya. Seketika semua orang pun terdiam.

Sang raja turun dari kudanya dan berjalan menghampiri si pangeran yang tak sedikitpun gentar menatap langsung ke matanya. Diangkatnya dagu pangeran itu dengan ujung jarinya untuk melihatnya lebih jelas. Ia tatap dengan lekat wajah yang tersayat luka dan terlapis debu itu. Ada suatu keindahan yang hampir mendekati kesan cantik di wajah tampan dan mudanya itu.

Yuzhou MultiuniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang