"Avakadarva!"
Leony Alexandra mengacungkan tongkat sihirnya pada Johny Dalaz. Jubah kebesarannya sempat mengganggu cara jalannya beberapa menit lalu. Melihatnya bisa memekikkan mantra itu dengan sempurna, artinya ia bisa menangani masalah itu sendiri.
"Harusnya kau mati Johny!"
Suara tawa terdengar membahana di seluruh ruang teater itu. Leony lupa jika dirinya sekarang menjadi seorang penyihir dengan jubah kebesaran untuk pentas perpisahan sekolahnya.
"Ini juga lagi pura-pura mati!" pekik Johny kesal.
Leony kesal mendengar sahutan dari lawan mainnya itu. Seharusnya orang mati tidak bergerak bahkan berbicara. Dasar bodoh!
Karena kesal pada kebodohan Johny ia melangkah maju pada temannya itu. Sayangnya Leony lupa jika jubahnya kebesaran. Langkahnya yang kecil membuatnya tak sengaja menginjak jubahnya sendiri hingga ia jatuh menimpa tumpukan jerami.
Acara teater sekolah yang awalnya merupakan ajang menunjukkan bakat malah menjadi ajang parodi. Leony Alexander tidak puas dengan ulahnya yang mempermalukan seisi panggung teaternya, ia berusaha berdiri dengan menggapai tali yang menggantung di belakang tumpukan jeraminya. Alhasil, tali penutup panggung teater malah turun menutup seluruh bagian panggung.
"Bodoh kau Ony!"
Leony bukannya segera meminta maaf pada teman-temannya, ia malah berjalan jinjit sambil menarik jubah kebesarannya ke arah Johny.
"Aduh!" pekik Johny ketika Leony menimpuk kepalanya dengan tongkat sihirnya.
"Kau yang bodoh!" sungutnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA
RandomLeony dan Johnny hidup bertetangga dari kecil. Johnny yang harus ikut keluarganya pindah harus berpisah dengan Leony. Namun takdir membawa keduanya kembali bertemu di satu apartemen yang sama. Sayangnya dipertemuan mereka yang pertama harus diwarnai...